Rabu, November 03, 2010

Islam Di Eropa Dan Amerika Maju Pesat

Pada posting kali ini kita akan membahas tentang Amerika dan Eropa. Tapi yang mau kita bahas kali ini bukan masalah free sex-nya, bukan masalah nite club-nya, bukan masalah agresinya ke negara-negara Timur Tengah serta yang lainnya. Kali ini kita mau membahas pesatnya perkembangan Islam di kedua Benua tersebut.
Perkembangan Muslim Amerika

Kita tahu bahwa di barat sana bukanlah negeri tempat di mana agama-agama semitik bersemi. Jadi, wajar saja bila kehadiran agama di sana menjadi daya tarik sendiri untuk ditelusuri jejaknya. Begitu juga dengan perkembangan kepesatannya. Nah, dari berbagai survei yang di adakan di sana, Islamlah agama yang mengalamai peningkatkan yang sangat signitifkan. Ini bisa kita lihat dari data Demented Vision (2007) dari sebuah observasi di Amerika tentang perkembangan jumlah penduduk agama-agama dunia.

Menurut data tersebut, pada tahun 1900 Islam hanya 12,4% dari total semua penduduk dunia, sedangkan Kristen sebanyak 26,9% atau dua kali lebih besar dari Islam.
Namun pada tahun 1980 atau 80 tahun kemudian hasil survei mulai berubah. Penganut muslim bertambah 4,1% yaitu menjadi 16,5% dari seluruh penduduk dunia, sedangkan Kristen hanya bertambah 3,1% menjadi 30% dari seluruh penduduk dunia.
Jumlah diatas terus mengalami perubahan, hingga tahun 2000 (20 tahun kemudian) terjadi perubahan angka yang cukup besar. Pada tahun 2000 jumlah Muslim naik lagi menjadi 19,2% sedangkan jumlah penganut Kristen menurun 0,1% menjadi 29,9%.
Angka tersebut diperkiralan akan terus berubah. Pada tahun 2025 nanti di proyeksikan Islam akan naik lagi menjadi menjadi 30% atau naik 10,8% sedangkan Kristen justru akan mengalami penurunnan lagi sebanyak 4,9% atau menjadi 25%.
Dari data tersebut bisa kita ambil jumlah rata-rata pertumbuhan Islam yaitu 2,9% pertahun atau lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk bumi sendiri yang hanya 2,3% per tahun.

Sementara itu dalam catatan World Almanac and Book of Fact, New York Times Best Seller mencatat bahwa jumlah umat Islam di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah sebanyak 1,2 milyar (1.226.403.000) dan pada tahun 2007 angka itu berubah lagi menjadi 1,5 milyar lebih (1.522.813.123) jiwa. Ini berarti dalam 3 tahun muslim bertambah sekitar 300 juta orang.

Majalah The Economist, edisi 13 September 2003 terdapat hasil survei "Islam and The West" yang menyatakan bahwa umat Islam di muka bumi berjumlah 1,5 milyar jiwa.
"Around one in four of the people in the world are Muslim. It is indeed the world's fastest-growing religion". (Sekitar satu dari empat penduduk bumi adalah Muslim. Islam betul-betul agama yang paling cepat pertumbuhannya di dunia).

Begitulah, Islam berkembang begitu cepatnya di negara ini. Apalagi pasca tragedi berdarah WTC yang telah memperburuk citra umat Islam di mata dunia. Tragedi yang sampai saat ini masih menjadi kontroversi tentang kebenaran siapa dalang di balik serangan tersebut. Di saat itulah pertumbuhan Islam mengalami peningkatan tercepat yang tidak ada presedernya dalam sejarah Amerika, 20.000 orang Amerika masuk Islam dalam setiap tahunnya.


Perkembangan Islam Eropa

NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 membahas sebuah laporan yang di keluarkan intelijen domestik Prancis yang berjudul : " Islam adalah Agama yang berkembang paling pesat di Eropa ".
Di Perancis jumlah orang mu'alaf yang memeluk Islam meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu orang di tahun lalu saja.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh surat kabar Perancis Le Monde di bulan Oktober 2001, menyatakan bahwa di bandingkan data yang di kumpulkan di tahun 1994 " Banyak kaum Muslim terus melaksanakan shalat, pergi ke masjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan Mahasiswa Universitas.
Para peneliti di Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam.

Di Belanda selama 30 tahun terakhir juga mengalami peningkatan. Dulu penganut Muslim di Belanda hanya beberapa ratus orang saja, namun kini sudah menjadi lebih dari 300 ribu orang. Pada awalnya hanya terdapat sebuah Masjid di Belanda tapi kini sudah mencapai 200 mushola dan Masjid.

e West" yang menyatakan bahwa umat Islam di muka bumi berjumlah 1,5 milyar jiwa.
"Around one in four of the people in the world are Muslim. It is indeed the world's fastest-growing religion". (Sekitar satu dari empat penduduk bumi adalah Muslim. Islam betul-betul agama yang paling cepat pertumbuhannya di dunia).

