Jumat, April 24, 2009

PKS Solo Raya Dukung SBY-HNW

PK-Sejahtera Online: Solo- Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Se-Solo Raya meminta agar wakil dari Jawa Tengah memperjuangkan dalam sidang Majelis Syuro PKS yang akan berlangsung tanggal 25-26 April mendatang agar nama Hidayat Nurwahid diajukan sebagai calon wakil presiden mendampingi SBY. Permintaan itu disampaikan oleh seluruh ketua DPD PKS se Solo Raya, Kamis (23/4) di Solo, Jawa Tengah.

Hadir dalam kesempatan itu Anggota Majelis Syuro PKS dari Jawa Tengah Amin Wahyudi, Ketua DPD PKS Solo Sugeng Riyanto, Ketua DPD PKS Sukoharjo Bimawan, Ketua DPD PKS Boyolali Nur Arifin, Ketua DPD Sragen Idris, Ketua Karanganyar Sri Hartono, dan Ketua DPD Klaten Yudi.

Seluruh DPD PKS Se-Solo Raya berkumpul dan menyampaikan aspirasinya mendukung pasangan Soesilo Bambang Yudhoyono dan Hidayat Nur Wahid sebagai Calon Presiden dan Wakil Presiden 2009-2014.

Ketua DPD PKS Solo Sugeng mengatakan, dukungan kepada SBY-HNW ini didasarkan pada dinamika yang berkembang di masing-masing daerah terkait dengan pencapresan. "Banyak kader dan simpatisan PKS dalam momentum pilpres kali ini mengharapkan kader dari internal PKS yang maju sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi SBY. Alasanya Hidayat Nur Wahid adalah kader yang pas, karena selain ketokohannya dengan citra santun, sederhana dan bersih ini, popularitas dan elektabilitasnya juga tinggi," kata Sugeng.

Menurut Sugeng, hal ini bisa dilihat dalam pemilihan legislatif kemarin, ketika HNW di calegkan di Dapil V Jateng, yang meliputi wilayah Surakarta, Boyolali, Klaten, dan Sukoharjo PKS mampu menaikkan perolehannya suaranya hampir 100% suaranya untuk tingkat DPR RI. Padahal daerah itu pada Pemilu 2004 lalu menjadi basis partai tertentu.

Tidak hanya itu, HNW juga memiliki tingkat keterterimaan (akseptabilitas) yang tinggi di semua lapisan masyarakat, mulai dari kalangan Islam, lintas agama, hingga kalangan Budayawan.

Berdasarkan alasan-alasan itulah, maka PKS Se-Solo Raya menyatakan aspirasinya agar Hidayat Nur Wahid ditetapkan oleh majelis Syuro PKS sebagai pendamping SBY dan karenanya diperjuangkan secara bulat oleh Struktur DPP PKS.

Amin Wahyudi selaku wakil PKS Jawa Tengah di sidang Majelis Syuro berjanji akan memperjuangkan aspirasi tersebut semaksimal mungkin.
Read more »

Belajar Dari Permainan Politik Partai Hamas

Bila hendak berpartisipasi dalam sistem kafir Demokrasi ala Barat sudah sepatutnya setiap organisasi, jamaah, da’wah, harokah (gerakan) dan partai Islam di manapun mengambil pelajaran dari permainan politik ala Partai Hamas di Palestina. Sebab secara keseluruhan kita dapati Hamas tidak pernah terjebak oleh sistem non-Islam ini sebagaimana yang banyak dialami oleh berbagai partai Islam di negeri lainnya termasuk Indonesia. Kebanyakan partai Islam bila masuk ke dalam sistem demokrasi gagal menjadikan demokrasi sebatas kuda tunggangan untuk menggolkan tujuan Islam yang agung. Umumnya mereka bukan mewarnai melainkan terwarnai bila sudah ikut dalam permainan politik ala Barat kafir ini. Alih-alih berhasil menawarkan dan memperkenalkan kepada publik cara berpolitik Islam, malah merekalah yang semakin tahun semakin terkooptasi oleh sistem dan ideologi sekularis-nasionalis.

Sedangkan Hamas sejak sebelum memutuskan terlibat dalam Pemilu di tahun 2006 sudah sejak awal memandang "sistem Demokrasi" sebagai sebuah sistem di luar Islam. Jadi jika mereka akhirnya berpartisipasi di dalamnya mereka memastikan diri untuk memperlakukannya sekedar sebuah kuda tunggangan untuk meraih sasaran antara perjuangan Islam. Di dalam "sistem Demokrasi" terdapat unsur mafsadat (kerusakan) dan maslahat (manfaat). Hamas memastikan bila hendak berpartisipasi dalam Pemilu, maka partainya haruslah sudah cukup immune untuk tidak terkontaminasi oleh mafsadat "sistem Demokrasi" dan cukup yakin sanggup memetik maslahatnya. Oleh karenanya Hamas melakukan assessment yang akurat dan teliti mengenai tingkat dukungan masyarakat terhadap ide-ide Partai Hamas. Jika mereka menilai bahwa masyarakat telah cukup kuat menunjukkan dukungan kepada visi dan misi Hamas, maka barulah Hamas bersedia masuk dalam kancah permainan politik. Bila sebaliknya, maka Hamas akan memilih untuk mendahulukan kerja-kerja nyata berupa berbagai aktifitas da’wah, tarbiyyah, sosial-kebajikan dan jihad-perlawanan di tengah grass-root masyarakat Palestina. Dan mereka akan menunda keterlibatannya dalam permainan politik. (Baca: ”Mengapa Hamas Ikut Permainan Demokrasi?” Undangan ke Surga 15/4/09)

Sebab sejak hari pertama Hamas senantiasa menekankan kepada para kader dan pendukungnya bahwa aspek politik merupakan salah satu saja dari sekian banyak aktifitas seorang muslim. Sedangkan da’wah dan tarbiyyah itulah yang merupakan asas gerakan Islam yang hakiki. Dari aktifitas da’wah dan tarbiyyah kontinyu itulah akan dilahirkan para kader handal berikutnya. Tarbiyyah senantiasa dipandang sebagai awal dari segala-galanya walaupun tarbiyyah bukanlah segala-galanya. Dari tarbiyyah akan terbentuklah Syakhshiyyah Islamiyyah Mustaqiimah (pribadi muslim konsisten) yang memiliki aqidah yang kokoh dan fikrah Islamiyyah (pemahaman/ideologi Islam) yang komprehensif dan utuh. Bila di tengah masyarakat ditemukan muslim-mu’min yang ber-aqidah dan fikrah Islam mantap, maka mereka inilah yang akan menjadi pendukung/pencontreng loyal terhadap partai Islam manapun yang juga secara jujur memperlihatkan visi dan misi Islam secara mantap.

Adapun partai Islam pada umumnya hanya mengandalkan apa-apa yang juga diandalkan oleh partai-partai sekular. Mereka akhirnya terlibat dalam berbagai upaya kampanya murahan –maaf- yang hanya mengandalkan para selebritis, pemasangan iklan di TV, pemajangan foto caleg di berbagai tiang listrik, pohon-pohon sampai melibatkan berbagai musisi serta dangdutan. Sedangkan kegiatan utama berupa da’wah dan tarbiyyah Islamiyyah manhajiyyah (kaderisasi Islam sistemik) di tengah masyarakat tidak memperoleh perhatian yang semestinya. Kalaupun diupayakan kegiatan da’wah dan tarbiyyah, ujung-ujungnya lebih menekankan pada upaya promosi alias kampanye partai Islam terkait. Padahal yang dibutuhkan masyarakat bukanlah fanatisme kepada partai Islam, melainkan kesetiaan kepada nilai-nilai Islam yang abadi dan tidak mengenal batas kelompok dan organisasi buatan manusia.

Hamas menyadari dan meyakini bahwa dukungan masyarakat Islam kepada mereka sangat ditentukan oleh seberapa konsistennya partai Hamas dalam menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam segenap kiprahnya. Sehingga bila da’wah dan tarbiyyah Islamiyyah yang diselenggarakan oleh Hamas di tengah masyarakat telah mengakar, maka dengan sendirinya dukungan kepada Hamas akan menguat. Namun tentunya dengan syarat bahwa Hamas sendiri menunjukkan komitmen kepada ideologi dan syariat Islam yang katanya mereka perjuangkan itu.
Hal lain yang memastikan dukungan masyarakat ialah keterpaduan Hamas dalam mengelola berbagai program selain da’wah dan tarbiyyah Islamiyyah. Hamas terkenal sebagai sebuah gerakan Islam yang sangat aktif mengadakan kegiatan khairiyyah-ijtima’iyyah (sosial-kebajikan). Hamas sangat peduli dengan nasib rakyatnya seperti para janda dan yatim syuhada, para keluarga yang kepala keluarganya dipenjara Israel, para petani, kaum fakir-miskin, pegawai negeri dan lain sebagainya. Dan para petinggi dan aktifis Hamas sangat terkenal dengan kejujuran dan kebersihan jiwanya. Mereka adalah orang-orang amanah yang dikenal bebas dari korupsi dan penyalah-gunaan dana ummat. Dipadukan dengan kegiatan da’wah dan tarbiyyah, Hamas berhasil merajut ikatan ukhuwwah dan mahabbah (persaudaraan dan kasih sayang) masyarakat Palestina dengan menjadikan Al-Qur’an dan Masjid sebagai perekat utama hati ummat Islam. Hamas menjadikan masjid sebagai tempat dimana masyarakat memperoleh berbagai bantuan baik ekonomi maupun pendidikan.

Lalu melalui aktifitas al-jihad wal-muqowwamah (jihad dan perlawanan) dalam menghadapi penjajah Zionis Yahudi Israel, Hamas berhasil menjadikan masyarakat Palestina menjadi masyarakat yang hubbul-jihad wasysyahadah (cinta jihad dan mati syahid). Sehingga masyarakat di bawah pengarahan dan kepemimpinan Hamas menjadi masyarakat yang memiliki al-’izzah (kehormatan diri) dan terbebas dari penyakit al-wahan (cinta dunia dan takut mati).

Sedangkan di negeri ini berbagai Partai islam justeru meninggalkan komitmen kepada ideologi dan Syariat Islam serta Jihad fi sabilillah. Hal ini mereka lakukan dengan maksud tidak ingin membuat kalangan non-muslim (baca: kafir) lari dan takut akan Islam. Padahal Hamas dengan segala kiprah ”militan”nya tidak pernah terasa menjadi momok yang menakutkan bagi sesama warga Palestina yang beragama Nasrani. Banyak testimony dari kaum Nasrani di Palestina yang menunjukkan penghormatan dan dukungan kepada Hamas. Mereka dapat melihat dengan jelas bahwa Hamas dengan segala ruhul-jihad-nya jauh lebih baik daripada para politisi korup dari partai Fatah yang sekularis-nasionalis itu.


”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.
Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.(QS Ali Imran 118-120)

Ya Allah, munculkanlah di tengah ummat ini suatu generasi yang Engkau cintai mereka dan merekapun mencintaiMu. Berlaku lemah-lembut kepada sesama orang beriman dan berlaku tegas/keras kepada kaum kafir. Mereka berjihad di jalanMu tanpa rasa takut akan celaan kalangan yang suka mencela.Amin ya Rabb.
Read more »

Mengapa Hamas Ikut Permainan Demokrasi?


Benarkah Hamas sebagai sebuah gerakan perlawanan Islam yang sudah membuktikan dirinya konsisten berjihad di garis terdepan menghadapi musuh utama ummat Islam yaitu Zionis Yahudi Israel, telah terjebak dalam permainan sistem kafir demokrasi? Ketika Syeikh Abu Bakar Al-Awawida, anggota Ikatan Ulama Palestina, berkunjung ke kantor redaksi Eramuslim, muncullah pertanyaan soal keikutsertaan Hamas yang dianggap sudah mengikuti sistem demokrasi yang oleh sebagian Muslim dianggap sebagai sistem orang-orang kafir, yang diusung oleh Barat.

Apa sesungguhnya yang telah menyebabkan Hamas pada bulan Januari 2006 perlu ikut dalam pemilihan umum alias masuk dalam gelanggang pertarungan politik menurut sistem kafir Demokrasi ala Barat? Padahal bagi sebagian ummat Islam yang sangat kagum dengan keberanian dan konsistensi gerakan perlawanan Hamas tidakkah cukup Hamas sebagai sebuah gerakan yang berjihad secara suci membebaskan dirinya dari ikut serta dalam permainan politik jahiliyyah yang sarat kebusukan? Padahal di dalam anggaran dasar Hamas jelas ditulis: Hamas menjadikan Islam sebagai manhaj-nya, sumber pemikiran, pemahaman dan konsepsinya mengenai alam, kehidupan dan manusia. Islamlah yang menuntun seluruh tindakan dan langkah gerakan ini. Padahal Hamas tidak mengakui keberadaan negara Zionis Yahudi Israel sebagaimana mereka sebutkan di dalam konstitusinya: ”Hamas meyakini bahwa bumi Palestina adalah tanah waqaf Islam kepada segenap generasi Islam sampai hari Kiamat. Tidak boleh dikurangi sebagian atau seluruhnya atau diserahkan kepada orang lain. Tanah ini tidak bopleh dimiliki oleh satu atau seluruh negara Arab. Tidak boleh dimiliki oleh seorang presiden atau raja atau seluruh raja dan kepala negara. Juga tidak boleh dimiliki oleh satu atau seluruh organisasi Pa;estina ataupun Arab. Karena Palestina merupakan tanah waqaf Isalm kepada seluruh generasi Islam sampai hari Kiamat. Siapakah yang memiliki hak mewakili seluruh generasi Islam hingga har Kiamat? Demikianlah hukum negeri Palestina dalam syari’at Islam.”

