Rabu, November 03, 2010

Islam Di Eropa Dan Amerika Maju Pesat

Pada posting kali ini kita akan membahas tentang Amerika dan Eropa. Tapi yang mau kita bahas kali ini bukan masalah free sex-nya, bukan masalah nite club-nya, bukan masalah agresinya ke negara-negara Timur Tengah serta yang lainnya. Kali ini kita mau membahas pesatnya perkembangan Islam di kedua Benua tersebut.
Perkembangan Muslim Amerika

Kita tahu bahwa di barat sana bukanlah negeri tempat di mana agama-agama semitik bersemi. Jadi, wajar saja bila kehadiran agama di sana menjadi daya tarik sendiri untuk ditelusuri jejaknya. Begitu juga dengan perkembangan kepesatannya. Nah, dari berbagai survei yang di adakan di sana, Islamlah agama yang mengalamai peningkatkan yang sangat signitifkan. Ini bisa kita lihat dari data Demented Vision (2007) dari sebuah observasi di Amerika tentang perkembangan jumlah penduduk agama-agama dunia.

Menurut data tersebut, pada tahun 1900 Islam hanya 12,4% dari total semua penduduk dunia, sedangkan Kristen sebanyak 26,9% atau dua kali lebih besar dari Islam.
Namun pada tahun 1980 atau 80 tahun kemudian hasil survei mulai berubah. Penganut muslim bertambah 4,1% yaitu menjadi 16,5% dari seluruh penduduk dunia, sedangkan Kristen hanya bertambah 3,1% menjadi 30% dari seluruh penduduk dunia.
Jumlah diatas terus mengalami perubahan, hingga tahun 2000 (20 tahun kemudian) terjadi perubahan angka yang cukup besar. Pada tahun 2000 jumlah Muslim naik lagi menjadi 19,2% sedangkan jumlah penganut Kristen menurun 0,1% menjadi 29,9%.
Angka tersebut diperkiralan akan terus berubah. Pada tahun 2025 nanti di proyeksikan Islam akan naik lagi menjadi menjadi 30% atau naik 10,8% sedangkan Kristen justru akan mengalami penurunnan lagi sebanyak 4,9% atau menjadi 25%.
Dari data tersebut bisa kita ambil jumlah rata-rata pertumbuhan Islam yaitu 2,9% pertahun atau lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk bumi sendiri yang hanya 2,3% per tahun.

Sementara itu dalam catatan World Almanac and Book of Fact, New York Times Best Seller mencatat bahwa jumlah umat Islam di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah sebanyak 1,2 milyar (1.226.403.000) dan pada tahun 2007 angka itu berubah lagi menjadi 1,5 milyar lebih (1.522.813.123) jiwa. Ini berarti dalam 3 tahun muslim bertambah sekitar 300 juta orang.

Majalah The Economist, edisi 13 September 2003 terdapat hasil survei "Islam and The West" yang menyatakan bahwa umat Islam di muka bumi berjumlah 1,5 milyar jiwa.
"Around one in four of the people in the world are Muslim. It is indeed the world's fastest-growing religion". (Sekitar satu dari empat penduduk bumi adalah Muslim. Islam betul-betul agama yang paling cepat pertumbuhannya di dunia).

Begitulah, Islam berkembang begitu cepatnya di negara ini. Apalagi pasca tragedi berdarah WTC yang telah memperburuk citra umat Islam di mata dunia. Tragedi yang sampai saat ini masih menjadi kontroversi tentang kebenaran siapa dalang di balik serangan tersebut. Di saat itulah pertumbuhan Islam mengalami peningkatan tercepat yang tidak ada presedernya dalam sejarah Amerika, 20.000 orang Amerika masuk Islam dalam setiap tahunnya.