Begitulah, Islam berkembang begitu cepatnya di negara ini. Apalagi pasca tragedi berdarah WTC yang telah memperburuk citra umat Islam di mata dunia. Tragedi yang sampai saat ini masih menjadi kontroversi tentang kebenaran siapa dalang di balik serangan tersebut. Di saat itulah pertumbuhan Islam mengalami peningkatan tercepat yang tidak ada presedernya dalam sejarah Amerika, 20.000 orang Amerika masuk Islam dalam setiap tahunnya.


Perkembangan Islam Eropa

NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 membahas sebuah laporan yang di keluarkan intelijen domestik Prancis yang berjudul : " Islam adalah Agama yang berkembang paling pesat di Eropa ".
Di Perancis jumlah orang mu'alaf yang memeluk Islam meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu orang di tahun lalu saja.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh surat kabar Perancis Le Monde di bulan Oktober 2001, menyatakan bahwa di bandingkan data yang di kumpulkan di tahun 1994 " Banyak kaum Muslim terus melaksanakan shalat, pergi ke masjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan Mahasiswa Universitas.
Para peneliti di Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam.

Di Belanda selama 30 tahun terakhir juga mengalami peningkatan. Dulu penganut Muslim di Belanda hanya beberapa ratus orang saja, namun kini sudah menjadi lebih dari 300 ribu orang. Pada awalnya hanya terdapat sebuah Masjid di Belanda tapi kini sudah mencapai 200 mushola dan Masjid.
ecara eksplisit mengatakan bahwa alternatif Islam bagi masyarakat Barat adalah suatu keniscayaan.
Read more »

Karateristik The Working Party

RI’AYAH MA’NAWIYAH

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shalih. Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Q.S. An-Nahl: 120-123)


Tugas apapun, situasi apapun, kondisi apapun yang kita hadapi, modalnya sebagai basis utama munthalaqat da’wah kita hanya tiga, yaitu adanya:

1. Matanatul jamaah (kekokohan/kesolidan jamaah)

2. Hayawiyatul harakah (dinamika gerakan)

3. Intajiyatud da’wah (produktivitas dakwah), tidak lebih dari itu.

Tiga kalimat ini, kalau kita buka-buka catatan kita, mungkin sudah tertulis belasan kali, bahkan mungkin ada yang sudah menulisnya puluhan kali. Tetapi karena kesibukan kita, tanggung jawab kita yang berat, himpitan dan tantangan internal dan eksternal yang berat, kadang-kadang ketika menghadapi situasi kondisi itu, kita lupa membuka untuk merujuknya dari segi siyasatud da’wah, dari segi idaratud da’wah dan dari segi fiqhud da’wah.

Tapi sebagaimana kebutuhan orang-orang yang aktif yang juga diingatkan oleh Allah yang selalu memerlukan tadzkirah, fadzakkir fainnadzikra tanfa’ul mu’minin, maka kalimat saya di petang hari ini merupakan suatu dzikra, merupakan suatu tadzkirah, faman syaa-a dzakarah, yang mudah-mudahan bagi yang menghendakinya bisa mengingatnya sebagai bekalan langkah-langkah perjuangan sebelum melaksanakan 'am intikhabi atau ketika melaksanakan program-program intikhabi atau sesudah 'am intikhabi kita selenggarakan.

Matanatul Jama’ah

Untuk sebuah soliditas jamaah, kita memerlukan suatu kondisi, yang sering disebut dengan istiqrar, ketenangan atau kestabilan. Sudah barang tentu kondisi ini pertama-tama dituntut dari setiap aktivis dari jamaah ini, dari setiap kader, dari ikhwah atau akhwat yang mempunyai komitmen dengan gerakan dakwah ini.

Istiqrar Nafsi

Pertama, setiap kader harus selalu memperhatikan istiqrarun nafsi, ketenangan dan stabilitas jiwanya. Jangan sampai akibat kesibukan yang demikian banyak, tantangan yang demikian berat, tuntutan akan pengorbanan yang melampaui batas-batas kemampuan membuat jiwa kita menjadi kacau, an-nufus al-murtabikah, yang kacau terguncang, yang akhirnya seperti yang sering disindir oleh Sayyid Quthub, sebagai an-nuful al-mahzumah, jiwa yang kalah lebih dulu sebelum terjun ke medan pertempuran. Oleh karena itu setiap kader, ikhwan dan akhwat harus memperhatikan, harus memberikan inayah yang cukup terhadap istiqrarun nafsi, ketenangan jiwanya.