Perlu diingat bahwa deklarasi resmi kelahiran Gerakan Perlawanan Islam Hamas terjadi pada Desember 1987. Semenjak dideklarasikan mulailah rakyat Palestina merasakan kehadiran dan manfaat berbagai program Hamas. Hamas mengawali gerakannya dengan mensosialisasikan Tarbiyyah Islamiyyah Harakiyyah Manhajiyyah (Kaderisasi Islami Operasional Sistemik). Melalui berbagai halaqah, daurah, tahfidz Al-Qur’an (Menghafal Al-Qur’an), majelis ilmu, pembangunan sekolah dan universitas. Melalui sarana-sarana ini mereka mempersiapkan suatu generasi ummat yang siap menerima aqidah dan fikrah Islamiyyah (keimanan dan ideologi Islam). Hamas menekankan bahwa tarbiyyah merupakan awal segala-galanya, walaupun tarbiyyah bukanlah segala-galanya. Hamas senantiasa mementingkan tarbiyyah karena yakin bahwa inilah jalan pasti untuk melahirkan para kader-kader militan handal.

Selanjutnya sambil mulai menuai hasil tarbiyyah dan tetap meneruskannya, mereka mengembangkan berbagai kegiatan lainnya seperti kegiatan ’amal khairiyyah-ijtima’iyyah (aktifitas kebajikan-sosial) menyantuni para janda dan yatim syuhada, petani, pekerja dan keluarga pejuang yang berada dalam tahanan penjara Israel, kaum fakir dan miskin, menyelenggarakan nikah massal bagi kalangan pemuda yang kurang mampu dan lain sebagainya. Selain aktifitas tarbiyyah dan khairiyyah-ijtima’iyyah, Hamas mengembangkan aktifitas al-jihad wal-muqowwamah (jihad dan perlawanan). Aspek ini bisa dikatakan merupakan primadona sekaligus pesona utama gerakan Hamas. Oleh karenanya Hamas membentuk sayap militer khusus bernama Kataib AsySyahid Izzuddin Al-Qossam (Batalion AsySyahid Izzuddin Al-Qossam). Aktifitas ini dilakukan melalui unit-unit militernya, dengan menyelenggarakan berbagai mukhayyam ’askari (perkemahan militer) serta mengajarkan cara membuat persenjataan sendiri mulai dari amunisi, roket bahkan senjata pelontar mortir atau RPG. Selain aktifitas tarbiyyah, khairiyyah-ijtima’iyyah dan al-jihad wal-muqowwamah, Hamas juga mengembangkan aktifitas siyasah (politik). Dalam bidang ini mereka kemudian mengkaji situasi politik masyarakat Palestina. Mereka mengamati terus perkembangan aspirasi masyarakat. Hamas sadar bahwa sistem politik yang berlaku merupakan sistem kafir Demokrasi ala Barat. Ini bukanlah sistem Islam. Tetapi mereka juga sadar bahwa sistem jahiliyyah Demokrasi dapat dijadikan sebagai sebuah kuda tunggangan untuk mencapapai sasaran antara perjuangan. Maka ketika ada Pemilu tahun 1996, para pimpinan Hamas mengkaji kemungkinan untuk berpartisipasi. Namun setelah menimbang antara mafsadat dan maslahat-nya, mereka berkesimpulan bahwa jika partai Hamas terlibat pada saat itu niscaya mereka bakal mengalami kekalahan yang menyebabkan Hamas menjadi masuk dalam jebakan permainan sistem Demokrasi. Hamas hanya mau terlibat jika kemenangan besar kemungkinan dapat diraih. Pada tahun 1996 Hamas tahu diri dan menilai bahwa hasil aktifitas tarbiyyah, khairiyyah-ijtima’iyyah dan al-jihad wal-muqowwamah yang mereka lakukan belumlah mencakup jumlah cukup mayoritas rakyat Palestina. Sehingga mereka tunda keterlibatannya dalam Pemilu.

Sepuluh tahun kemudian ketika diselenggarkan Pemilu tahun 2006, Hamas kembali mengkaji kemungkinan terlibat dalam Pemilu. Dan pada saat itu mereka optimis bahwa sebagian besar masyarakat telah terbentuk menjadi pendukung Hamas berkat berbagai program multidimensi yang dijalankan Hamas. Jika saat itu Hamas ikut pemilu kemungkinan besar mereka bakal meraih kemenangan. Lalu, kita bertanya sekali lagi, apakah ini berarti Hamas telah khianat kepada sistem Islam dan berfihak kepada sistem kafir Demokrasi ala Barat?

Satu-satunya saingan politik pada masa itu hanyalah partai Fatah. Partai ini bersifat sekularis-nasionalis. Dan Partai Fatah telah meninggalkan jalan jihad dan perlawanan diganti dengan jalan damai dan negosiasi sebagai solusi menghadapi negara penjajah Zionis Yahudi Israel. Ini berarti bahwa PLO dan Fatah telah mengakui eksistensi negara ilegal Zionis Yahudi Israel. Sedangkan fihak Barat memandang PLO dan Fatah sebagai wakil sahih rakyat Palestina yang bisa mereka kendalikan. Dengan kata lain Barat ingin memaksakan opini bahwa rakyat Palestina pada umumnya menyetujui pula eksistensi negara Israel. Sebaliknya hasil kajian Hamas menilai bahwa kebanyakan rakyat Palestina sudah menunjukkan keberfihakan kepada solusi jihad dan perlawanan yang ditunjukkan oleh Hamas, sehingga merekapun memberanikan diri untuk membuktikannya di Tempat Pemungutan Suara. Jadi kesimpulannya, Hamas tidak pernah mengakui sistem Demokrasi sebagai solusi, melainkan sebagai sekedar kuda tunggangan untuk membuktikan di hadapan semua fihak bahwa mayoritas rakyat Palestina memilih sikap dan jalur jihad dan perlawanan bukan jalur yang ditawarkan oleh partai sekularis-nasionalis Fatah, yaitu jalan damai dan negosiasi dalam menghadapi musuh.

Subhaanallah, begitu Pemilu dilangsungkan pada akhir Januari 2006, terbukti bahwa perhitungan Hamas benar adanya. Hamas berhasil memperoleh 74 dari 132 kursi legislatif. Suatu kemenangan yang mencapai hampir 60% suara pemilih yang masuk. Media massa barat seperti CNN dan BBC langsung menyebutnya sebagai suatu Political Earthquake. Semua fihak dibuat terkejut. Padahal Pemilu yang diadakan sarat kecurangan yang dilakukan oleh fihak pemerintah PLO yang berkuasa dibawah kepemimpinan partai Fatah. Padahal Hamas merupakan organisasi yang baru pertama kali berpartisipasi dalam pemilu..!

"Kemenangan Hamas yang berhasil meraih hampir 60 persen suara rakyat Palestina dalam pemilu membuktikan bahwa rakyat Palestina mendukung jihad dan perlawanan terhadap penjajahan Zionis Israel," ujar Syeikh Abu Bakar Al-Awawida. Lalu ia melanjutkan, "Dalam hal ini, bukan berarti Hamas mengikuti konsep demokrasi ala Barat. Demokrasi itu semata-mata hanya sebagai 'wasilah' (sarana), Hamas mengambil manfaat dari demokrasi untuk menuju kemenangan, untuk membela agama dan umat dan bukan untuk kepentingan Hamas."

Berarti upaya AS, Eropa, Israel dan antek-antek mereka di Palestina dalam tubuh Fatah, untuk membentuk opini publik bahwa jihad dan perlawanan bukanlah pilihan rakyat Palestina melalui hasil Pemilu 2006 tersebut terbukti salah. Lalu ketika akhirnya fihak Barat tidak mengakui kemenangan poltik Hamas, maka mereka lalu berkonspirasi untuk memerangi rakyat Palestina melalui perang fisik yang tidak seimbang. Fihak Hamas-pun meladeninya dengan heroisme jihad dan perlawanan yang memang merupakan watak orisinal perjuangan gerakan ini. Dan melalui Ma’rokah Al-Furqon (perang Gaza) yang berlangsung selama 22 hari di akhir Desember 2008 hingga Januari 2009 Hamas kembali membuktikan kepada dunia bahwa rakyat Palestina memang berfihak kepada jihad dan perlawanan bukan kepada jalan damai dan negosiasi menghadapi musuh Zionis Yahudi Israel. Sehingga selama perang berlangsung tidak ada terdengar seorangpun warga Gaza maupun Tepi Barat yang menyalahkan Hamas, kecuali dari para politisi Fatah yang memang dengki dan berseberangan dengan gagasan al-jihad wal-muqowwah (jihad dan perlawanan).

Saudaraku, belajar dari pengalaman Hamas berarti ada beberapa kesimpulan yang sepatutnya diambil oleh setiap organisasi, jamaah, da’wah, harokah (gerakan) dan partai Islam bila hendak berpartisipasi dalam sistem kafir Demokrasi ala Barat, khususnya Pemilu:

Pertama, Hamas memandang Pemilu -sebagai bagian dari sistem Demokrasi- merupakan sebuah sistem di luar Islam yang bisa dijadikan kuda tunggangan untuk meraih sasaran antara perjuangan. Di dalamnya mengandung unsur mafsadat (kerusakan) dan maslahat (manfaat). Partai Hamas memastikan bahwa institusinya telah cukup immune untuk tidak terkontaminasi oleh mafsadatnya dan cukup yakin sanggup memetik maslahatnya. Oleh karenanya Hamas telah melakukan assessment yang akurat dan teliti akan dukungan masyarakat terhadap ide-ide Partai Hamas.


Kedua, hendaknya ada sasaran kuantitatif yang bisa diukur untuk memastikan bahwa ide Partai didukung oleh masyarakat. Dalam hal Hamas, ide yang mereka usung adalah al-jihad wal-muqowwah (jihad dan perlawanan). Dan mereka secara tegas menawarkannya kepada publik. Sedikitpun mereka tidak surut dalam menawarkan gagasan militannya itu. Mereka sejak awal telah secara tegas mengumumkan kepada publik bahwa Hamas tidak akan menempuh jalan damai dan negosiasi dalam menghadapi musuh Zionis Yahudi Israel.

Ketiga, Hamas tidak pernah tunduk kepada selera masyarakat dalam berpolitik, khususnya dalam tampilan kampanyenya. Malah Hamas-lah yang mengarahkan masyarakat. Dan mengingat bahwa kerja tarbiyyah, khairiyyah-ijtima’iyyah dan al-jihad wal-muqowwamah telah berlangsung dengan kokoh dan meluas di tengah masyarakat, maka Hamas cukup confident untuk memastikan mereka bakal memenangkan suara rakyat. Dan terbukti dalam realita bahwa estimasi mereka bukanlah sekadar asumsi apalagi mimpi di siang bolong.

Keempat, Hamas membuktikan dirinya sebagai sebuah partai Islam yang tidak sekedar pandai menebar janji. Bahkan jauh sebelum berpartisipasi dalam Pemilu Hamas telah membuktikan janji-janji yang kemudian dilontarkannya di masa menjelang Pemilu. Sehingga bagi rakyat mereka tidak perlu bertanya apakah janji Hamas sanggup ditepati atau tidak, karena yang terjadi selama ini ialah bukti lapangan telah ditunjukkan sebelum janji dilontarkan.

Kelima, sejak hari pertama berkiprah di tengah masyarakat Hamas tanpa ragu telah mengedepankan identitas Islam. Mereka tidak pernah seharipun meninggalkan dan menanggalkan identitas dan ideologi Islam dalam berjuang, sebab mereka sangat yakin bahwa kemuliaan hanyalah bersama Iman dan Islam dan sebaliknya bila meninggalkan Iman dan Islam kehinaanlah yang akan didapat di dunia dan siksa pedih menanti di akhirat. ”Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS AlBaqarah ayat 85)

Keenam, Hamas telah sukses membuktikan bahwa Pemilu/Demokrasi hendaknya hanya dijadikan sebatas kuda tunggangan untuk benar-benar hanya menawarkan Islam sebagai solusi tunggal kehidupan ke-ummatan dan bernegara. Hamas tidak pernah malu-malu mengumumkan bahwa Syariat Islam merupakan cita-cita bersama. Sehingga masyarakat Palestina tidak pernah memiliki kesamaran dalam melihat maksud dan tujuan Partai Hamas. Sehingga jelas sekali perbedaan antara Hamas sebagai partai Islam dengan Fatah sebagai partai nasionalis-sekularis. Sehingga batallah anggapan yang mengatakan bahwa Hamas terjebak terjebak dalam permainan sistem kafir demokrasi sebagaimana banyak partai-partai Islam kebanyakan di negeri lainnnya.
Ketujuh, Hamas dengan mudah dan relatif cepat memperoleh dukungan dan kepercayaan luas masyarakat karena mereka sukses membuktikan dirinya bukan sekedar sebuah partai politik yang hanya haus dan sibuk mengejar kekuasaan. Hamas dikenal luas sebagai sebuah organisasi multidimensi mencakup aspek da’wah, tarbiyyah, sosial-kebajikan, jihad-perlawanan dan politik.
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran ayat 139)
Read more »

Sama-sama Ngotot Capres, Koalisi Golkar-PDIP Bakal Sulit


Jakarta - Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sedang menjajaki koalisi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) Juli mendatang.