Perkembangan Islam Eropa

NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 membahas sebuah laporan yang di keluarkan intelijen domestik Prancis yang berjudul : " Islam adalah Agama yang berkembang paling pesat di Eropa ".
Di Perancis jumlah orang mu'alaf yang memeluk Islam meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu orang di tahun lalu saja.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh surat kabar Perancis Le Monde di bulan Oktober 2001, menyatakan bahwa di bandingkan data yang di kumpulkan di tahun 1994 " Banyak kaum Muslim terus melaksanakan shalat, pergi ke masjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan Mahasiswa Universitas.
Para peneliti di Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam.

Di Belanda selama 30 tahun terakhir juga mengalami peningkatan. Dulu penganut Muslim di Belanda hanya beberapa ratus orang saja, namun kini sudah menjadi lebih dari 300 ribu orang. Pada awalnya hanya terdapat sebuah Masjid di Belanda tapi kini sudah mencapai 200 mushola dan Masjid.

e West" yang menyatakan bahwa umat Islam di muka bumi berjumlah 1,5 milyar jiwa.
"Around one in four of the people in the world are Muslim. It is indeed the world's fastest-growing religion". (Sekitar satu dari empat penduduk bumi adalah Muslim. Islam betul-betul agama yang paling cepat pertumbuhannya di dunia).

Begitulah, Islam berkembang begitu cepatnya di negara ini. Apalagi pasca tragedi berdarah WTC yang telah memperburuk citra umat Islam di mata dunia. Tragedi yang sampai saat ini masih menjadi kontroversi tentang kebenaran siapa dalang di balik serangan tersebut. Di saat itulah pertumbuhan Islam mengalami peningkatan tercepat yang tidak ada presedernya dalam sejarah Amerika, 20.000 orang Amerika masuk Islam dalam setiap tahunnya.


Perkembangan Islam Eropa

NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 membahas sebuah laporan yang di keluarkan intelijen domestik Prancis yang berjudul : " Islam adalah Agama yang berkembang paling pesat di Eropa ".
Di Perancis jumlah orang mu'alaf yang memeluk Islam meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu orang di tahun lalu saja.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh surat kabar Perancis Le Monde di bulan Oktober 2001, menyatakan bahwa di bandingkan data yang di kumpulkan di tahun 1994 " Banyak kaum Muslim terus melaksanakan shalat, pergi ke masjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan Mahasiswa Universitas.
Para peneliti di Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam.

Di Belanda selama 30 tahun terakhir juga mengalami peningkatan. Dulu penganut Muslim di Belanda hanya beberapa ratus orang saja, namun kini sudah menjadi lebih dari 300 ribu orang. Pada awalnya hanya terdapat sebuah Masjid di Belanda tapi kini sudah mencapai 200 mushola dan Masjid.
ecara eksplisit mengatakan bahwa alternatif Islam bagi masyarakat Barat adalah suatu keniscayaan.
Read more »

Karateristik The Working Party

RI’AYAH MA’NAWIYAH

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shalih. Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Q.S. An-Nahl: 120-123)


Tugas apapun, situasi apapun, kondisi apapun yang kita hadapi, modalnya sebagai basis utama munthalaqat da’wah kita hanya tiga, yaitu adanya:

1. Matanatul jamaah (kekokohan/kesolidan jamaah)

2. Hayawiyatul harakah (dinamika gerakan)

3. Intajiyatud da’wah (produktivitas dakwah), tidak lebih dari itu.

Tiga kalimat ini, kalau kita buka-buka catatan kita, mungkin sudah tertulis belasan kali, bahkan mungkin ada yang sudah menulisnya puluhan kali. Tetapi karena kesibukan kita, tanggung jawab kita yang berat, himpitan dan tantangan internal dan eksternal yang berat, kadang-kadang ketika menghadapi situasi kondisi itu, kita lupa membuka untuk merujuknya dari segi siyasatud da’wah, dari segi idaratud da’wah dan dari segi fiqhud da’wah.