Ketenangan jiwa hanya bisa diraih melalui upaya:

mengarahkan hati kita selalu berhubungan dengan Allah Taala. Bagaimana menjadikan hati kita menjadi hati yang al-muta’alliqah billah, hati yang senantiasa berhubungan dengan Allah. Hanya dengan itulah itmi’nanun nafsi, ketenangan jiwa bisa ditumbuhkan, bisa dipelihara dan bisa dikembangkan. Bahkan melalui fenomena khalqillah, dengan segala fenomenanya dan dengan segala interaktifnya, kita pun harus bisa menggali ibrah wal hikmah litathminil qulub, untuk membuat hati kita tenang. Fenomena universal dengan segala interaksinya, dengan segala gerak dan perilakunya selalu memberikan hikmah wal ibrah untuk memberikan tathminul qulub, penenangan hati. Karena langsung dengan demikian mengingat akan keagungan Allah, kebesaran Allah, kasih sayang Allah, rahmat Allah dan karunia Allah yang demikian banyak ala bidzikrillah tathmainnul qulub.

Kita sebagai duat dan da’iyat ilallah harus menjadi orang yang paling sanggup memelihara hatinya dalam kondisi al-qulub al-muthmainnah dari sanalah akan tumbuh tsiqah, watsiqun billah, watsiqun binashrillah, yakin betul kepada Allah, yakin betul akan adanya kemenangan yang dianugerahkan oleh Allah. Tanpa itu dengan tantangan dan tugas berat ini kita akan gelisah, oleh karena itu hati kita harus selalu dihubungkan dengan kekuatan Maha Besar, yaitu Allah Taala Maa indakum yanfadu wa maa indallaahi baaqin, apa-apa yang disediakan oleh Allah untuk para mujahidin, para duat ilallah la yanfad, baaqin laa yanfad. Qanaah inilah yang harus kita miliki. Tanpa qanaah kita akan ngeri melihat kekayaan yang dimiliki partai-partai besar dengan hasil rampokannya yang demikian banyak seolah-olah di mata kita akan berlomba dengan kekuatan seperti itu. Tetapi kalau kita yakin bahwa yang memerintahkan kita berlomba adalah Allah Taala dalam rangka al-khairat, fastabiqul khairat, kita insya Allah tidak akan ragu untuk start dan berjalan dengan manhaj Allah dan mencapai finish, mardhatillah. Allah akbar, Allah akbar.


Alhamdulillah, kita selama ini, jamaah selalu memahami kita, menjaga kita, memelihara kita, memberi inayah kepada kita agar hati kita terpelihara, jangan sampai menjadi nufus murtabikah, jangan menjadi jiwa yang guncang, jiwa yang kalut dalam menghadapi tantangan. Dan bahkan Allah Taala telah mengarahkan kepada kita bagaimana agar istiqrarun nafsi itu bisa dipelihara, maka kemudian Allah mewajibkan dan menyunahkan akan adanya sunnah berumah tangga dan berkeluarga. Karena berkeluarga adalah salah satu jenjang, salah satu sarana, salah satu wadah untuk memelihara nufus mustaqirrah.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Ar-Ruum: 21)

Istiqrar ‘Aili / Ketenangan(kestabilan keluarga)

Istiqrarun ‘aili adalah ketenangan dan kestabilan keluarga . Saya menyadari, sesadar-sadarnya bahwa keluarga duat dan daiyah tidak seperti keluarga kebanyakan manusia. Dari mulai munthalaqnya, pangkal bertolaknya mereka berumah tangga, dimana rumah tangga itu dibangun dengan mahabbah fillah. Apa lagi sama-sama dibangun melalui kesatuan wihdatul aqidah, wihdatul fikrah dan wihdatul minhaj. Bahkan selalu seiring bergandengan tangan dalam perjalanan dakwah dengan segala pengorbanannya, maka ikatan mahabbah fillah yang didasari wihdatul aqidah, wihdatul fikrah dan wihdatul manhaj itu diikat pula oleh ikatan romantisme dakwah. Ikatan romantika dakwah yang mengikat rumah tangga kita.

Oleh karena itu bagi yang sudah berumah tangga untuk selalu memelihara istqrarun nafsi, kita pun harus betul-betul memelihara istiqrar ‘aili kita, stabilitas dan ketenangan rumah tangga kita. Rumah tangga dai adalah rumah tangga qa’idah da’wiyah, homebase bagi dakwah itu, dan komandan markasnya adalah istri. Sudah barang tentu para junudullah membutuhkan ri’ayah dari komandan agar kegairahan berdakwahnya tetap bergelora, agar semangat dakwahnya tetap menggebu, agar daya juangnya tetap berkobar.

Oleh karena itu mu’asyarah bil ma’ruf, mu’asyarah zaujiyah bil ma’ruf adalah merupakan sendi-sendi yang harus diperhatikan dalam memelihara istiqrar ‘aili, kestabilan keluarga dai. Pelihara hubungan dengan istri, dengan suami, dengan anak dengan mertua dengan orang tua, dengan siapa pun yang terkait dengan keluarga kita, karena seluruhnya adalah merupakan ra’sul mal, modal utama bagi dakwah ini.