Koalisi ini diperkirakan bakal sulit terjadi karena kedua partai sama-sama ngotot mengajukan calon presiden."Golkar dan PDIP akan sulit bergabung sebab masing-masing sudah diputus (capres) pada rakernas," jelas pengamat politik dari Universitas Indonesia Zulfikar Ghazali ketika dihubungi detikcom, Kamis (24/4/2009).


Zulfikar menilai di antara kedua partai tersebut, diprediksi tidak ada yang mau mengalah untuk duduk sebagai calon wakil presiden (cawapres). Dari sisi PDIP, partai berlambang banteng moncong putih itu sudah punya dukungan kekuatan mengusung capres dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).


Capres yang diusung PDIP Megawati Soekarnoputri akan berduet dengan Prabowo Subianto atau Wiranto. Jika sulit terjadi koalisi, kemungkinan Golkar akan merangkul Partai Persatuan Pembangunan (PPP) partner menuju pilpres.


Alasannya sederhana, karena Golkar dan PPP merupakan kawan lama serta komunikasi di antara keduanya sudah dibangun sebelum pemilu berlangsung. Sedangkan untuk kekuatan Partai Demokrat dan capres yang diusungnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri, diperkirakan akan menggandeng Hidayat Nur Wahid yang akan diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai cawapresnya. Hal ini karena PKS menyatakan tidak akan berkoalisi dengan Golkar. Sedangkan dengan PDIP sejak jauh hari PKS menyatakan tidak akan berkoalisi."SBY dengan Hidayat akan memberikan keuntungan sendiri, karena dia (SBY) sudah pasti didukung PAN (Partai Amanat Nasional)," jelas dia.


Kendati PAN akan berusaha ditarik Golkar, namun tarikan Golkar ini dinilai tak mempan, karena Ketua Majelis Pertimbangan PAN Amien Rais sudah meminta PAN untuk mendukung SBY. "Jadi akan ada 3 pasang calon presiden dan calon wakil presiden," ujarnya.( nwk / nwk )

Didit Tri Kertapati - detikPemilu
Read more »

Muladi Nilai Golkar Emosional Usung JK Jadi Capres

Jakarta - Partai Golongan Karya (Golkar) akan mengusung Jusuf Kalla (JK) sebagai calon presiden (capres).

Keputusan tersebut dinilai sebagai tindakan emosional. "Kalau nuansa rasional yang dikedepankan, maka otomatis partai memperhitungkan kekuatan survei. Tapi nampaknya tadi emosionalnya begitu luar biasa," ujar Ketua DPP Golkar Bidang Hukum Muladi.


Hal itu disampaikan Muladi usai Rapat Pimpinan Nasional Khusus (Rapimnasus) di Hotel Borobudur, Jl Pejambon, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/4/2009).


Menurut Muladi, segala kemungkinan yang ada di tubuh Golkar akan sulit diantisipasi. Muladi menilai keputusan DPP ini semata-mata hanya menonjolkan harga diri partai."Harga diri partai yang ditonjolkan disini.


Itulah yang terjadi tadi" terang mantan Menteri Kehakiman ini. Muladi menambahkan meski pengambilan keputusan dalam rapimnasus tadi sarat dengan muatan emosi namun keputusan tersebut dibuat berdasarkan keputusan bersama. "Tadi semua atas mufakat bersama bukan karena voting," tandasnya.( ddt / nwk )
Read more »

Kamis, April 23, 2009

Pandangan Barat terhadap Partai Islam

Meski selalu ada potensi bahaya dari partai Islam terhadap kebebasan yang demokratis, jika kelak berkuasa, pelibatan partai-partai tersebut dalam institusi-institusi demokrasi secara terbuka dalam jangka panjang akan mendorong lahirnya sikap moderat” (RAND Project AIR FORCE)

Tentu bukan tanpa alasan kalau Hillary Clinton memuji-muji Indonesia sebagai negara demokratis terbesar dunia yang berhasil menggabungkan Islam dan demokrasi. Bukan tanpa alasan pula kalau negara Barat memberikan bantuan dana yang besar bagi suksesnya pemilu Indonesia termasuk menghadirkan pemantau asing. Eksistensi penjajahan negara Barat seperti Amerika Serikat sangat ditentukan sejauh mana dunia lain mengadopsi ide pokok mereka demokrasi dan liberalisme. “ Jika kita mau melindungi negara kita dalam jangka panjang, hal terbaik yang dilakukan adalah menyebarkan kebebasan dan demokrasi,” tegas Bush (Kompas, 6/11/2004).

Dengan jumlah penduduk yang mayoritas Muslim terbesar di dunia mengamankan Indonesia sebagai negara yang demokratis menjadi sangat penting bagi negara adi daya itu. Demokrasi dengan pilar pentingnya kedaulatan rakyat akan tetap menjamin Indonesia menjadi negara sekuler. Ini sangat penting bagi negara Paman Sam. Negara sekuler akan menyelamatkan Indonesia dari ancaman penegakan syariah Islam. Sebab prinsip sekuler menegasikan agama sebagai pengatur kehidupan dalam bidang ekonomi, politik dan sosial.

Agama dikerdilkan sebatas moral, ritual, kewajiban individual. Kalapun bersinggungan dengan politik hanya sebatas nilai substansialnya saja seperti kejujuran, amanah, dan semacamnya. Berdasarkan prinsip sekuler ini, siapapun yang ingin menegakkan syariah Islam akan diserang dengan opini: Indonesia bukan negara agama, Indonesia bukan hanya milik umat Islam!

Tegaknya syariah Islam di Indonesia tentu saja mimpi buruk yang sangat menakutkan negara imperialis itu. Dengan jumlah penduduk 220 juta yang mayoritas Islam dengan kekayaan alam yang melimpah akan menjadi negara Khilafah yang kuat. Pasalnya, tegaknya syariah Islam akan menghentikan penjajahan Amerika di Indonesia karenanya akan mengancam kepentingan politik dan ekonomi mereka di Indonesia.

Syariah Islam akan membendung permainan politik negara imperialis seperti AS yang selalu ingin memastikan elite-elite politik tetap di bawah kontrol mereka. Sebab pemimpin dalam Islam haruslah orang yang bertakwa, kuat dalam pengertian tegas, dan mengurus umat. Pemimpin bertakwa akan selalu menjaga tegaknya syariah Islam. Pemimpin yang kuat tidak akan memberikan jalan sedikit pun kepada asing untuk menguasai umat Islam apalagi mengontrol politik negeri Islam. Pemimpin itu juga akan lebih mendahulukan melayani masyarakat, bukan sebagai jongos dari negara-negara imperialis yang menjadi tuan besarnya.

Secara politik syariah Islam akan menutup segala hal yang menjadi jalan penjajahan asing. UU yang ditegakkan haruslah berdasarkan syariat Islam, bukan UU pesanan asing yang lebih memihak pada penjajah asing. Negara yang berdasarkan syariah Islam juga akan melarang LSM asing atau komprador asing yang menjadi kaki tangan asing menghancurkan negara, memecah belah negara, atau menyebarkan kemaksiatan atas nama HAM yang merupakan ide kufur.

Syariah Islam juga akan tegas terhadap kelompok yang mengatasnamakan kebebasan beragama dan berpendapat memurtadkan umat Islam, merusak akidah umat. Tidak akan dibiarkan kelompok seperti Ahmadiyah yang jelas-jelas kufur dan menjadi kaki tangan Inggris untuk merusak akidah umat Islam.

Syariah Islam juga akan menerapkan ekonomi berdasarkan syariah Islam. Hal ini jelas akan mengancam kepentingan penjajahan ekonomi AS. Berdasarkan syariah Islam eksploitasi kekayaan alam Indonesia atas nama pasar bebas dan investasi asing akan distop. Tidak akan dibiarkan kekayaan alam Indonesia dirampok oleh asing sementara rakyat Indonesi hidup menderita.

Berdasarkan syariah Islam barang-barang tambang yang jumlahnya melimpah seperti minyak, gas, batubara, emas, adalah milik rakyat (milkiyah ‘amah) yang tidak boleh dimiliki oleh individu/swasta apalagi asing. Barang tambang itu akan dikelola oleh negara dengan baik dan hasilnya untuk kepentingan rakyat seperti pendidikan dan kesehatan gratis tapi paripurna dalam pelayanan. Syariat Islam akan menghentikan privatisasi air, hutan, dan listrik. Sebab semuanya adalah pemilikan umum yang merupakan milik rakyat. Listrik dan air adalah hajat hidup rakyat yang penting yang bisa diperoleh rakyat dengan murah.

Negara yang berdasarkan syariah Islam ini akan menjadi negara adidaya yang kuat dan berwibawa serta siap berhadapan dengan negara imprialis yang bengis. Kewajiban jihad akan menjadi kekuatan utama tentara di samping persenjataan yang modern. Keinginan meraih surga dengan syahid fii sabilillah membuat tentara-tentara memiliki semangat yang luar biasa. Prinsip mereka: hidup mulia atau mati syahid. Tentara-tentara yang kuat ini akan menjadi pelindung rakyat dan negara dari segala bentuk penjajahan asing.

Walhasil, AS dan sekutunya akan selalu berusaha dengan segala cara menjamin agar Indonesia tetap menjadi negara sekuler. Untuk itu Indonesia harus dijaga agar sistem politiknya tetap demokrasi. Dan pemilu adalah mekanisme penting untuk menjaga itu semua! from my teacher Farid W
Muhammad Ghufron
Read more »

Golput Antara Apatis dan Putus Asa


Pemilu legislatif telah lewat , pilpres sudah menjelang .

Suhu persaingan antar parpol semakin panas. Antara tidak puas , sakit hati, iri hati pun semakin kentara.

KPU dijadikan kambing hitam karena permasalahan DPT yang sungguh berantakan . Panwaslu dibiarkan bekerja keras dengan berbagai langkah partai politik yang dianggap tidak tepat.

Intimidasi, teror, sikut kiri-kanan dan berbagai permainan belakang layar lain menjadi isu terkini situasi politik Indonesia, khususnya Aceh.

Di pihak lain, masyarakat semakin bingung dengan situasi politik yang tidak menentu. Tak ayal, kebingungan yang sudah berlarut ditambah kondisi pemerintahan yang tidak kunjung membaik menjelma menjadi satu keputusan; golput dalam pemilu . Dan angka golput ini sekalipun tidak dikampanyekan segencar kampanye parpol ternyata dampaknya masih luar biasa, artinya angka golput masih cukup tinggi. Dalam hal golput ada 2 kategori Golput yaitu golput sengaja dan golput dipaksa.

Bagi yang golput dipaksa mereka mencak - mencak dan mengatakan KPU tidak becus bekerja dan bagi pimpinan parpol yang baru masuk kancah politik mengatakan bahwa masalah DPT tersebut adalah agenda kecurangan secara sistematis yang dilakukan partai yang saat ini berkuasa.

Golput bisa ditafsirkan sebagai sikap pesimistis terhada calon legslatif yang ada. Mereka yang dicalonkan menjadi anggota dewan kali ini dianggap tidak mampu membawa perubahan dalam tatanan pemerintahan secara khusus, apalagi mengharap kesejahteraan rakyat yang terkadang tidak menjadi prioritas.

Dan ini memang ada benarnya terutama dari parpol yang tidak berbasis kader, sehingga setelah pemilu legislatif banyak caleg streess dan meninggal dan bunuh diri karena tidak bisa menerima kekalahan.

Klaim bodoh tidak bisa sembarangan dialamatkan kepada masyarakat yang lebih memilih untuk golput, golputers ini pun terdiri beragam kalangan termasuk mereka yang cerdas. Atas dalih kecerdasan itulah mereka memilih tidak memberi suara. Alih-alih membawa perubahan, mengontrol diri sendiri saja belum tentu mampu, demikian sebagian pendapat mereka yang memilih golput menanggapi kinerja calon legislatif yang akan kita pilih 9 april ini.

Sebagaimana jamak kita ketahui, walaupun mengklaim diri tidak memilih, pada dasarnya mereka yang melakukan golput tetap menjalani pilahan juga; pilihan untuk tidak memilih. Keputusan untuk tidak memilih adalah keputusan yang harus kita hormati. Karena di dalamnya bercampur aduk antara dendam, rasa bosan dan tingkat emosi lainnya yang pasti sudah dipikir secara matang.