Tapi sebagaimana kebutuhan orang-orang yang aktif yang juga diingatkan oleh Allah yang selalu memerlukan tadzkirah, fadzakkir fainnadzikra tanfa’ul mu’minin, maka kalimat saya di petang hari ini merupakan suatu dzikra, merupakan suatu tadzkirah, faman syaa-a dzakarah, yang mudah-mudahan bagi yang menghendakinya bisa mengingatnya sebagai bekalan langkah-langkah perjuangan sebelum melaksanakan 'am intikhabi atau ketika melaksanakan program-program intikhabi atau sesudah 'am intikhabi kita selenggarakan.

Matanatul Jama’ah

Untuk sebuah soliditas jamaah, kita memerlukan suatu kondisi, yang sering disebut dengan istiqrar, ketenangan atau kestabilan. Sudah barang tentu kondisi ini pertama-tama dituntut dari setiap aktivis dari jamaah ini, dari setiap kader, dari ikhwah atau akhwat yang mempunyai komitmen dengan gerakan dakwah ini.

Istiqrar Nafsi

Pertama, setiap kader harus selalu memperhatikan istiqrarun nafsi, ketenangan dan stabilitas jiwanya. Jangan sampai akibat kesibukan yang demikian banyak, tantangan yang demikian berat, tuntutan akan pengorbanan yang melampaui batas-batas kemampuan membuat jiwa kita menjadi kacau, an-nufus al-murtabikah, yang kacau terguncang, yang akhirnya seperti yang sering disindir oleh Sayyid Quthub, sebagai an-nuful al-mahzumah, jiwa yang kalah lebih dulu sebelum terjun ke medan pertempuran. Oleh karena itu setiap kader, ikhwan dan akhwat harus memperhatikan, harus memberikan inayah yang cukup terhadap istiqrarun nafsi, ketenangan jiwanya.

Ketenangan jiwa hanya bisa diraih melalui upaya:

mengarahkan hati kita selalu berhubungan dengan Allah Taala. Bagaimana menjadikan hati kita menjadi hati yang al-muta’alliqah billah, hati yang senantiasa berhubungan dengan Allah. Hanya dengan itulah itmi’nanun nafsi, ketenangan jiwa bisa ditumbuhkan, bisa dipelihara dan bisa dikembangkan. Bahkan melalui fenomena khalqillah, dengan segala fenomenanya dan dengan segala interaktifnya, kita pun harus bisa menggali ibrah wal hikmah litathminil qulub, untuk membuat hati kita tenang. Fenomena universal dengan segala interaksinya, dengan segala gerak dan perilakunya selalu memberikan hikmah wal ibrah untuk memberikan tathminul qulub, penenangan hati. Karena langsung dengan demikian mengingat akan keagungan Allah, kebesaran Allah, kasih sayang Allah, rahmat Allah dan karunia Allah yang demikian banyak ala bidzikrillah tathmainnul qulub.

Kita sebagai duat dan da’iyat ilallah harus menjadi orang yang paling sanggup memelihara hatinya dalam kondisi al-qulub al-muthmainnah dari sanalah akan tumbuh tsiqah, watsiqun billah, watsiqun binashrillah, yakin betul kepada Allah, yakin betul akan adanya kemenangan yang dianugerahkan oleh Allah. Tanpa itu dengan tantangan dan tugas berat ini kita akan gelisah, oleh karena itu hati kita harus selalu dihubungkan dengan kekuatan Maha Besar, yaitu Allah Taala Maa indakum yanfadu wa maa indallaahi baaqin, apa-apa yang disediakan oleh Allah untuk para mujahidin, para duat ilallah la yanfad, baaqin laa yanfad. Qanaah inilah yang harus kita miliki. Tanpa qanaah kita akan ngeri melihat kekayaan yang dimiliki partai-partai besar dengan hasil rampokannya yang demikian banyak seolah-olah di mata kita akan berlomba dengan kekuatan seperti itu. Tetapi kalau kita yakin bahwa yang memerintahkan kita berlomba adalah Allah Taala dalam rangka al-khairat, fastabiqul khairat, kita insya Allah tidak akan ragu untuk start dan berjalan dengan manhaj Allah dan mencapai finish, mardhatillah. Allah akbar, Allah akbar.