Istiqrar Ijtima’i / Kestabilan(ketenangan soaial)

Istiqrar ijtima’I adalah stabilitas social / masyarakat , kita dalam berkomunikasi dengan tetangga, dengan masyarakat lingkungan. Kita harus husnul jiran, baik jari dzil qurba, apakah tetangga yang memang kerabat atau jari dzil junub, atau tetangga yang jauh, apakah jauh lokasi rumahnya, mungkin terselang beberapa rumah, tapi masih bagian dari lingkungan kehidupan kita atau dekat tapi jauh dari nasabnya. Seluruhnya harus kita pelihara. Kalau kita bisa memelihara istiqrar ijtima’i, insya Allah lingkungan kita akan menjadi al-qaidah al-ijtima’iyah bagi dakwah kita.

Istiqrar Tanzhimi

Ikhwan dan akhwat fillah, dengan modal istiqrar nafsi, istiqrar ‘aili dan istiqrar ijtima’i itu, insya Allah secara struktural kita pun akan tenang, tanzhim kita akan tenang, tidak banyak PR, tidak banyak urusan internal, tidak mendengar sindiran sebagai jamaah qadhaya, karena yang selalu dibahas qadhaya dan qadhaya. Dan ini tadzkirah, saya kira fenomenanya sedikit, tapi bagi jamaah dakwah cukup mengusik, mengusik hati, mengusik pikiran. Potensi qiyadah dan qa’idah dan junud terkuras oleh hal-hal yang begitu. Oleh karena itu dengan modal istiqrar nafsi, istiqrar ‘aili dan istiqrar ijtima’i, insya Allah akan mencapai yang keempat: yaitu istiqrar tanzhimi. Tanzhim kita insya Allah akan menjadi tanzhim mustaqir, menjadi struktur yang stabil, yang tenang, tidak direpotkan oleh isu, oleh gosip, oleh kasak kusuk, oleh friksi-friksi yang na’udzubillah jika dibiarkan akan menjadi fraksi-fraksi.

Untuk mencapai istiqrar tanzhimi itu ada beberapa rukunnya, ada beberapa muqawwimatnya, ada beberapa sendinya bagi istiqrar tanzhimi, yaitu adanya ketawazunan (keseimbangan) :

Pertama, at-tawazun fit tauzhif, keseimbangan dalam memfungsikan potensi yang tersedia,

Potensi yang ada pada ikhwan dan akhwat, apakah potensi itu, potensi intelektual dengan tsaqafah kauniyahnya ataukah potensi ulama dengan tsaqafah syar’iyahnya ataukah potensi para praktisi bisnis apakah para budayawan, para seniman, para pedagang menengah, pedagang kecil, para pendidik, para sosiolog, seluruhnya harus seimbang terfungsikan. Saya sebutkan seimbang, terfungsikan, mengingat selain fungsi-fungsi dakwah, mereka pun dituntut akan fungsi-fungsi dari kafaah masing-masing. Kafaah mereka sebagai mu’allim, kafaah mereka sebagai mudarris kafaah mereka sebagai birokrat, kafaah mereka sebagai politisi, kafaah mereka sebagai pedagang dan kafaah-kafaah yang lain juga perlu difungsikan, karena semuanya adalah bagian dari khazanatud da’wah.

Jangan sampai terjadi seolah-olah dakwah ini paradoks dengan aktivitas perdagangan, paradoks dengan tugas-tugas di kepegawaian negeri, paradoks dengan aktivitas seorang akunting, paradoks dengan aktivitas manajemen sekolah dan paradoks dengan aktivitas para guru. Sehingga kalau prestasi menjadi guru berkurang, beralasan terganggu oleh aktivitas dakwah. Kalau pegawai negeri tidak lancar, beralasan terganggu oleh aktivitas dakwah. Sangat tidak riil dakwah ini menjadi kambing hitam akan terhambatnya prestasi-prestasi di bidang kafaah apapun. Justru dakwah ini harus menjadi pemicu dan pemacu semangat penjabaran kafaah masing-masing di bidangnya masing-masing di lahannya masing-masing. Tawazun fit tauzhif adalah salah satu rukun dasar bagi istiqrar tanzhimi.

Kedua, at-tawazun fit tafwidh, keseimbangan dalam pendelegasian wewenang.

Ikhwan dan akhwat semuanya masulin dan masulat amamallah, jangan sampai menjadi seksi sibuk sementara yang lainnya tidak kebagian pekerjaan, karena kurang pendelegasian. Pendelegasian pekerjaan sudah barang tentu dengan keseimbangan. Jangan sampai dengan alasan kekurangan pendelegasian akhirnya si pemegang wewenang tidak melakukan apa-apa. Itu namanya tidak seimbang.

At-tawazun fit-tafwidh, seimbang dalam mendelegasikan wewenangnya, seimbang dalam melalui saluran-saluran wazhifah tanzhimiyah yang tersedia di bawah tanggung jawabnya kita salurkan, karena dengan kurang seimbangnya kadar atau tafwidh pendelegasian maka akan terjadi akumulatif kesibukan, tertumpuknya kerepotan, yang akhirnya kadang-kadang menuntut diri kita menjadi otoriter, dictator, karena semuanya harus memutuskan sendiri. Padahal banyak hal yang sebetulnya bisa didelegasikan untuk memutuskan.