Dari kalangan ulama muncul anjuran untuk tidak golput dalam pemilu. Sementara kalangan yang lebih ekstrem beranggapan bahwa haram mengikuti pemilu. Artinya, jika fatwa ulama mengatakan bahwa golput haram (dalam tanda kutip) maka bagi mereka adalah haram tidak golput. Lebih lanjut, mereka beranggapan bahwa demokrasi adalah sistem kafir yang tidak perlu diapresiasi sama sekali, apalagi dijalankan.

Di saat merebaknya berbagai polemik pemikiran menjelang pemilu, maka kita sebagai rakyat seharusnya menyadari bahwa sebagai pemilih kita masih punya tugas menjadi kontrol bagi pemerintah terpilih. Faktor pendidikan yang dipadukan dengan idealisme tinggi kemajuan bangsa akan menjadikan kita sebagai salah salah satu aktor dalam perjalanan bangsa ke depan.

Rasa bosan atas kinerja pemerintah selama ini sebenarnya juga berlatar belakang dari sikap apatis rakyat terhadap suatu pemerintahan yang berlangsung. Prinsip pragmatis dan kehidupan instan menjadi simbol masyarakat kita saat ini. di satu sisi mengahrap adanya perubahan secara total, tetapi di sisi lain mereka malah anti dengan roda perubahan itu.

Pemilu yang dikatakan sebagai tonggak perubahan bangsa tidak akan berjalan jika masyarakat masih memegang dasar egosentris. Melihat realitas yang ada atas dasar opini pribadi sungguh tidak laik bagi masyarakat demokrasi. Adanya kombinasi positif antara rakyat dan pemerintah adalah tanduk bagi kemajuan suatu bangsa demokrasi.

Melihat sikap masyarakat kita saat ini, di mana sebagian masih berpangku tangan sepenuhnya pada kinerja pemerintah, sementara sebagian lain terus mengedepankan kerangka berpikir yang oleh Thomas Hobbes dikatakan hasrat untuk berkuasa. Kedua kutub ini tidak akan dapat disatukan dalam satu pemerintahan yang konkrit. Oleh karena itu perlu ada kecermatan bagi kita sebagai konsekuensi diselenggarakannya pesta demokrasi ini.

Ketika kita menggugat sistem atau oknum yang berjalan di atas sistem itu, kita juga harus bisa mewujudkan diri sebagai masyarakat yang bergandeng tangan dengan pemerintah yang ada.

Toh yang terjadi selama ini adalah ulah oknum yang menghancurkan sistem demokrasi.

Jadi kita tidak dapat mengklaim ketidak-berhasilan sistem dalam menegakkan amanat rakyat, tetapi lihat pelakunya. Kita harus bisa menilai secara personal, arah mana yang dituju oleh seorang individu dalam menjalankan roda pemerintahan.

Oleh karena itu, menurut hemat penulis, memilih golput lebih disebabkan sikap pesimistis terhadap keberhasilan sistem. Padahal elemen yang paling berperan dalam menegakkan kesatuan bangsa adalah pelaku sistem. Jadi ketika kita tidak puas terhadap keberlangsungan sistem selama ini, bukan berarti kita menjauh, tetapi marilah kita melihat figur-figur baru yang siap memegang estafet bangsa.

Umat Islam sebagai kalangan mayoritas sangat disayangkan jika memilih golput sebagai jalan keluar. Karena ketika suara mayoritas tidak tersampaikan, jangan harap aspirasi umum akan tercapai. Ada benarnya jika dikatakan bahwa selama ini juga aspirasi mayoritas belum tersalurkan dengan utusan yang bergerak di dalam parlemen. Tetapi bisakah kita membayangkan, ketika tidak ada unsur mayoritas yang bergerak di sana, yang terjadi adalah dilangkahinya hak-hak mayoritas.

Oleh karena itu kita harus menyadari betapa pentingnya suara kita dalam pemilihan umum. Jika orang-orang cerdas yang dapat membedakan antara caleg baik dan buruk tidak memberikan suara (golput) maka tinggallah mereka yang awam dengan variasi pilihannya, apalagi masyarakat kita yang berada di pelosok masih banyak yang diidentifikasi buta huruf, lantas atas dasar apa mereka miemilih? Kondisi seperti ini sangat riskan, mengingat suap dan pembelian suara semakin marak, belum lagi dengan intimidasi dari golongan tertentu yang diperkirakan akan semakin merajalela untuk memenangkan partainya.

kondisi pemilu seperti itu akan melahirkan pengambil kebijakan yang lahir bukan dari nurani rakyat. Dan efek yang akan dirasakan juga bukan saja oleh mereka yang memilih, tetapi seluruh komponen masyarakat akan terkena imbas. Oleh karena itu, manakah yang lebih baik melenggangkan politikus yang busuk sama sekali atau memilih legislatif yang masih mempunyai sedikit kebaikan.

Kita tidak sedang berbicara mana yang terbaik di antara yang baik, karena penulis rasa akan banyak yang komplain. Tetapi mari kita lihat mana yang lebih baik di antara yang buruk, karena pikiran masyarakat kita sebagian telah cenderung negatif terhadap politik.

Umat Islam akan kecolongan jika menganggap golput sebagai jalan keluar, apalagi berpikiran bahwa praktik pemilu/ demokrasi tidak relevan dengan kehidupan. Karena jika kondisi seperti ini akan terjadi, akan lahir dari rahim politik orang-orang haus akan “syahwat politik”, mereka yang menghalakan cara apa saja untuk memperoleh kekuasaan.

Di antara kaidah yang sering digunakan adalah “ memilih salah satu perkara yang lebih sedikit unsur dharurah (kemudaratan).” Ketika kita dihadapkan kepada dua pilihan yang masing-masing mengandung unsur kemudaratan, maka kita dianjurkan untuk memilih bagian mana yang terkecil efek kerusakannya. Jika kita menganggap bahwa politikus itu sudah keluar dari mainstream yang berlaku, maka lihatlah di bagian mana orang yang lebih sedikit berlaku curang.

Kondisi politik yang terjadi selama ini adalah bias dari politikus yang lahir dari uang dan keserakahan. Oleh karena itu perlu adanya penyeimbang yang mampu membawa aspirasi umat Islam ke gelanggang politik praktis. Dan perubahan ke arah perbaikan itu tidak bisa dihasilkan seperti membalik telapak tangan, butuh proses dan kesinambungan sistem untuk mewujudkan suatu pemerintahan bersih yang tidak sekedar utopia sebagian pemikir berpandangan sempit.

Tulisan ini bukanlah kampanye untuk mendukung parpol tertentu, karena penulis sendiri cenderung tidak tertarik dengan politik praktis, tetapi bukan berarti kita harus non-partisipan.

Memilih adalah hak bagi kita, sejauh mana kita mengoptimalkan kesempatan dan hak yang telah diberikan kepada kita. Tidak ada paksaan untuk memilih karena dia bukan kewajiban. Tetapi lazim kita ketahui bahwa orang yang tidak mengambil haknya adalah mereka yang menyiakan kesempatan. Karena suara anda begitu berharga untuk nasib bangsa ini 5 tahun ke depan.

Pilihan ada di tangan anda!!
Masihkan anda akan golput kembali dalam pilpres Juli mendatang ?
Ingin minum belilah es
Biasa minum tak takut sakit perut
Ingin berubah ikut aja PKS
Mengapa pula ikutan golput

Read more »

Usul Pilpres Buat PKS (2)

Saya seperti Saudara Tri Prantoro, yang usul pada PKS. Saya bukan kader hanya simpatisan dan punya usul sebagai bukti simpati dan tentu saja harapan. Melihat hasil perolehan suara, dapat dikatakan PKS kalah, selain jumlah suara kecil juga jauh dari target. Dan karena itu saya melihat PKS seperti kebingungan mau menentukan koalisi dengan siapa dalam pilpres nanti agar tidak mengalami kekalahan dan kekecewaan yang kedua kalinya, karena tak mungkin maju sendiri sebagai Capres tanpa koalisi seperti rencana semula.

Sebelum melangkah lebih lanjut, sebaiknya kita instropeksi diri (muhasabah). Mengapa PKS kalah? Jawaban yang utama adalah kita salah mendefinisikan kalah dan menang. Kita salah membuat standar nilai kemenangan. Dianggap menang kalau suara yang diperoleh banyak. Benarkan suara banyak itu kemenangan? Jika kemenangan pemilu hanya berdasarkan suara yang diperoleh, maka pemilu 2009 ini pemenangnya tentu saja Golput. Ya, kan!

Ingatkah kita pada do’a Umar bin Khatthab yang minta pada Allah dimasukkan pada golongan yang minoritas (kecil). Mengapa? Karena hanya sedikit orang yang bersyukur, hanya sedikit orang yang komit pada islam, hanya sedikit orang yang istiqomah pada jalanNya dan hanya sedikit orang yang dimasukkan ke surga! Sebenarnya suara PKS kecil belum tentu menandakan kekalahan!

Muhasabah yang kedua mengapa suara PKS kecil? (Menurut saya pribadi yang bukan ahli politik dan sama sekali tidak punya ilmu politik, bahkan sangat tidak suka untuk belajar ilmu politik) kecilnya suara PKS dikarenakan dua hal:
  1. PKS identik dengan Islam (benarkan sudah Islam kaffah???), sehingga memunculkan islamfobia. Anti Islam, meskipun ia berKTP islam tidak akan memilih PKS.
  2. Di sisi lain saya melihat aura keislaman PKS sepertinya memudar. (Astaghfirullah dan mohon maaf... pada semua kader PKS).
Oleh karena itu PKS mulai ditinggalkan ummatnya. PKS yang dulunya mengklaim sebagai partai dakwah, ternyata (sepertinya) juga haus kekuasaan. Ambisi jadi presiden, setidaknya wakil presiden, atau setidaknya banyak menteri dari PKS. Hal ini menyebabkan mulai ditinggalkan para simpatisan PK (dulu sewaktu masih PK sebelum PKS keislamannya terasa lebih kental) dan simpatisan PK masuk dalam partai Golput yang suaranya mencapai lebih dari 40 persen.

Yang sudah berlalu biarlah berlalu. Pemilu dapat suara kecil, jadikan ini pelajaran. Partai kecil bukan berarti kalah. Golongan kecil yang sabar dapat mengalahkan golongan yang besar (aduh..., lupa ayatnya tercantum di mana, pastilah kader partai dakwah lebih tahu?). Jika kita lihat kebanyakan legislatif sekarang dari kalangan selebritis (tanpa menafikan mereka), pasti kader PKS lebih unggul. Buktikan PKS meskipun sedikit, tetapi mampu mengalahkan (baca mendominasi) DPR dengan dakwahnya. Ini baru kemenangan PKS.

Hal kedua, yang penting pada pilpres mendatang sebelum menentukan koalisi dengan siapa, lebih dulu menentukan standar kemenangan koalisi, agar arah gerak dan strateginya pasti. Apakah kemenangan itu jika yang diajak koalisi menang menjadi presiden 2009-2014 ataukah kemenangan yang hakiki dalam padangan Allah?

Saran saya, koalisilah dengan siapa saja yang komitmen untuk berjuang menegakan kebenaran. Soal kalah dan menang, bukan urusan kita. Seperti kata Saudara Tri Prantoro, kalaupun kalah paling-paling hanya tidak mendapat jatah menteri, masih bisa berjuang di DPR. Kalau benar PKS adalah partai dakwah, jangan takut tidak dapat jatah kursi menteri. Kita tidak diminta pertanggungjawaban atas kekalahan perjuangan tetapi proses dari perjuangan itu sendiri. PKS tidak akan ditanya mengapa tidak bisa menjadi Presiden/ Menteri, tetapi yang dipertanggungjawabkan adalah bagaimana PKS bisa menjadi Presiden/ Menteri dan apa saja yang PKS lakukan. Bukan hasilnya!

Kalau PKS masih menginginkan koalisi untuk kemenangan semu (dapat jatah wapres atau kursi mentri yang banyak), ya...., maaf sajalah, good bye, PKS untuk pemilu mendatang. Coba, kalau PKS dapat jatah Menteri usulkan saja orang di luar kader PKS atau nonpolitisi, tentu saja yang orang yang istiqomah pada Islam (Jangan mengklaim di luar PKS tidak ada kader yang bagus, pasti masih ada orang Islam yang taat di Indonesia ini yang tidak masuk PKS)? Berani?

Yah, itu sekedar usul dan saran dari saya. Mohon maaf jika tidak berkenan.
Astghfirulohuli walakum.
ummuhayfani@eramuslim.com
Read more »

Menghitung Peluang SBY-HNW

INILAH.COM, Jakarta – Siapakah calon wakil presiden untuk SBY?

Pasca putus hubungan dengan Partai Golkar, sulit bagi SBY merebut orang di mainstream Partai Beringin.

Hidayat Nur Wahid?

PKS boleh berharap. Tapi, resistensinya tinggi. Pecahnya rencana koalisi Golkar dan Demokrat memang membuat peta koalisi menjelang Pemilihan Presiden 2009 berubah drastis. Partai Golkar kini berhadapan dengan dua pilihan yang lebih realistis: maju membentuk blok sendiri, atau bergabung dengan blok Teuku Umar.