Alhamdulillah, kita selama ini, jamaah selalu memahami kita, menjaga kita, memelihara kita, memberi inayah kepada kita agar hati kita terpelihara, jangan sampai menjadi nufus murtabikah, jangan menjadi jiwa yang guncang, jiwa yang kalut dalam menghadapi tantangan. Dan bahkan Allah Taala telah mengarahkan kepada kita bagaimana agar istiqrarun nafsi itu bisa dipelihara, maka kemudian Allah mewajibkan dan menyunahkan akan adanya sunnah berumah tangga dan berkeluarga. Karena berkeluarga adalah salah satu jenjang, salah satu sarana, salah satu wadah untuk memelihara nufus mustaqirrah.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Ar-Ruum: 21)

Istiqrar ‘Aili / Ketenangan(kestabilan keluarga)

Istiqrarun ‘aili adalah ketenangan dan kestabilan keluarga . Saya menyadari, sesadar-sadarnya bahwa keluarga duat dan daiyah tidak seperti keluarga kebanyakan manusia. Dari mulai munthalaqnya, pangkal bertolaknya mereka berumah tangga, dimana rumah tangga itu dibangun dengan mahabbah fillah. Apa lagi sama-sama dibangun melalui kesatuan wihdatul aqidah, wihdatul fikrah dan wihdatul minhaj. Bahkan selalu seiring bergandengan tangan dalam perjalanan dakwah dengan segala pengorbanannya, maka ikatan mahabbah fillah yang didasari wihdatul aqidah, wihdatul fikrah dan wihdatul manhaj itu diikat pula oleh ikatan romantisme dakwah. Ikatan romantika dakwah yang mengikat rumah tangga kita.

Oleh karena itu bagi yang sudah berumah tangga untuk selalu memelihara istqrarun nafsi, kita pun harus betul-betul memelihara istiqrar ‘aili kita, stabilitas dan ketenangan rumah tangga kita. Rumah tangga dai adalah rumah tangga qa’idah da’wiyah, homebase bagi dakwah itu, dan komandan markasnya adalah istri. Sudah barang tentu para junudullah membutuhkan ri’ayah dari komandan agar kegairahan berdakwahnya tetap bergelora, agar semangat dakwahnya tetap menggebu, agar daya juangnya tetap berkobar.

Oleh karena itu mu’asyarah bil ma’ruf, mu’asyarah zaujiyah bil ma’ruf adalah merupakan sendi-sendi yang harus diperhatikan dalam memelihara istiqrar ‘aili, kestabilan keluarga dai. Pelihara hubungan dengan istri, dengan suami, dengan anak dengan mertua dengan orang tua, dengan siapa pun yang terkait dengan keluarga kita, karena seluruhnya adalah merupakan ra’sul mal, modal utama bagi dakwah ini.

Istiqrar Ijtima’i / Kestabilan(ketenangan soaial)

Istiqrar ijtima’I adalah stabilitas social / masyarakat , kita dalam berkomunikasi dengan tetangga, dengan masyarakat lingkungan. Kita harus husnul jiran, baik jari dzil qurba, apakah tetangga yang memang kerabat atau jari dzil junub, atau tetangga yang jauh, apakah jauh lokasi rumahnya, mungkin terselang beberapa rumah, tapi masih bagian dari lingkungan kehidupan kita atau dekat tapi jauh dari nasabnya. Seluruhnya harus kita pelihara. Kalau kita bisa memelihara istiqrar ijtima’i, insya Allah lingkungan kita akan menjadi al-qaidah al-ijtima’iyah bagi dakwah kita.