Oleh karena itu sekali lagi at-tawazun fit-tafwidh itu harus dilakukan agar seluruh fungsionaris, ikhwan dan akhwat di jajarannya masing-masing bisa mustaqir tanzhimiyan (stabil secara struktural)

Ketiga, at-tawazun fit-taqrir (keseimbangan dalam pengambilan keputusan),

Pendelegasian wewenang tanpa diberi hak mengambil keputusan dalam bidangnya juga adalah pendelegasian yang mubadzir, pendelegasian yang membuat terbengkalainya potensi orang yang menerima pendelegasian itu, makanya harus ada juga keseimbangan dalam pengambilan keputusan. Sesuatu yang kita delegasikan itu bukan saja pekerjaannya, tapi juga keputusannya dalam bidang-bidang teknis operasionalnya juga kita delegasikan.

Di sini sekaligus merupakan suatu kaderisasi dalam kepemimpinan, yaitu upaya menumbuhkan an-nukhbah al-qiyadiyah (kader-kader kepemimpinan). Tumbuh bermunculan karena sudah biasa bukan saja difungsikan, diberi wewenang pendelegasian, tapi juga diberi hak mengambil keputusan di dalam bidang yang telah didelegasikan.

Keempat, at-tawazun fit-tamtsil (keseimbangan dalam perwakilan),

Artinya fungsi-fungsi, tugas-tugas, pendelegasian-pendelegasian yang kita berikan harus juga seimbang kepada potensi-potensi semuanya merasa terwakili; potensi ulama, intelektual, potensi birokrat, potensi teknokrat, potensi bisnismen, potensi pendidik, seluruhnya terwakili, tawazun fit-tamtsil. Mengingat jamaah kita ini semakin luas dari segi tajnid jamahiri dimana para tokoh-tokoh, pakar-pakar, shahibul kafaah bergabung dengan kita atau fit tajnid rekruiting kaderisasi sudah menampakkan aneka ragam kafaah, aneka ragam muyul, yang kita rekrut, sudah barang tentu mereka secara structural merasa terwakili. Ini harus diperhatikan mengingat qa’idah tanzhimiyah kita semakin luas semakin menjangkau aneka entitas kemasyarakatan.

Dengan ketawazunan-ketawazunan fit tauzhif, fit tafwidh, fit-taqrir, fit tamtsil tadi insya Allah kekokohan jamaah ini bisa lebih terjamin karena semuanya terwakili. Semuanya bisa mengekspresikan, bisa mengaktualisasikan, bahkan bisa mengartikulasikan ide-idenya, pendapat-pendapatnya, bakat-bakatnya, ahli-ahlinya, seluruhnya tampil dalam hidup kejamaahan yang memang membutuhkan mereka semua karena doktrin kesyumuliyahannya dan ketakamuliyahannya.

Kelima, at-tawazun fi tamwil, à keseimbangan anggaran.

Ini adalah sebagai dukungan bagi kokohnya tawazun fi tauzhif, tawazun fi tafwidh, tawazun fi taqrir dan tawazun fi tamtsil jama’ah. Kita memerlukan tawazun fi tamwil. Kekokohan istiqrar tanzhimi selalu membutuhkan keseimbangan anggaran, keseimbangan pendanaan, atau keseimbangan pembiayaan. Karena amwal merupakan darah dari aktivitas manusia, begitu juga gerakan dakwah kita memerlukan darah itu, sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Al-Qur’an surat At-Taubah: 41,

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S. At-Taubah: 41)

Keseimbangan anggaran dalam jamaah adalah merupakan keharusan, jangan sampai terjadi adanya bidang miskin dan bidang kaya, atau departemen ‘basah’ dan departemen ‘kering’, atau wilayah dakwah gemuk dan wilayah dakwah kurus. Untuk terjaganya tawazun fi tamwil atau keseimbangan anggaran, atau keseimbangan pembiayaan diperlukan dua hal:

Pertama, adanya keadilan anggaran antar pusat dan daerah, antara wilayah, dan antar bidang, antar departemen.

Keadilan anggaran juga berarti keharusan memperhatikan keseimbangan antara kemampuan otoritas keuangan jamaah dalam memenuhi anggaran dengan tuntutan kebutuhan bidang-bidang, departemen-departemen, dan wilayah-wilayah atas anggaran

Kedua, adanya semangat ta’awun, semangat tadhamum, dan semangat takaful antar bidang, antar departemen, antar wilayah dan bahkan antar personil jamaah dakwah ini, sehingga jamaah dakwah ini benar-benar menjadi 'kal jasadil wahid’ yang seluruh komponennya saling merespon satu sama lain secara proaktif.

Istiqrar Da'wi

Jika istiqrar tanzhimi tadi bisa terwujud dengan seluruh muqawwimat-nya yang lima tersebut terpenuhi, maka, insya Allah terjadilah istiqrar da'wi, dakwah kita stabil, jalan terus. Guncangan apapun tidak akan membuat kita terguling, jebakan apapun tidak akan membuat kita terperosok, situasi apapun kita tidak membuat kita terkecoh, insya Allah dakwah yang mustaqirrah, istiqrar da’wi itu adalah sangat penting dalam rangka mewujudkan matanatul jamaah tadi.