Kembali ke Demokrat, sebagaimana usulan sejumlah tokohnya, hanya seperti menjilat ludah sendiri. Perpecahan itu juga membuat teka-teki siapa cawapres SBY kian sempit. Tapi, teka-teki tetap teka-teki. SBY tetap menyodorkan tanda tanya, tak hendak menerangkan, apalagi memperjelas, siapa yang bakal mendampinginya. Sejauh ini dua nama di luar mainstream DPP Partai Golkar disebut-sebut. Keduanya Akbar Tandjung dan Siswono Yudhohusodo.

Persoalannya, dari rapat pimpinan nasional khusus (rapimnassus) Golkar yang kini sedang berlangsung, dukungan untuk ini sangat tipis. Peserta rapimnassus bahkan lebih dominan mendukung perisahan dengan Demokrat.

Lalu?

Hatta Rajasa?

Suara PAN juga tak terlalu signifikan dalam mendukung koalisi di parlemen.

Sri Mulyani Indrawati?

Resistensinya juga tinggi karena dia bukan orang partai. Itu hanya bisa terjadi jika parpol-parpol yang bergabung dengan koalisi Demokrat, rela posisi RI-2 diambil orang nonpartai. Pilihan lainnya adalah Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR yang juga mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

PKS memang parpol yang sudah menyatakan itikad berkoalisi degan Demokrat dan SBY, bahkan sebelum Pemilu berlangsung. Mereka pula yang pernah menyodorkan nama Hidayat sebagai pendamping SBY sebelum Pemilu berlangsung. Hasil exit poll LP3ES yang dilakukan saat Pemilu lalu pun menempatkan duet SBY-HNW sebagai yang paling favorit. SBY-HNW bahkan lebih unggul dibandingkan SBY-JK saat itu. SBY-HNW saat itu meraih suara 20,8%, mengungguli SBY-JK 16,3%, apalagi SBY-Akbar yang hanya 5,4%.“ Popularitas Hidayat menggeser Jusuf Kalla sebagai cawapres yang difavoritkan berpasangan dengan SBY,” kata Suhardi Suryadi, Direktur LP3ES, pekan lalu.

Jadi, Hidayat?

Belum tentu juga. Pagi-pagi, mulai banyak orang Demokrat yang mulai ‘gerah’ dengan kemungkinan duet SBY-HNW. Achmad Mubarok, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat mengaku dirinya menerima banyak pesan pendek (SMS) yang menolak Hidayat. “Terutama dari kalangan NU dan Muhammadiyah,” kata tokoh yang pernah memicu kontroversi itu. Dia bahkan menyebutkan pula, Hidayat belum teruji sebagai kandidat pendamping untuk SBY.

Mubarok meragukan kemampuan Hidayat karena belum pernah memegang birokrasi. “Dia dosen, dai yang baik, gaya berpolitiknya dakwah, tapi belum teruji,” katanya, Kamis (23/4). Dia bahkan menilai, apa yang dilakukan PKS dengan menyatakan Hidayat berpeluang jadi pendamping SBY hanyalah sebagai manuver politik PKS semata. Dalam pandangan peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanudin Muhtadi, salah satu yang mengganjal duet SBY-HNW adalah asal parpol Hidayat: PKS. Dia mengkhawatirkan para pemilih Demokrat akan lari jika SBY memilih Hidayat. Pasalnya, dalam pandangan mereka, Hidayat adalah figur yang berasal dari parpol yang dipandang memiliki aliran konservatif Muslim.“Hidayat akan jadi bumerang, akan mengurangi basis massa SBY. Pemilih non-Muslim akan keluar, termasuk pemilih Muslim sekuler,” katanya memperhitungkan.

Tetapi, Burhanudin pun tak menutup mata atas sisi keunggulan Hidayat. Anggota Majelis Syura PKS ini lebih dikenal publik. Kecuali itu, dia memiliki jejak rekam yang bersih, utamanya soal korupsi.

Keunggulan lainnya?

Sementara ada kemungkinan pemilih non-Muslim ataupun Muslim sekuler Demokrat lari, hal tersebut masih bisa menutup dari pemilih PKS yang cenderung fanatik. Lihatlah hasil exit poll LP3ES, SBY-HNW akan dipilih oleh 39,4% pemilih Demokrat dan 51,5% pemilih PKS. [I4]

Read more »

Kemiskinan di CisokaPENGANGGUR PUN BERTAMBAH

Usup Supriadi (30), warga Desa Cempaka, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, sudah tiga tahun menjadi tukang ojek sepeda motor. Kalau sedang ramai, Usup membawa pulang Rp 30.000 per hari. Tak jarang pula dia hanya memperoleh Rp 5.000.

Namun, Usup masih beruntung bisa menjadi pengojek walau penghasilannya pas-pasan, kalau tidak ingin disebut kurang. Ada pula banyak anak muda di Cisoka yang hingga kini masih menganggur.

Catatan Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah penganggur disetiap desa di kecamatan itu rata-rata 2.000 orang dari sekitar 6.000 penduduk desa. Ini berarti sepertiga penduduk menganggur. Di Cisoka terdapat 10 desa, dengan angka pengangguran di setiap desa rata-rata sekitar 2.000 orang. Ini mencerminkan betapa sulitnya mereka yang berusia produktif mendapatkan pekerjaan.

"Penganggur bertambah banyak setelah sejumlah pabrik di Balaraja, Tangerang, tutup. Anak-anak muda di Cisoka memang banyak bekerja di Balaraja. Setelah pabrik sepatu seperti Eagle, Starwin,Tae Hwa, Doson, dan Hejo, pekerja pun menganggur, termasuk dari Cisoka," kata Eka Nurjaman, staf Kecamatan Cisoka.

Yang menyedihkan, mereka pun tak dapat menggarap sawah atau menjadi buruh tani di desa karena sawah di sana pada umumnya tadah hujan. Tidak hanya itu, lahan pertanian pun terus menyusut dari tahun ke tahun. "Bukan karena lahannya beralih untuk kawasan industri, karena memang tidak ada industri di sini, tetapi disulap untuk kawasan perumahan," kata Sekretaris Kecamatan Cisoka AsepNusa Permana.

Di Cisoka terdapat sedikitnya enam kompleks perumahan yangberlokasi di lima desa, yaitu :
  • Bukit Gading Permai (di DesaSelapajang),
  • Griya Permata Cisoka (Desa Cibugel),
  • Surya Jaya Indahdan Cempaka Indah (Desa Cempaka),
  • Pesona Wibawa Praja dan
  • KemuningPermai (Desa Jeunjing), serta
  • Cisoka Indah Regensi (Desa Sukatani).
Lokasi Cisoka yang tak jauh dari lintasan kereta api Tanah Abang-Maja-Rangkasbitung menjadi salah satu faktor yang membuat pengembang berani membangun perumahan di wilayah yang terletak sekitar 50 kilometer barat daya Jakarta itu."Cukup banyak pegawai Pemprov DKI Jakarta yang memiliki rumah di Cisoka," kata Eka.

Meski harus menempuh perjalanan jauh, pembeli rumah di Cisoka agaknya tak mampu lagi membeli rumah di dekat Jakarta yang sudah melambung tinggi. Harga rumah di Cisoka dengan luas bangunan 36 m2 dan luas tanah 150 m2 sekitar Rp 68 juta.

Tak punya pabrik.
Cisoka tidak memiliki pabrik yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, tidak seperti beberapa kecamatan lain di Kabupaten Tangerang. Kalaupun ada, hanya beberapa industri kecil dan menengah yang hanya mampu menyerap rata-rata lima sampai 10 orang.

Kecamatan Cisoka, yang seluas 2.878,24 hektar, hingga Juli 2007 berpenduduk 70.723 jiwa atau 18.699 keluarga. Catatan BPS menunjukkan jumlah penganggur mencapai 22.000 orang. "Kondisi ini sangat memprihatinkan," kata Asep Nusapermana di kantornya.

Taraf hidup di Cisoka mulai turun. Ini terlihat dari makin banyaknya rakyat yang beralih menggunakan kayu bakar. "Harga minyak tanah naik, kami pilih pakai kayu bakar. Bisa menghemat separuh biaya," kata Nyonya Oma, warga Cisoka, yang saat ditemui sedang menanak nasi menggunakan kayu bakar.

Cisoka sebetulnya tidak terlalu jauh dijangkau dari Jalan Tol Jakarta-Merak. Cisoka bukan daerah yang terlalu terpencil di bagian tengah Provinsi Banten. Namun masyarakat di daerah ini merasa "terpencil" karena tak ada yang peduli kepada mereka. Juga tak peduli kepada anak muda yang berharap dapat kerja dan kepada kaum ibu yang terpaksa menggunakan kayu bakar untuk melanjutkan kehidupan. FOTO di blog ini foto seorang ibu di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, menggunakan kayu bakar untuk memasak.
Foto oleh R Adhi Kusumaputra/Kompas
Read more »

Jumlah Suara Dicomot PKNU, Caleg PKS Ngadu ke Panwaslu



KOTA- Merasa dicurangi dalam penghitungan suara, Calon Legislatif dari Partai Kedailan Sejahtera (PKS), Samsuri ngadu ke Panitia Pengawas Pemilu Kota Tangerang.


Pengaduan didasarkan adanya dugaan kecurangan yang dilakukan oleh PPK Priuk dengan cara mengurangi perolehan suara yang diraihnya dan dialihkan ke PKNU.. ”


Indikasi tersebut, ditemukan oleh saksi dan teman-teman dari PKS disetiap PPK dan PPS, dan saya merasa dirugikan dengan hal tersebut,” ungkap Samsuri Caleg PKS.


Menurut Samsuri, awalnya, suara yang diraih oleh PKNU hanya berada dibawah angka 4 ribu, tetapi bisa berubah dan melebihi angka 4 ribu. Dengan demikian ia akan melaporkan indikasi kecurangan tersebut kepada Panwaslu.


Dan saat ini pihaknya tengah mengumpulkan bukti-bukti kelengkapannyaSementara itu, Ketua Tim Advokasi DPD PKS Kota Tangerang, Irfan Rifai yang ditemui terpisah membenarkan temuan kecurangan yang dilakukan oleh PPK Priuk.


Tidak hanya itu, ia juga mengatakan sudah membawa kasus tersebut kepada panwaslu Kota Tangerang. Pasalnya, cara-cara yang dilakukan oleh PPK Priuk tersebut sangat merugikan caleg PKS untuk bisa meraih kursi sebagai anggota dewan. ” Kecurangannya memang ada, dan sudah kita laporkan ke panwaslu,” tandas Irfan. (dini)
Read more »

Salut Buat PKS, Maju Terus tanpa Koalisi dengan Partai Pemenang Pemilu

PKS keluar dari koalialisi ?

Apakah anda semua sudah membaca , di www. detik.com , atau mungkin bisa dilihat di link berikut ini.

Sebuah terobosan yang patut kita hargai, saya sebagai simpatisan PKS , akan sangat senang bila PKS mau membentuk koalisi sendiri katakan dengan PKB, PPP, dan PAN. yang nota bene masih bisa kita harapkan ada nuansa islam nya.

Jika koalisi tersebut jadi terbentuk, maka bisa mencalonkan Capres dan Cawapres , sebagai alternatif Pilihan bari rakyat indonesia.

Dan kita bisa melihat sebuah fenomena demokrasi yang arif, tidak perlu memboikot pilpres sebagaimana yang dilansir dalam berita bahwa ada isu pemboikotan pilpres oleh sekelompok politisi ( mudah2an ini tdk benar).

Mari tunjukan dengan karya...ajukan calon , kalah dan menang bukan menjadi ukuran, tapi berusaha untuk merubah ..itulah ukurannya.

Untuk itu , marilah kita lihat bagaimana perjalanan PKS menuju pilpres mendatang, semoga harapan rakyat untuk melihat perubahan menjadi sebuah keniscayaan.

Apalagi PKS sudah berniat untuk menjadi partai independen di parlemen, salut saya ucapkan buat PKS.

Tulislah sebuah sejarah , bahwa dibumi pertiwi pernah lahir sebuah partai yang memperjuangkan kepentingan rakyat dalam menggapai ridlo Illahi.......dan partai itu bernama Partai Keadilan Sejahtera.......Partai Kita Semua.

Semoga Barokah Allah swt mengalir kepada para politisi yang berjuang dijalanNYA, amien.
Read more »

SBY-HNW Didukung Para Kiai Karismatik.