Istiqrar Tanzhimi

Ikhwan dan akhwat fillah, dengan modal istiqrar nafsi, istiqrar ‘aili dan istiqrar ijtima’i itu, insya Allah secara struktural kita pun akan tenang, tanzhim kita akan tenang, tidak banyak PR, tidak banyak urusan internal, tidak mendengar sindiran sebagai jamaah qadhaya, karena yang selalu dibahas qadhaya dan qadhaya. Dan ini tadzkirah, saya kira fenomenanya sedikit, tapi bagi jamaah dakwah cukup mengusik, mengusik hati, mengusik pikiran. Potensi qiyadah dan qa’idah dan junud terkuras oleh hal-hal yang begitu. Oleh karena itu dengan modal istiqrar nafsi, istiqrar ‘aili dan istiqrar ijtima’i, insya Allah akan mencapai yang keempat: yaitu istiqrar tanzhimi. Tanzhim kita insya Allah akan menjadi tanzhim mustaqir, menjadi struktur yang stabil, yang tenang, tidak direpotkan oleh isu, oleh gosip, oleh kasak kusuk, oleh friksi-friksi yang na’udzubillah jika dibiarkan akan menjadi fraksi-fraksi.

Untuk mencapai istiqrar tanzhimi itu ada beberapa rukunnya, ada beberapa muqawwimatnya, ada beberapa sendinya bagi istiqrar tanzhimi, yaitu adanya ketawazunan (keseimbangan) :

Pertama, at-tawazun fit tauzhif, keseimbangan dalam memfungsikan potensi yang tersedia,

Potensi yang ada pada ikhwan dan akhwat, apakah potensi itu, potensi intelektual dengan tsaqafah kauniyahnya ataukah potensi ulama dengan tsaqafah syar’iyahnya ataukah potensi para praktisi bisnis apakah para budayawan, para seniman, para pedagang menengah, pedagang kecil, para pendidik, para sosiolog, seluruhnya harus seimbang terfungsikan. Saya sebutkan seimbang, terfungsikan, mengingat selain fungsi-fungsi dakwah, mereka pun dituntut akan fungsi-fungsi dari kafaah masing-masing. Kafaah mereka sebagai mu’allim, kafaah mereka sebagai mudarris kafaah mereka sebagai birokrat, kafaah mereka sebagai politisi, kafaah mereka sebagai pedagang dan kafaah-kafaah yang lain juga perlu difungsikan, karena semuanya adalah bagian dari khazanatud da’wah.

Jangan sampai terjadi seolah-olah dakwah ini paradoks dengan aktivitas perdagangan, paradoks dengan tugas-tugas di kepegawaian negeri, paradoks dengan aktivitas seorang akunting, paradoks dengan aktivitas manajemen sekolah dan paradoks dengan aktivitas para guru. Sehingga kalau prestasi menjadi guru berkurang, beralasan terganggu oleh aktivitas dakwah. Kalau pegawai negeri tidak lancar, beralasan terganggu oleh aktivitas dakwah. Sangat tidak riil dakwah ini menjadi kambing hitam akan terhambatnya prestasi-prestasi di bidang kafaah apapun. Justru dakwah ini harus menjadi pemicu dan pemacu semangat penjabaran kafaah masing-masing di bidangnya masing-masing di lahannya masing-masing. Tawazun fit tauzhif adalah salah satu rukun dasar bagi istiqrar tanzhimi.

Kedua, at-tawazun fit tafwidh, keseimbangan dalam pendelegasian wewenang.

Ikhwan dan akhwat semuanya masulin dan masulat amamallah, jangan sampai menjadi seksi sibuk sementara yang lainnya tidak kebagian pekerjaan, karena kurang pendelegasian. Pendelegasian pekerjaan sudah barang tentu dengan keseimbangan. Jangan sampai dengan alasan kekurangan pendelegasian akhirnya si pemegang wewenang tidak melakukan apa-apa. Itu namanya tidak seimbang.