Hayawiyatul Harakah / Dinamika Harakah

Dinamika harakah ini juga mempunyai keterkaitan dengan aspek manajerial yang sering saya sebutkan sebagai khuthuwat tahfizhiyah (langkah-langkah penggairahan, pembangkitan semangat) dari seluruh anggota jamaah ini, dari seluruh aktivis dakwah ini seperti yang sering saya sebutkan,

Pertama, musyarakah ‘inda ittikhadzil qarar (keterlibatan dalam mengambil keputusan), syuriyan wa istisyaratan, secara isytisyarah konsultatif (syura secara informal),

Kedua, at-tasyji’ ‘indal ijtihad (membangkitkan semangat berijtihad), berani mengemukakan pendapat, berani memberikan kontribusi pemikiran, berani memasukkan usulan-usulan harus digalakkan.

Karena salah satu potensi besar yang dianugerahkan Allah pada kemanusiaan adalah akal. Kalau akal para aktivis duat dan daiyat tidak dirangsang untuk berijtihad maka akal mereka akan terbengkalai, artinya kita telah menelantarkan potensi terbesar dari kemanusiaan yang merupakan anugerah Allah Taala. At-tasyji’ ‘indal ijtihad adalah merupakan dari bagian dari keseharian manajemen dakwah.

Ketiga, ad-da’m ‘indat tanfidz (memberikan dukungan dalam melaksanakan tugas-tugas). Mungkin dukungan itu berupa yang mubarakah; Allah yanshurkum, Allahu yutsabbit aqdaamakum atau bahkan dengan memikirkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam back-up dalam pelaksanaan tugas-tugas kita pikirkan bersama. Jika setiap ikhwan dan akhwat di lapangan merasa bahwa ia tidak berjalan sendirian, ada ikhwan dan akhwat yang mendukungnya, ada ikhwan dan akhwat yang mendukung dengan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana, ada ikhwan dan akhwat yang memberikan dukungan pemikiran, ada ikhwan dan akhwat yang melakukan tawashau bil-haq, tawashau bis shabr dan tawashau bil marhamah, yang menuntun dari kemungkinan-kemungkinan terpeleset kepada kesalahan, dan membantu mengokohkan kesabaran dalam menghadapi tantangan, juga yang menolong ketika mengalami kesulitan atau musibah dengan penuh kasih sayang, maka dia akan semakin dinamis dalam bergerak.

Hayawiyatul harakah adalah salah satu bagian dari yang harus diperhatikan melalui khuthuwat tahfizhiyah tadi.

Keempat, al-i’tiraf wat taqdir ‘indal injaz (pengakuan dan penghargaan ketika berkarya).

Karena sudah menjadi fitrah manusia, selain dia perlu pengakuan akan eksistensi dirinya, tapi juga perlu penghargaan atas prestasi dirinya jazaan bima kanu ya’malun itulah yang dicontohkan oleh Allah Taala, selalu ditawarkan al-jaza, al-jaza, dan al-jaza.

Sudah barang tentu kita tahu bahwa seluruh duat dan daiyat motivasinya lillahi Taala. Laa uridu minhum jazaan au syukura, bahasanya memang begitu yang menjadi landasan keyakinannya dalam berjuang tapi sebagi jamaah sudah barang tentu harus menghargai setiap fitrah dari setiap aktivis dakwah. Jika berprestasi kita berikan jazaan au syukura, kalau tidak memberikan imbalan berilah ucapan terima kasih atas prestasinya.

Kelima, al-insyaf indal khatha’ (keinsyafan ketika dia melakukan kesalahan)

Sehingga jika dia bersalah pun disambut dengan sikap afwan watasamuha. Bukan saja berprestasi kita sambut dengan jazaan aw syukura tetapi jika bersalah pun afwan wa tasamuha (pemaafan dan toleransi). Kita mengakui hak kemanusiaan untuk kemungkinan bersalah jangan sampai akibat kesalahannya seorang ikhwan, seorang akhwat dilecehkan, didiskreditkan sehingga potensinya hancur di perjalanan. Padahal kesalahannya itu hanya sebuah kepeseletan dari sekian ribu langkah dakwahnya yang sudah diayunkan selama ini dengan benar. Kita jangan membunuh masa depan mereka, masa depan dakwah mereka. Karenanya lihat tuntunan manajemen dakwah Allah Taala.

Jika terjadi kesalahan, fa’fu anhum, maafkan mereka, wastaghfir lahum, bahkan secara proaktif memohonkan ampunan baginya dari Allah Taala, dan bahkan sesudah salah pun masih diperintahkan fasyawirhum fil amri, masih diajak musyawarah.

Sudah mendapatkan afwu wathalabul maghfirah, fasyawirhum fil amri, Sehingga bangkit kembali azam dia untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Sehingga memiliki kembali tekad bersama faidza ‘azamta fatawakkal alallah, innallaha yuhibbul mutawakkilin.