PK-Sejahtera Online: Rencana Golkar pisah dengan PD disambut gembira Kyai Madura. "Terbuka peluang utk bentuk Koalisi Nasionalis-Relijius Partai Demokrat dengan PKS, PAN plus PKB," ujar KH Ahmad Baehaki, Pimpinan Pondok Pesantren Haramain Pantura yang menjadi anggota Shilaturrahim Ulama (SHILU).
SHILU Madura sendiri beranggotakan dua ratus kiai karismatik antara lain :
  • KH. Ali Dhofir Pimpinan ponpes Al-Mursid Aram2,
  • KH. Bustomi Barza Pimpinan ponpes Assyafiiyah Tamberu,
  • KH. Qomaruddin Pimpinan ponpes Alfalah,
  • KH. Abdul Mugni Sam'an Pimpinan ponpes Mambaul'ulum2 Ponjanan, dan lain lain.
Dlm pertemuan ahad (19/04) para kiai mendukung pencalonan Hidayat Nur Wahid sebagai Cawapres disandingkan dengan SBY. Ini pasangan pas dengan elektabilitas tinggi. "Hatta Rajasa atau Soetrisno Bachir bisa jadi Menko.
Tokoh PKB bisa ambil peran penting eksekutf, jangan terfokus RI 1 & 2. Untuk menang pilpres butuh popular vote, untuk efektivits pemerintahan perlu parliamentry seats cukup" ujar Sapto Waluyo, anggota MPP PKS yg ditugaskan di Dapil Madura.
Read more »

SUARA UNTUK DPR RI - DAPIL BANTEN III

Perolehan sementara CAD DPR RI Banten III - Partai Keadilan Sejahtera

  1. DRA. HJ .YOYOH YUSROH = 3.866
  2. H. JAZULI JUWAINI, Lc. MA = 7.363
  3. DR. WARSITO, M.ENG. = 1.108
  4. ACHMAD ARYANDRA, Ak., M.Si. = 741
  5. INDRA, SH = 817
  6. NURUL HIDAYATI K. UBAYA = 542
  7. KAMINO, S.Pd.I =279
  8. NIRWAN NAZARUDDIN, M.I.S. =441
  9. HJ. NURUL HURIAH ASTUTI, SKM =647
  10. M. NATSER ABDOELLAH, Lc., MA. =205
  11. UNGGUL HIDAYATI =221

Total Suara Caleg 16.230

Read more »

Besok, Lima Warga Pelanggar Pemilu Diadili

  1. Yani Aprianti,
  2. Nani Rostiani,
  3. Eem Suherti dan
  4. Sujatma

akan disidang di Pengadilan Negeri (PN) Serang, Jumat (24/4).

Kepastian hari sidang itu menyusul pelimpahan berkas oleh salah seorang Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam perkara tersebut Andri Saputra ke PN Serang, Selasa (22/4). Menurut keterangan Panitera Muda (Panmud) Pidana PN Serang Basrida Murni, perkara pelanggaran pemilu itu sudah harus mendapatkan keputusan dalam waktu 7 hari sejak disidang.

Oleh karena itu begitu mendapatkan informasi adanya perkara pelanggaran pemilu, PN Serang segera mengajukan nama-nama hakim yang akan menagani kasus itu ke Pengadilan Tinggi (PT) Banten. Sehingga ketika berkas perkaranya dilimpahkan ke PN Serang, majelis hakim yang menanganinya sudah ada. “Begitu juga dengan hari sidangnya yang kami jadwalkan akan dilaksanakan pada Jumat (24/4),” tambah Basrida.

Eem, kata Basrida akan disidang oleh hakim Masrimal, sedangkan Sujatma disidang oleh hakim Ucu Jaya Sarjana, dan Barkah oleh hakim Toto Ridarto. “Sedangkan Yeni Aprianti disidnag oleh hakim Bambang Irawan dan Nani Rostiani disidang oleh hakim Tito Suhud,” imbuhnya. Sekadar informasi, kelima warga asal Kibin Kabupaten Serang dan Lopang, Kota Serang nekat menggunakan surat panggilan pemilih (form C4) atas nama orang lain karena berkeinginan kuat untuk mencontreng dalam Pemilu 2009.

Sayang, nama mereka tak tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Itu terjadi di TPS 16 dan TPS 17 yang ada di dalam PT Nikomas Gemilang. Di sana Barkah menggunakan C4 atasnama Kartikawati, Yani menggunakan C4 atasnama Ratna Dewi, dan Nani Rostani menggunakan C4 atasnama Amalia padahal sejatinya nama ketiganya tidak terdaftar dalam DPT di TPS 16 dan 17 tersebut. Sementara suami istri Eem Suherti dan Sujatna juga melakukan hal serupa di TPS 02 dan TPS 03 Kelurahan Lopang, Kecamatan Serang, Kota Serang.

Keduanya diketahui menggunakan C4 atasnama Rahmawati dan Erwin. Perbuatan itu melanggar pasal 289 UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu dengan ancaman pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 18 (delapan belas) bulan dan denda paling sedikit Rp 6.000.000,000.(dew)
Read more »

FUI Dorong Terbentuknya Koalisi Parpol Islam


Pernyataan DPP Partai Golkar yang mengejutkan akan memisahkan diri dengan Partai Demokrat, mulai mengerucutkan arah koalisi partai politik pada pemilu presiden mendatang. Menanggapi peta politik menjelang pilpres, Ormas dan gerakan Islam mendorong bersatunya kubu partai politik Islam.

"Dengan pisahnya Golkar dari SBY, berarti kekuatan akan terpecah menjadi tiga kubu yakni SBY, Golkar dan Mega.

Maka sudah saatnya kubu Islam yang terdiri dari :


  1. PKS
  2. PAN
  3. PPP
  4. PKB
  5. PKNU
  6. PMB

bersatu, dan bertawakal pada Allah SWT maju dalam Pilpres Juli," kata Sekjen Forum Umat Islam (FUI) M. Al-Khaththath dalam pesan singkat yang diterima Eramuslim, Kamis (23/4).

Forum Umat Islam (FUI yang merupakan gabungan dar ormas-ormas dan gerakan Islam, menurutnya, dengan kekuatan penuh (full power) mendukung kemenangan partai Islam. "Umat Islam menunggu datangnya hari gembira itu, Allahu Akbar," tegas Khaththath.

Sebelumnya, Rabu malam bertempat di kediaman Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin beberapa tokoh Islam diantaranya Hidayat Nur Wahid, Sekretaris Jenderal Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Agus Salim, Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ichwan Sam, Rektor ITB Heri Suhardianto, dan Ketua MUI Nazli Adlani.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin berencana untuk mendorong terbentuknya koalisi Islam, karena lima partai Islam dan berbasis massa Islam masuk dalam sepuluh peringkat besar pemilu legislatif lalu.

"Kita bersyukur pada parpol yang berbasis Islam masuk dalam sepuluh besar. Kita harap yang masuk dalam 10 besar ini bisa bergabung berkoalisi strategis,dimana bisa menyikapi persoalan strategis dan juga bisa bertanggung jawab moril untuk bisa bersama-sama," ujarnya.

Menurut Din, gagasan koalisi ini bukan pikiran yang sekteranistik, karena suara parpol Islam sangat signifikan jika bisa bergabung.

"Parpol Islam punya kekuatan yang besar, dan itu yang ingin kita munculkan. Baru setelah itu kita berkoalisi dengan parpol berbasis nasionalis," jelasnya.

Saat ditanya apakah pertemuan ini akan mengarah pada pencalonan capres dan cawapres, Din membantahnya, karena dalam pertemuan itu dirinya hanya sebagai motivator.

Selain itu, Din juga menolak wacana tentang boikot hasil pemilu legislatif lalu, dengan alasan pertimbangan utama ekonomi dan juga ongkos sosial politik yang tidak sedikit. Apabila ada kekurangan, sebaiknya menjadi perbaikan kedepan. (nov/dt)
Read more »

PKS: Selamatkan Suara Umat

PK-Sejahtera Online: Stempel “hebat” untuk para saksi PKS bukan saja claim internal PKS saja. Hampir seluruh parpol mengangguk sebagai tanda setuju dengan kegigihan, keakuratan dan keberanian para saksi yang disebut tim delapan ini.

Di saat saksi parpol lain bertumbangan sebelum mendapat formulir C dan C1 di masing-masing TPS, saksi-saksi PKS justru tetap bertahan meski ada yang usai menjelang subuh. Dengan bekal form C tersebut, para saksi PKS yang diamanahkan di tingkat yang lebih tinggi (PPK dan saksi penghitungan di KPU Batam) berkali-kali menggagalkan upaya penggelembungan suara yang dilakukan oleh beberapa oknum.

Mereka (para saksi PKS) memang terkesan ngeyel. Namun ngeyelnya menggunakan data yang valid, sehingga KPPS, PPK dan KPU serta para saksi parpol lain yang hanya ingin proses penghitungan segera berakhir kadang merasa jengkel.

Namun kedongkolan saksi “rival” politik tidak berdasar karena data yang dibawa berdasarkan claim dari parpol maupun calegnya masing-masing. Bahkan saksi-saksi partai lain ada yang hanya menggunakan catatan di kertas bungkus rokok sebagai data untuk berargumentasi.

Tahu hanya saksi PKS yang datanya paling valid, imbasnya adalah banyak parpol dan caleg yang datang ke Sekretariat PKS Batam yang beralamat di Ruko Taman Niaga Sukajadi ini. Hampir setiap hari caleg maupun parpol datang ingin mendapatkan data perolehan suara partai dan calegnya masing-masing.

Menurut mereka data PKS lebih valid daripada data di PPK, karena saksi PKS orangnya jujur-jujur. Sedang di PPK tidak jarang ditemukan penggelembungan suara secara sistematis, ungkap salah seorang caleg salah satu partai yang mampir ke Sekretariat PKS.

Meski demikian, utusan parpol atau para caleg terpaksa gigit jari karena musyawarah di internal PKS Batam, data perolehan suara hanya boleh diakses oleh pihak tertentu. Menurut Ketua Bapilu PKS Batam, Prijanto disebabkan agar “para pemain” tidak mengacak-acak suara rakyatKhusus di Batam, potensi terjadinya penggelembungan suara sangat mungkin, karena hampir diseluruh PPK terjadi kemoloran pleno. Itulah sebabnya kenapa sampai saat ini, PKS Batam belum mengirimkan laporan penghitungan suara ke DPP” terang Prijanto.

Intinya, PKS Batam akan menjaga benar suara rakyat. “Apabila ditemukan kecurangan, maka PKS siap beberkan ke publik. Apalagi PKS memiliki data yang akurat”, tutupnya (isy)
Read more »

Pemilu Legislatif 2009: Rakyat Capek Coba-Coba!


MAYORITAS pemilih atau rakyat tampaknya sudah lelah coba-coba. Mereka lebih suka memilih kekuatan politik yang sudah tampak kinerjanya dan "lumayan" bagus. Rakyat lelah berganti rezim, apalagi tanpa ada perbaikan atau perubahan. Rakyat juga cemas, jika rezim sekarang berganti, apakah KPK dan pengadilan tipikor masih ada? Apakah kasus-kasus korupsi yang banyak diungkap dan terungkap belakangan ini masih akan terus berlanjut? Pemerintahan sekarang, lumayan bagus deh. Oleh karenanya, mari kita dukung terus, lanjutkan!


Itulah kira-kira yang kita baca dari hasil (sementara) pemilu legislatif 9 April lalu. Semua hasil penghitungan cepat (quick count) menunjukkan, Partai Demokrat yang nota bene “partai berkuasa” pengusung Presiden SBY keluar sebagai “juara pertama” dengan raihan suara sekitar 20%, unggul cukup jauh dari parpol pesaing utamanya –PDIP (15%) dan Golkar (15%).


Hasil pemilu secara resmi baru akan diketahui dan diumumkan KPU sekitar tanggal 9 Mei. Namun, seperti pemilu sebelumnya, hasil penghitungan cepat tidak akan jauh berbeda dengan hasil penghitungan resmi KPU. Kalaupun ada perbedaan, prosentasenya tidak begitu signifikan, mungkin berkisar antara 1-2 persen saja.


Berdasarkan gabungan hasil penghitungan cepat lima lembaga survei –LSI1, LSI2, Cirus, LP3ES, dan LSN, kita boleh memperkirakan, hasil pemilu 9 April sudah menempatkan Partai Demokrat (PD) sebagai pemenang pemilu, sekaligus menyingkirkan dominasi Partai Golkar dan PDIP. Raihan suara PD sangat melonjak, dari sekitar 7,4% pada pemilu 2004 menjadi sekitar 20%. Luar biasa!Sebaliknya, pemenang pemilu 2004, Golkar, raihan suaranya “jeblok”, dari 21,5% pada pemilu 2004 menjadi sekitar 15%. PDIP sebagai “runner up” pemilu 2004 juga “turun pamor” dari 18,5% menjadi 15%. Partai lainnya juga menurun cukup drastis. PPP dari 8,1% menjadi 5%. PKB dari 10,5% menjadi 5%. PAN dari 6,4% menjadi 5%. PBB dari 2,6% menjadi 1,8%. Hanya PKS dan PKPB yang mengikuti jejak PD; suaranya naik. PKS dari 7,3% menjadi sekitar 7,5%. Perolehan suara parpol lainnya di kisaran 1% saja. Bintang baru pemilu kali ini adalah dua partai baru, Hanura dan Gerindra, meski tidak besar namun cukup meloloskannya dari Parliamentary Threshold (PT). Hanura meraih 3,5% dan Gerindra sedikit unggul dengan raihan suara sekitar 4,5%. Kedua partai inilah yang –bersama PD-- turut “menyedot” suara Golkar dan PDIP.Bagaimana suara parpol Islam?