At-tawazun fit-tafwidh, seimbang dalam mendelegasikan wewenangnya, seimbang dalam melalui saluran-saluran wazhifah tanzhimiyah yang tersedia di bawah tanggung jawabnya kita salurkan, karena dengan kurang seimbangnya kadar atau tafwidh pendelegasian maka akan terjadi akumulatif kesibukan, tertumpuknya kerepotan, yang akhirnya kadang-kadang menuntut diri kita menjadi otoriter, dictator, karena semuanya harus memutuskan sendiri. Padahal banyak hal yang sebetulnya bisa didelegasikan untuk memutuskan.

Oleh karena itu sekali lagi at-tawazun fit-tafwidh itu harus dilakukan agar seluruh fungsionaris, ikhwan dan akhwat di jajarannya masing-masing bisa mustaqir tanzhimiyan (stabil secara struktural)

Ketiga, at-tawazun fit-taqrir (keseimbangan dalam pengambilan keputusan),

Pendelegasian wewenang tanpa diberi hak mengambil keputusan dalam bidangnya juga adalah pendelegasian yang mubadzir, pendelegasian yang membuat terbengkalainya potensi orang yang menerima pendelegasian itu, makanya harus ada juga keseimbangan dalam pengambilan keputusan. Sesuatu yang kita delegasikan itu bukan saja pekerjaannya, tapi juga keputusannya dalam bidang-bidang teknis operasionalnya juga kita delegasikan.

Di sini sekaligus merupakan suatu kaderisasi dalam kepemimpinan, yaitu upaya menumbuhkan an-nukhbah al-qiyadiyah (kader-kader kepemimpinan). Tumbuh bermunculan karena sudah biasa bukan saja difungsikan, diberi wewenang pendelegasian, tapi juga diberi hak mengambil keputusan di dalam bidang yang telah didelegasikan.

Keempat, at-tawazun fit-tamtsil (keseimbangan dalam perwakilan),

Artinya fungsi-fungsi, tugas-tugas, pendelegasian-pendelegasian yang kita berikan harus juga seimbang kepada potensi-potensi semuanya merasa terwakili; potensi ulama, intelektual, potensi birokrat, potensi teknokrat, potensi bisnismen, potensi pendidik, seluruhnya terwakili, tawazun fit-tamtsil. Mengingat jamaah kita ini semakin luas dari segi tajnid jamahiri dimana para tokoh-tokoh, pakar-pakar, shahibul kafaah bergabung dengan kita atau fit tajnid rekruiting kaderisasi sudah menampakkan aneka ragam kafaah, aneka ragam muyul, yang kita rekrut, sudah barang tentu mereka secara structural merasa terwakili. Ini harus diperhatikan mengingat qa’idah tanzhimiyah kita semakin luas semakin menjangkau aneka entitas kemasyarakatan.

Dengan ketawazunan-ketawazunan fit tauzhif, fit tafwidh, fit-taqrir, fit tamtsil tadi insya Allah kekokohan jamaah ini bisa lebih terjamin karena semuanya terwakili. Semuanya bisa mengekspresikan, bisa mengaktualisasikan, bahkan bisa mengartikulasikan ide-idenya, pendapat-pendapatnya, bakat-bakatnya, ahli-ahlinya, seluruhnya tampil dalam hidup kejamaahan yang memang membutuhkan mereka semua karena doktrin kesyumuliyahannya dan ketakamuliyahannya.

Kelima, at-tawazun fi tamwil, à keseimbangan anggaran.