Ikhwan dan akhwat fillah, khuthuwat tahfizhiyah ini untuk memelihara hayawiyatud da’wah. Untuk memelihara hayawiyatud da’wah kita harus mendorong:

1. Semangat interaktif dari seluruh kader-kader dakwah dengan segala permasalah Islam wal muslimin, segala permasalahan bangsa dan tanah air, segala permasalahan dunia dan kemanusiaan.

Dengan semangat interaktif terus-menerus dengan segala qadhaya, Islam wa qadhaya ummah, qadhaya wathan wal qaum, wa qadhaya insaniyah wa ‘alamiyah, insya Allah, kegairahan itu bisa terpelihara.

2. Syaja'ah adabiyah, keberanian moral untuk melangkah karena sadar akan tanggung jawabnya dalam perjalanan dakwah ini.

3. Jur-atul mubadarah, keberanian untuk berinisiatif, keberanian untuk melangkah, keberanian untuk melakukan sesuatu, if’al syai’an lillah, if’al syai’an lil islam wal muslimin, dia lakukan sesuatu, berani dengan jur-atul mubadarah. dengan keberanian berinisiatif.

4. Jur-atul ibtikarah, keberanian berkreativitas, menemukan asalib jadidah (metode-metode baru), wasail jadidah (sarana/prasarana baru) dan mungkin ijra-at jadidah (prosedur-prosedur baru) untuk mensukseskan dakwah ini. Ikhwan dan akhwat fillah insya Allah dengan dua hal tadi hayawiyatul harakah (dinamika gerakan) dakwah kita akan dipelihara dengan terus menerus.

5. Keberanian menghadapi kenyataan, apapun adanya kenyataan yang kita hadapi, kita harus bisa mengontrol diri, dan kemampuan mengontrol diri merupakan langkah awal untuk mampu mengontrol keadaan dan bahkan mampu merubah keadaan menjadi lebih baik.

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka… (Q.S. Ali Imran: 159)

Intajiyatud Da’wah

Munthalaq da’wah kita yang ketiga adalah intajiyatud da’wah (produktivitas dakwah)

Berdakwah sering kali hasilnya itu bernilai substansial tapi secara material tidak ril kelihatan. Kadang-kadang kita bekerja, bekerja, bekerja,.. apa ya hasilnya? Sudah barang tentu ada ukuran-ukuran yang menandai keberhasilan dakwah itu. Tapi ukuran-ukuran itu memang cenderung normatif tapi bisa dijadikan patokan, yaitu pertama intajiyatud da’wah kita bimayurdhillah (dengan apa-apa yang membuat Allah ridha.

Dan keridhaan Allah yang diturunkan kepada para dai membuat dia, hatinya dikucuri rahmat oleh Allah sehingga hatinya lembut (rahabatush shadr), santun, fabima rahmatillahi linta lahum. Jadi ada refleksi dari hasil dakwah yang menghasilkan ridha Allah yaitu hati yang penuh dengan ghamarati rahmatillah (curahan rahmat Allah) yang qulub layyinah, mutasamihah (hati yang lembut, santun toleran dan seterusnya. Itu tandanya ada keberhasilan bima yurdhillah.

Begitu juga bima yanfa’ul islam wal muslimin, yang kedua, keberhasilan dakwah dengan memberikan manfaat kepada Islam dan muslimin. Ini responnya akan nampak lebih jelas lebih real kelihatannya yaitu kalau kita melakukan perintah Allah dengan uslubul ihsan saja, salah satu uslubnya wa ahsin kama ahsanallahu ilaik, sudah barang tentu, hal jazaul ihsan illal ihsan. Kalau kita nuhsinu lin nas bima yanfa'uhum mereka pun akan yuhsinu bid da'wah bima yanfa’ul jamaah.

Otomatis saja, kalau kita selalu berbuat memproduk keihsanan bima yanfa’ul islam wal muslimin.

Otomatis al-muslimun yuhsinuna ilaina bima yanfaud da’wah wal jamaah. Itu otomatis.

Coba kita hitung perjalanan dakwah kita sekian puluh tahun atau sekian belas tahun. Betapa kontribusi dari al-muslimin wal muhsinun lid da’wah terasa. Di tahun pertengahan 80-an, liqaat ikhwan dan akhwat tidak diketemukan mobil bahkan motor pun jarang Sekarang tempat parkir pun sempit oleh mobil-mobil para duat, itu adalah bima ahsanallahu ilaikum. Itulah ihsan Allah kepada antum semua setelah berbuat ihsan dalam dakwah, berbuat itqan dalam dakwah, sehingga orang-orang pun ikut yuhsinuna ila da’watina wa ila jamaatina.