Dari 7 parpol Islam atau berasas Islam, hanya PKS (7,5%) dan PPP (5%) yang lolos PT. Lima lainnya “jeblok”. PBB hanya meraih 1,8%, PBR turun dari 2,4% pada pemilu 2004 menjadi kisaran 1%. PMB, PKNU, dan PPNUI berada di kisaran 1%. Jika digabungkan, raihan suara ke-7 parpol Islam itu hanya sekitar 19-20%, sama dengan raihan suara Partai Demokrat.


Kalaupun ditambah PAN dan PKB yang berbasis massa umat Islam, bertambah 10% menjadi 30%. Artinya, 70% pemilih yang pasti mayoritas beragama Islam lebih memilih parpol sekuler ketimbang parpol Islam! Kalaupun 20% pemilih itu non-Muslim, pemilih Muslim masih menyisakan angka sangat besar, 50%.


Mengapa raihan suara parpol Islam jeblok?


Sejak awal sejumlah pengamat politik memperkirakan anjloknya popularitas parpol Islam. Penyebab utamanya, elite parpol Islam terkesan egois, sulit atau tidak bersatu, dan sering terlibat konflik internal.


Akibatnya, pemilih tidak merasa terpesona dengan parpol Islam. Penyebab kedua, mayoritas umat Islam bukan “pemilih ideologis”, tapi pragmatis-sekuleris, tidak mengaitkan pilihan parpol dengan agama yang dianutnya.


Lagi pula, bukankah di Partai Demokrat, Golkar, PDIP, dan partai lainnya –kecuali PDS dan PDKB— mayoritas beragama Islam? Melihat angka-angka tersebut, maka umat Islam di parlemen kini hanya diwakili dua parpol, PPP dan PKS.


Sebenarnya dua parpol ini cukup respresentatif, yakni PPP mewakili umat Islam “tradisional-konvensional” (baca: generasi tua) dan PKS mewakili generasi mudanya. Tapi, ingat, analisis di atas berdasarkan hasil quick count, siapa tahu ada “keajaiban” angka-angka di atas berubah setelah semua suara masuk dan sah dihitung manual oleh KPU.


Wallahu a’lam. (http://romeltea.com/).*
Read more »

Caleg Stress, pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab

Oooh, sungguh tidak enak mendengar istilah ini. Ca(lon) Leg(islatif) stress…..

Berita di sebuah koran 20 april membahas tentang caleg stress sampai satu halaman, 21 april ada lagi berita yang lebih mengerikan: Tanggal 9 Mei akan terjadi booming caleg stress karena tanggal itu adalah setelah pengumuman definit hasil perolehan suara legislatif.

Sampai sekarang, sebelum tanggal 9 Mei, ada yang stress sampai harus dirawat, ada yang kemudian mengambil kembali segala santunan dan sumbangan yang sudah diberikan kepada masyarakat, bahkan sudah ada yang bunuh diri. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Apa sebab?

Salah seorang psikolog ternama menekankan pada kelemahan mental si caleg yang kemudian dipicu oleh kekalahannya, jadilah ia stress.


Ada yang men-sinyalir tekanan mental para caleg tersebut disebabkan kombinasi frustrasi banyak hutang dan tidak terpilih, ada juga yang karena merasa dibohongi.

Setiap orang seharusnya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sesuai pilihan masing-masing. Apa yang dipilihnya dan dilakukannya seharusnya ia pertimbangkan dulu kemungkinan dampak yang akan terjadi. Mungkin saja sang caleg sudah “buta mata” terhadap berbagai janji partai dan sanjungan memabukkan sehingga kurang teliti melihat kenyataan dukungan yang sebenarnya sehingga kemudian ia merasa tertipu dan kemudian kecewa berlebihan.

Tapi ada yang kurang pas dalam pembahasannya. Bahkan dalam pembahasan topik yang sama di media lain sama juga. Ada yang kurang.

Semua pihak membahas dari sisi pribadi si caleg. Tidak salah jika semua berpendapat bahwa mental si caleg adalah masalah penting di sini, tapi apakah hanya itu? Cukupkah jika fenomena yang fenomenal ini hanya ditimpakan kesalahannya pada mereka yang stress itu?
Bukankah masyarakat ini turut andil sedikit ataupun banyak?

Caleg stress konon berasal dari kalangan menengah ke bawah yang berlaga untuk menjadi anggota legislatif dengan modal habis-habisan.

Untuk apa modal habis-habisan?

Ini pertanyaan pertama yang perlu dijawab.

Mengapa seorang caleg harus keluar sedemikian banyak uang untuk kampanye, sejak bendera, kaos, atribut lain sampai mungkin berbagai sogokan lain seperti ada yang bagi-bagi hadiah mulai dompet sampai buku tabungan isi 50 ribu rupiah?

Bukankah secara aturan ini sudah termasuk sogokan atau risywah atau money politic? Entahlah, tapi yang pasti bagi-bagi hadiah yang tak ada hubungannya dengan membuka wawasan atau perkenalan isi pikiran, saya rasa bukan produktif malah kontra produktif bagi pendidikan politik yang sehat. Jika seseorang sudah tercerahkan untuk memilih sebuah ide yang disampaikan seseorang, mengapa ia masih harus dibujuk dengan benda hadiah?

Dan jika para pemilih harus dibujuk dengan hadiah, berarti mereka bukan pemilih yang menggunakan otak?

Ini pertanyaan kedua,

Yaitu apa yang sudah dilakukan oleh seluruh elit politik, semua anggota masyarakat yang berpendidikan, pemerintah yang memberikan penyuluhan, KPU yang melaksanakan Pemilu, Partai-partai yang terlibat, lembaga DPR pembuat UU Pemilu; Apakah yang telah kita semua masing-masing lakukan untuk mencegah masyarakat dari keterjebakan mereka sebagai obyek politik caleg tak bertanggung-jawab?

Ada yang luput dari pengamatan: Apakah caleg yang menang/ terpilih ketika kampanye tidak melakukan kampanye seperti yang kalah?

Jawabannya bisa ditebak: Ya, sama saja.

Itu trend aktifitas caleg, baik yang akhirnya terpilih maupun kalah. Sebagian menganalisa bahwa yang terpilih itu menang karena menggunakan lebih banyak uang, wallahua’lam.

Pertanyaan yang belum di tanyakan: Jika yang menang maupun kalah sama-sama menggunakan modal besar? Lalu kira-kira apa yang akan dilakukan oleh yang menang ketika mereka sudah jadi A-leg? Bagaimana dengan modal yang sudah terlanjur keluar?

Ini pertanyaan ketiga

Jangan-jangan semua caleg yang berkampanye dengan modal besar berpikiran sama, hanya saja karena nasib mereka berbeda maka sebagian stress sebagian terhindar dari kemungkinan stress karena menang.

Jangan-jangan semua caleg yang berkampanye dengan modal besar punya perhitungan sendiri jika terpilih minimal modal harus kembali??????

Beginikah wajah demokrasi yang dikehendaki? Beginikah negeri yang akan kita wariskan kepada generasi muda? Inikah yang kita ajarkan pada anak-anak kita?

Apakah DEMOKRASI namanya jika seseorang memilih dengan kebodohan, memilih sesuatu karena hadiah? Padahal calon birokrat yang minta dipilih dengan meng-iming-iming hadiah bagaikan serigala berbulu domba? Apakah dengan memilih seperti ini berarti kekuasaan sudah ditangan rakyat?

Masih ada pertanyaan yang belum ditanyakan di media dalam perkara ini: Apakah dalam fit and proper test caleg tidak dimasukkan test potensi stress? Seharusnya ada, agar caleg dan kelak Aleg benar-benar memiliki ketahanan mental. Dan masih ada sejumlah test lain yang penting: Test moral misalnya? Jangan biarkan orang yang biasa nyontek ketika sekolah dan membocorkan ujian negara lolos sebagai anggota dewan terpilih. Apalagi yang memalsukan ijazah. Mereka-mereka yang patut disebut sebagai kriminal kecil ini akankah sanggup memimpin orang lain? Sanggupkah? Manakala mereka sendiri kedewasaannya dipertanyakan? Tidak adakah penyaringan yang bermanfaat bagi tercegahnya bencana-bencana politik ini?


Ini adalah pertanyaan keempat.

Pertanyaan kelima adalah: Apakah bangsa ini bangsa yang beragama? Mengapa bangsa dengan jumlah penduduk Muslim terbesar harus mengalami fenomena ini? Mengapa mereka yang mendaftar atau mengajukan diri atau diajukan untuk jadi calon pemimpinnya malah ada yang merupakan sekumpulan orang yang mayoritas tidak jelas kesehatan jiwanya? Bukankah ada tuntunan agama yang seharusnya membuat orang sadar akan segala kemungkinan takdir menang kalah? Ataukah agama sudah bukan pembicaraan lagi di negeri ini, sehingga bahkan sudah tak lagi menjadi tuntunan? Masih banyak lagi kebingungan.

Bukankah Islam sudah lengkap memberi tuntunan tentang betapa hinanya dunia sehingga apa guna mati karena tidak kebagian dunia?

Pemilu legislatif berlalu sudah, yang sudah kalah, jatuh dan terpuruk akan segera dilupakan.

Yang menang atau masih bertahan atau bangkit lagi ke medan perebutan dunia, terus berlaga dengan gaya yang berbeda.

Kini partai-partai yang saling menjauh saat kampanye saling mendekat, ke satu titik sentral, yaitu ke partai yang paling banyak suaranya.

Rakyat pemilih apakah ditanya setujukah mereka jika partai pilihannya berkoalisi dengan partai A, B atau C?

Saat ini yang paling mengerti apa yang terjadi mungkin hanyalah para pakar politik. Jumlahnya tidak banyak. Rakyat banyak kembali ke kehidupan keras mereka, dari periuk nasi yang kosong ke sandal jepit yang putus. Bagi sebagian dari mereka pemilu hanyalah berarti dapat kaos baru, atau kain penutup warung yang gratis karena mengambil dari spanduk bekas. Apakah lima tahun lagi masih begini bagi mereka? Ataukah lima tahun lagi mereka sudah tidak ada lagi?

Wallahua’lam, Laa haula wa laa quwwata illa billah. (SAN 23042009)

Read more »

Surat Terbuka Untuk Partai-Partai Islam

Assalaamu 'alaikum Warahmatullahi wa barakaatuh.

Dinamika politik sangat cepat berubah. Beberapa partai terkesan inkonsisten terhadap sikap politik dan mengharuskan melakukan manuver tajam. Ibarat game bukan lagi di level 1 atau 2 namun sudah level akhir yang agak kelabakan untuk adaptasi.

Inilah yang terjadi di partai yang saya kagumi karena kaderisasi dan konsep dakwah lewat partai. Kaderisasi, jelas. Merupakan jaminan partai bisa bertahan lama, tiada matinya karena tidak ada ketergantungan figur. Sedang dakwah lewat partai akan menjamin akhlaq mulia (jujur, loyal, santun namun tegas). Mereka beribadah lewat partai, tidak mencari uang tapi amal dari berpolitik untuk menyuarakan kebenaran dan mencegah munkar.

Bagi saya sebenarnya hanya ada dua bentuk partai dari berapapun jumlahnya, partai yang mendukung Islam untuk berdiri tegak nilai-nilai ajarannya atau partai yang mengabaikan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Partai Islam atau partai Kufar. Inilah yang seharusnya menjadi pedoman bagi umat Islam memetakan politik agar tepat memberikan loyalitasnya. Jangan sampai justru digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk memecah-belah kekuatan Islam.

Keterlibatan pihak elit militer untuk berpolitik dalam berbagai partai patut dicurigai. Di partai manapun mereka, mungkin tetap satu hati, satu suara, satu visi, tetap saling berhubungan, bertemu dan berdiskusi politik. Untuk apa mereka terbagi dalam partai yang berbeda jika bukan pertahankan status quo, memecah-belah kekuatan Islam dan mencegah adanya Capres yang mendukung Islam?

Partai-partai Islam seharusnya bersatu dalam satu koalisi murni serta menjaga konsistensi, optimisme dan kesabaran. Tidak tergesa-gesa memberikan sikap politik yang akhirnya akan membingungkan umat. Umat akan melihat bagaimana cantiknya berpolitik dengan landasan dakwah, bahwa Islam applicable dalam hal apapun. Perlu pertimbangan kembali bila Partai Islam harus memberikan dukungan koalisi dengan menjadi Cawapres sedang Capresnya dari mantan elit militer (SBY, Prabowo atau Wiranto).

Politik memang sarat akan kepentingan, namun kepentingan umat ini jangan sampai manjadi taruhannya. Dakwah memang wajib dengan cara apapun termasuk dengan berpartai. Namun keutuhan Islam jauh lebih utama. Selamat berjuang melalui partai saudaraku, kami bangga menjadi saksi di Yaumul Hisab, bahwa anda ikut berjuang membela agama Allah.

Wallahu a'lam.Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
Read more »

Rabu, April 22, 2009

Daftar caleg stress seluruh Indonesia pasca pemilu 2009

Calon anggota legislatif (caleg) yang stres karena gagal duduk di kursi DPR atau DPRD merupakan orang yang bermental pencari kerja, bukan pribadi seorang pemimpin.