Ini adalah sebagai dukungan bagi kokohnya tawazun fi tauzhif, tawazun fi tafwidh, tawazun fi taqrir dan tawazun fi tamtsil jama’ah. Kita memerlukan tawazun fi tamwil. Kekokohan istiqrar tanzhimi selalu membutuhkan keseimbangan anggaran, keseimbangan pendanaan, atau keseimbangan pembiayaan. Karena amwal merupakan darah dari aktivitas manusia, begitu juga gerakan dakwah kita memerlukan darah itu, sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Al-Qur’an surat At-Taubah: 41,

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S. At-Taubah: 41)

Keseimbangan anggaran dalam jamaah adalah merupakan keharusan, jangan sampai terjadi adanya bidang miskin dan bidang kaya, atau departemen ‘basah’ dan departemen ‘kering’, atau wilayah dakwah gemuk dan wilayah dakwah kurus. Untuk terjaganya tawazun fi tamwil atau keseimbangan anggaran, atau keseimbangan pembiayaan diperlukan dua hal:

Pertama, adanya keadilan anggaran antar pusat dan daerah, antara wilayah, dan antar bidang, antar departemen.

Keadilan anggaran juga berarti keharusan memperhatikan keseimbangan antara kemampuan otoritas keuangan jamaah dalam memenuhi anggaran dengan tuntutan kebutuhan bidang-bidang, departemen-departemen, dan wilayah-wilayah atas anggaran

Kedua, adanya semangat ta’awun, semangat tadhamum, dan semangat takaful antar bidang, antar departemen, antar wilayah dan bahkan antar personil jamaah dakwah ini, sehingga jamaah dakwah ini benar-benar menjadi 'kal jasadil wahid’ yang seluruh komponennya saling merespon satu sama lain secara proaktif.

Istiqrar Da'wi

Jika istiqrar tanzhimi tadi bisa terwujud dengan seluruh muqawwimat-nya yang lima tersebut terpenuhi, maka, insya Allah terjadilah istiqrar da'wi, dakwah kita stabil, jalan terus. Guncangan apapun tidak akan membuat kita terguling, jebakan apapun tidak akan membuat kita terperosok, situasi apapun kita tidak membuat kita terkecoh, insya Allah dakwah yang mustaqirrah, istiqrar da’wi itu adalah sangat penting dalam rangka mewujudkan matanatul jamaah tadi.

Hayawiyatul Harakah / Dinamika Harakah

Dinamika harakah ini juga mempunyai keterkaitan dengan aspek manajerial yang sering saya sebutkan sebagai khuthuwat tahfizhiyah (langkah-langkah penggairahan, pembangkitan semangat) dari seluruh anggota jamaah ini, dari seluruh aktivis dakwah ini seperti yang sering saya sebutkan,

Pertama, musyarakah ‘inda ittikhadzil qarar (keterlibatan dalam mengambil keputusan), syuriyan wa istisyaratan, secara isytisyarah konsultatif (syura secara informal),

Kedua, at-tasyji’ ‘indal ijtihad (membangkitkan semangat berijtihad), berani mengemukakan pendapat, berani memberikan kontribusi pemikiran, berani memasukkan usulan-usulan harus digalakkan.

Karena salah satu potensi besar yang dianugerahkan Allah pada kemanusiaan adalah akal. Kalau akal para aktivis duat dan daiyat tidak dirangsang untuk berijtihad maka akal mereka akan terbengkalai, artinya kita telah menelantarkan potensi terbesar dari kemanusiaan yang merupakan anugerah Allah Taala. At-tasyji’ ‘indal ijtihad adalah merupakan dari bagian dari keseharian manajemen dakwah.

Ketiga, ad-da’m ‘indat tanfidz (memberikan dukungan dalam melaksanakan tugas-tugas). Mungkin dukungan itu berupa yang mubarakah; Allah yanshurkum, Allahu yutsabbit aqdaamakum atau bahkan dengan memikirkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam back-up dalam pelaksanaan tugas-tugas kita pikirkan bersama. Jika setiap ikhwan dan akhwat di lapangan merasa bahwa ia tidak berjalan sendirian, ada ikhwan dan akhwat yang mendukungnya, ada ikhwan dan akhwat yang mendukung dengan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana, ada ikhwan dan akhwat yang memberikan dukungan pemikiran, ada ikhwan dan akhwat yang melakukan tawashau bil-haq, tawashau bis shabr dan tawashau bil marhamah, yang menuntun dari kemungkinan-kemungkinan terpeleset kepada kesalahan, dan membantu mengokohkan kesabaran dalam menghadapi tantangan, juga yang menolong ketika mengalami kesulitan atau musibah dengan penuh kasih sayang, maka dia akan semakin dinamis dalam bergerak.