Dulu kita untuk menyelenggarakan pertemuan semacam ini berpikir beberapa kali untuk mengeluarkan uang; sewa gedung dengan segala sarana/prasarana, karena ketidakmampuan kita. Tapi faqad ahsanallahu ilaina, karena Allah telah berbuat ihsan kepada kita, oleh karena itu sekali lagi fa ahsin kama ahsanallahu ilaih, kita tingkatkan keihsanan kita karena Allah telah terbukti meningkatkan keihsanannya kepada kita.

Terkait dengan intajiyatud da’wah juga selain bima yanfaul islam wal muslimin atau bima yanfa’unnas atau bima yurdhillah (dengan membuat Allah ridha) kita pun harus berpikir juga bimaa yunasyitud da’wah, apa yang membuat aktivitas dakwah meningkat, gairah dakwah meningkat, gelora dakwah meningkat. Sudah barang tentu kegairahan, gelora dakwa sesuatu yang fenomena bisa dirasakan atau dilihat. Jika betul-betul langkah-langkah dakwah kita memberikan manfaat kepada semua, sudah barang tentu kegairahan itu akan meningkat merata, imma qudwatan, untuk merupakan keteladanan atau juga da’m, support yang diberikan.

Begitu juga bima yutsabbitul jamaah, manfaat itu dengan apa-apa yang mengokohkan kejamaahan kita. Apakah kontribusi, naudzubillah membuat kita longgarnya kehidupan berjamaah membuat goyangnya kehidupan berjamaah naudzubillah min dzalik. Atau kontribusi kita justru mengokohkan jamaah dan semuanya bisa dirasakan secara langsung dalam kehidupan struktural kita dan operasional kita dalam berdakwah.

Insya Allah, Jika kita berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan dari soliditas jamaah, hayawiyatul harakah dan intajiyatud da’wah yang saya sebutkan tadi tantangan-tantangan yang kita hadapi, pekerjaan berat yang akan kita pikul, tanggung jawab yang luar biasa berat yang akan kita hadapi, insya Allah dengan dipikul secara amal jama’i semuanya akan terasa ringan dan terselesaikan binashrin minallah, Insya Allah.

Allahu yanshurukum wa yutsabbit aqdamakum, insya Allah. Amin ya rabbal alamin. Sekian saja kalimat dari saya.

Mufrodat :

§ ‘Iffah : secara bahasa adalah menahan. Secara istilah; menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Seorang yang ‘afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya

§ tazawwud ruhi (pembekalan ruhiyah)

Read more »

Senin, November 01, 2010

POSKO PKS PEDULI BENCANA ALAM MERAPI DAN MENTAWAI

Inilah bentuk dan wujud dari kepedulian kader - kader PKS dari DPRa Cibugel menyikapi terjadinya bencana alam yang terjadi di belahan pertiwi ini yaitu Gempa dan Tsunami di kepulauan Mentawai Sumatera Barat dan bencana Letusan Gunung Merapi di Jogyakarta .

Dalam hal ini kader PKS di DPRa Cibugel dengan sigap segera mengambil langkah - langkah untuk sedapat mungkin bisa meringankan beban para korban bencana diantaranya segera melakukan posko penggalangan dana di wilayah Cibugel. Dan warga masyarakatpun banyak yang antusias menyumbangkan dananya sekalipun hanya lembaran beberapa ribu. Tapi yang kita lihat bukan hanya nominalnya saja tapi rasa kepedulian dan rasa ingin membantu yang mereka tunjukkan.
Untuk penggalangan dana ini DPRa Cibugel seperti biasa memusatkan aksinya di Pos Pengisian BBM Caringin, yang dilakukan pada hari sabtu dan Minggu 30-31 Oktober 2010.

Penggalangan dana dilakukan oleh kader - kader DPRa Cibugel yang hanya 3 orang yaitu Akh Eko Suharyanto, Akh Harsono dan Akh Sumarno. Sekalipun hanya 3 orang mereka tidak merasa patah semangat bahkan mereka senantiasa mengobarkan semangat untuk berbuat yang terbaik buat masyarakat walaupun kenyataannya sangat sulit sekali.

Dalam moment seperti ini setiap kader di tuntut untuk senantiasa sigap membantu bagi orang - orang yang kesusahan. Sekalipun kader tersebut dalam kondisi sempitpun mereka harus tetap berbuat yang terbaik dan tidak menunggu sampai kondisinya lapang baru berbuat.

Dan inilah sedikit kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader - kader DPRa Cibugel dalam menyikapi setiap keadaan. Semoga saja hal ini akan senantiasa tertanam dihati para kader sehingga kedepan akan lebih dapat meningkatkan kiprahnya di masyarakat.

Dan hendaklah setiap masyarakat bersatu padu untuk bisa bekerja sama dengan para kader PKS agar setiap keadaan dapat diatasi secara bersama - sama dengan penuh keikhlasan.

Ditulis oleh Sumarno - Sekretaris DPRa Cibugel
Read more »

 

KABAR DPRa Cibugel

KIPRAH KEWANITAAN

KOLOM

Selamat datang di Situs Partai Keadilan Sejahtera - DPRa Cibugel , AYO BEKERJA UNTUK NEGRI.