“Mereka yang maju sebagai caleg namun gagal kemudian stres dan berbuat aneh-aneh bukanlah pribadi seorang pemimpin, karena motivasi mereka hanya untuk memperoleh finansial dan hanya bermental pencari kerja,” kata Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Noor Rahman Hadjam, di Yogyakarta.

Ia mengatakan, caleg yang bermental pencari kerja ini akan berupaya dengan segala cara untuk bisa lolos sebagai anggota dewan meski harus mengeluarkan dana yang cukup besar.

“Angan-angan mereka dengan berbagai cara termasuk dana yang besar berharap lolos sebagai anggota dewan, namun mereka tidak siap mental ketika gagal, karena kecewa terlalu dalam sering berperilaku aneh,” katanya.

Menurut dia, dari sisi perasaan dan finansial kekecewaan tersebut menimbulkan frustrasi yang dalam sehingga kalau tidak mampu mengendalikan diri bisa saja seseorang itu bunuh diri.

“Dalam waktu dekat saya prediksikan akan terjadi fenomena aneh yang lain, menyusul banyaknya caleg yang gagal dalam pemilu legislatif,” katanya.


Lebih lanjut ia mengatakan, menjadi wakil rakyat merupakan pekerjaan yang besar sehingga perlu dilakukan pendidikan politik yang baik.


“Pendidikan politik ini ke depan penting diberikan untuk para caleg, baik sebelum mencalonkan diri maupun setelah menjadi wakil rakyat,” katanya.

Melalui pendidikan politik yang memadai untuk para caleg, mereka akan mampu mengukur diri sendiri untuk terus maju sebagai wakil rakyat atau tidak.

“Partai politik juga harus lebih selektif menempatkan kadernya menjadi wakil rakyat, bukan hanya karena telah lama menjadi partisan partai atau ada sumbangsih yang nilainya besar, mereka diloloskan sebagai caleg,” katanya.

Noor Rahman mengatakan, untuk meminimalkan stres bisa melakukan pendekatan spiritual maupun mental termasuk pendekatan psikologi religius.

“Pendekatan tersebut penting ebagai ’obat’ untuk caleg yang stres karena harapannya tidak terwujud,” katanya.

Ia mengatakan, posisi anggota legislatif dalam Pemilu 2009 seakan menjadi lahan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga mereka tertarik menjadi caleg dengan harapan dan angan-angan yang besar.
“Padahal mereka sesungguhnya tidak memiliki idealisme menjadi anggota legislatif yang mengutamakan kepentingan rakyat,” katanya.

Setiap kali pemilu di Indonesia, menyisakan kisah-kisah duka nestapa. Uang beratus juta habis untuk memperjudikan nasib demi menjadi Aleg di Dewan…

Nah, berikut saya berikan daftar caleg stres tersebut yang terdaftar samapi hari ini . Dan mungkin beberapa hari kedepan masih ada kasus seperti ini yang menyusul . Bukan untuk mempermalukan, tetapi hanya untuk gambaran apabila nggak siap mental lahir dan bathin beginilah akhirnya….

Mudah-mudahan di Aceh nggak ada ya, paling-paling cuma minta dikembali kain sarung dan alat-alat masak yang sudah dibagikan .

Berikut daftarnya :

  1. Caleg SK di Dapil I Kabupaten Sumbawa menarik kembali bantuan sebuah mesin genset yang di sumbangkannya ke mesjid. Selain itu, ia juga menarik bantuan dana sebesar Rp 1 juta yang disumbangkannya ke dua mushallah.

  2. Caleg AH di Dapil I Kabupaten Sumbawa, sebelumnya ia menyumbang 100 buah kursi plastik dan 25 zak semen ke sebuah MTS di Kecamatan Labangka, Namun karena kecewa tidak meraih suara yang diharapkan, AH menarik kembali kursi dan semen tersebut.

  3. Oknum caleg di Kota Sumbawa Besar yang tidak disebut nama dan parpolnya, meminta kembali uang sebesar Rp 20 ribu per orang yang diberikan dengan target 50 hingga 60 suara. Namun di pemilu, perolehan yang ada hanya ada saksi dan keluarga tim sukses.

  4. Caleg nomor urut 9 dari Partai Golkar dari Kota Bogor,Yuniar, melalui tim suksesnya berinisial SB, menarik kembali ratusan buku tabungan masing-masing senilai Rp50.000 bertuliskan Karya Nyata Sejahtera yang dibagikan saat kampanye di Kampung Muara, RW 11/14, Kelurahan Pasirjaya,Kecamatan Bogor Barat.Namun saat hasil suara dihitung, dari jumlah DPT yang jumlahnya sekitar 900 suara,nama Yuniar hanya memperoleh di bawah 10 suara di RW 11 dan 14.

  5. Caleg Partai Golkar dari Daerah Pemilihan I Dumai Timur Aswin memalui tim suksesnya mencabut kembali lima tiang listrik yang telah dipasang untuk menyalurkan listrik kewarga setempat.

  6. Caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Banjar, Jawa Barat, Srihayati, 23, ditemukan tewas gantung diri sekitar pukul 07.30 WIB Selasa (14/4).Ibu muda yang mencalonkan diri untuk daerah pemilihan (dapil) I Kota Banjar dengan nomor urut 8 itu ditemukan tewas di sebuah saung bambu di Dusun Limusnunggal RT01/01, Desa Bangunjaya,Kecamata n Langkaplancar, Kabupaten Ciamis.

  7. Seorang calon legislatif (caleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Pahala Sianipar ditemukan tewas di kediamannya, Senin (19/04) malam. Ia tewas bunuh diri akibat menenggak obat pembasmi serangga di dalam kamarnya. Di kediamannya Jalan Pintu Air, Kecamatan Medan Kota.

  8. Tim Sukses (TS) Caleg pun bisa stres bahkan mengakhiri hidupnya. Itu dibuktikan Muhammad Iqbal (28), TS seorang Caleg yang kalah. Lelaki yang menetap di Jalan Eka Surya, Gang Pribadi, Kelurahan Gedung Johor, Medan Johor ini nekat gantung diri di kediamannya, Jumat (10/4). Iqbal adalah TS seorang Caleg untuk DPRD Medan. Sejak dua bulan lalu dia aktif menjadi TS Caleg sebuah Parpol. Karena kesibukan sebelum dan saat kampanye. Lelaki dengan pekerjaan serabutan ini dikabarkan sering tak pulang ke rumah untuk ngurus kemenangan Caleg jagoannya. Karena itu, dia acap bertengkar dengan istrinya.

  9. Lazuardi, seorang caleg DPRD Kota Pontianak, Kalimantan Barat, meninggal Senin (13/4) malam lalu. Ia meninggal beberapa jam setelah mengikuti penghitungan suara pemilu. Diduga caleg dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) ini meninggal karena terlalu lelah dan stres mengikuti rangkaian proses pemilu. Ditambah perolehan suara tak cukup untuk menjadikannya legislator.

  10. Sri Sumini, caleg dari Partai Demokrat di Solo, Jawa Tengah, meninggal akibat serangan jantung dan lever pada hari Minggu (12/4). Menurut keluarga, sejak masa kampanye hingga usai pencontrengan sang caleg lebih pendiam dan terkesan menyimpan beban pikiran.

  11. Di Cirebon, sebanyak 15 orang caleg mengalami depresi dan memilih melakukan pengobatan spiritual untuk menyembuhkan depresi kepada Ustaz Ujang Bustomi di Desa Sinarancang, Mundu, Cirebon.

  12. Seorang calon legislator daerah pemilihan Tangerang, di perumahan elit Alam Sutera Kunciran, stres dan marah-marah karena kalah dalam pemilu legislatif 9 April lalu. Sekitar pukul 17.00 WIB (9/4) saat penghitungan suara dilakukan, seorang pria (40) yang merupakan caleg dari partai tertentu, terlihat frustasi saat mengatahui kalah dalam perolehan suara. Dia merangkak di pinggir jalan dengan membawa-bawa cangkir sambil meminta-minta uang kepada orang yang berlalu lalang, katanya kembalikan uang saya, kata caleg itu.

  13. Salah seorang caleg Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) dari Bulukumba; Andi Langade Karaeng Mappangille Minggu (12/4) bersama tim suksesnya nekat melakukan penutupan jalan sepanjang 3 km. Tindakan tersebut diduga akibat perolehan suaranya yang tidak mencukupi menjadi caleg terpilih.

  14. Di Ternate, Maluku Utara, seorang caleg berinisial HT meminta kembali televisi yang sudah disumbangkan ke warga. Ini dilakukan karena perolehan suara sang caleg sangat rendah. Kejadian ini terjadi di RT 02 Kelurahan Falawaja II, Kota Ternate Selatan.

  15. Seorang caleg di Cirebon, Jawa Barat, kini sering melamun dan mengurung diri. Nasib ini menimpa Iwan Setiawan, caleg Partai Patriot asal Kabupaten Kuningan. Apa yang dialami Iwan ini bisa jadi hanya satu dari banyak kasus yang bakal terjadi. Setelah mengetahui hasil penghitungan suara tidak sesuai harapan, pria berusia 29 tahun ini mendadak menjadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar. Keluarganya menduga, perilaku Iwan Setiawan terjadi karena kekalahannya dalam pemilu 9 April lalu. Iwan Setiawan memang telah menghabiskan uang yang banyak untuk kampanye. Setidaknya Rp 300 juta ludes dibuyurkan.

  16. Ni Putu Lilik Heliawati (45), caleg nomor tiga Partai Hanura untuk DPRD Buleleng, meninggal dunia secara mendadak di rumahnya Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng.Musibah terjadi Kamis (9/4) malam sekitar pukul 23.30 Wita itu. Heliawati diduga meninggal akibat serangan jantung setelah menerima telepon dari tim suksesnya bahwa perolehan suara yang bersangkutan tidak memenuhi harapan.

  17. Caleg nomor urut 15 Daerah Pemilihan (Dapil) berinisial S Sirimau untuk DPRD Kota Ambon, hendak menarik kembali karpet yang telah disumbangkan kepada ibu-ibu pengajian setempat.

  18. Caleg DPRD Kulon Progo menarik kembali sejumlah hadiah dan sumbangan yang pernah ia berikan kepada warga Desa Karangsari, Pengasih, Kulon Progo. Caleg yang menarik kembali sumbangan kampanyenya itu, S, caleg perempuan.Saat masa kampanye, S cukup sering memberikan sumbangan dan hadiah kepada warga. Di Dusun Kamal, Karangsari, misalnya, ia memberikan 14 zak semen untuk pembuatan jalan konblok. Menurut warga, S juga memberikan bantuan alat musik drumband dan uang tunai Rp 2,5 juta.

  19. Di Kalimantan Tengah muncul dua caleg dan tiga simpatisan partai yang mengalami tekanan psikis. Dua dari lima orang itu mengalami gangguan jiwa ringan atau stres, seorang gangguan jiwa sedang atau depresi. Dua lainnya mengalami gangguan jiwa berat: terus mengoceh, murung, serta tak mau makan serta Minum. Kelimanya kini dirawat di Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat Kalawa Atei, Kalteng.

  20. Dahlan, caleg DPRD Bulukumba dari Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN). Caleg nomor urut tiga yang bertarung di Dapil I Kecamatan Herlang, Bonto Tiro dan Kajang ini, melakukan aksi penyegelan gedung SDN 225 Kajang-Kajang, Desa Borong, Kecamatan Herlang.Dahlan mulai menyegel sekolah ini sejak Sabtu (11/4) malam lalu dengan cara mengikat pintu gerbang sekolah menggunakan tali. Ia menyatakan, lahan yang ditempati gedung sekolah itu adalah miliknya.

  21. Caleg EP dari partai RepublikaN menggusur 42 KK dari lahan tempat mereka tinggal di kawasan Daeo, desa Gura, kecamatan Tobelo, kabupaten Halmahera Utara (Halut). Tergusurnya warga itu dikarenakan ada pengusiran dari pemilik lahan yang beralasan bahwa tempat tinggal warga “menumpang” itu akan dibangun tempat usaha. EP yang merupakan caleg dari partai RepublikaN tak memperoleh satupun suara dari TPS para warga berdomisili, yang menjadi pemicu dari penggusuran tersebut.

  22. Tim sukses salah satu caleg dari partai Golkar di Dapil I Ternate (Ternate Selatan-Moti) yang menarik televisi yang diberikan di pangkalan ojek Falajawa II, Kelurahan Kayu Merah, termasuk merusak pangkalan tersebut hanya beberapa jam setelah penghitungan suara berakhir.

  23. Tim sukses Caleg berinisial MG di Kelurahan Jati Ternate melakukan penarikan televisi dan bantuan semen. Hal ini dilakukan karena suara yang diperolehnya tidak sesuai dengan harapan.

Sumber : dr Eny Bahary(IOM psycosocial)


Sumanto bersiap Temani Caleg Stres,!!..yang stres boleh daftar...Gratis + Bonus.resep gigitan mesra !?

Read more »

 

KABAR DPRa Cibugel

KIPRAH KEWANITAAN

KOLOM

Selamat datang di Situs Partai Keadilan Sejahtera - DPRa Cibugel , AYO BEKERJA UNTUK NEGRI.