Hayawiyatul harakah adalah salah satu bagian dari yang harus diperhatikan melalui khuthuwat tahfizhiyah tadi.

Keempat, al-i’tiraf wat taqdir ‘indal injaz (pengakuan dan penghargaan ketika berkarya).

Karena sudah menjadi fitrah manusia, selain dia perlu pengakuan akan eksistensi dirinya, tapi juga perlu penghargaan atas prestasi dirinya jazaan bima kanu ya’malun itulah yang dicontohkan oleh Allah Taala, selalu ditawarkan al-jaza, al-jaza, dan al-jaza.

Sudah barang tentu kita tahu bahwa seluruh duat dan daiyat motivasinya lillahi Taala. Laa uridu minhum jazaan au syukura, bahasanya memang begitu yang menjadi landasan keyakinannya dalam berjuang tapi sebagi jamaah sudah barang tentu harus menghargai setiap fitrah dari setiap aktivis dakwah. Jika berprestasi kita berikan jazaan au syukura, kalau tidak memberikan imbalan berilah ucapan terima kasih atas prestasinya.

Kelima, al-insyaf indal khatha’ (keinsyafan ketika dia melakukan kesalahan)

Sehingga jika dia bersalah pun disambut dengan sikap afwan watasamuha. Bukan saja berprestasi kita sambut dengan jazaan aw syukura tetapi jika bersalah pun afwan wa tasamuha (pemaafan dan toleransi). Kita mengakui hak kemanusiaan untuk kemungkinan bersalah jangan sampai akibat kesalahannya seorang ikhwan, seorang akhwat dilecehkan, didiskreditkan sehingga potensinya hancur di perjalanan. Padahal kesalahannya itu hanya sebuah kepeseletan dari sekian ribu langkah dakwahnya yang sudah diayunkan selama ini dengan benar. Kita jangan membunuh masa depan mereka, masa depan dakwah mereka. Karenanya lihat tuntunan manajemen dakwah Allah Taala.

Jika terjadi kesalahan, fa’fu anhum, maafkan mereka, wastaghfir lahum, bahkan secara proaktif memohonkan ampunan baginya dari Allah Taala, dan bahkan sesudah salah pun masih diperintahkan fasyawirhum fil amri, masih diajak musyawarah.

Sudah mendapatkan afwu wathalabul maghfirah, fasyawirhum fil amri, Sehingga bangkit kembali azam dia untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Sehingga memiliki kembali tekad bersama faidza ‘azamta fatawakkal alallah, innallaha yuhibbul mutawakkilin.

Ikhwan dan akhwat fillah, khuthuwat tahfizhiyah ini untuk memelihara hayawiyatud da’wah. Untuk memelihara hayawiyatud da’wah kita harus mendorong:

1. Semangat interaktif dari seluruh kader-kader dakwah dengan segala permasalah Islam wal muslimin, segala permasalahan bangsa dan tanah air, segala permasalahan dunia dan kemanusiaan.

Dengan semangat interaktif terus-menerus dengan segala qadhaya, Islam wa qadhaya ummah, qadhaya wathan wal qaum, wa qadhaya insaniyah wa ‘alamiyah, insya Allah, kegairahan itu bisa terpelihara.

2. Syaja'ah adabiyah, keberanian moral untuk melangkah karena sadar akan tanggung jawabnya dalam perjalanan dakwah ini.

3. Jur-atul mubadarah, keberanian untuk berinisiatif, keberanian untuk melangkah, keberanian untuk melakukan sesuatu, if’al syai’an lillah, if’al syai’an lil islam wal muslimin, dia lakukan sesuatu, berani dengan jur-atul mubadarah. dengan keberanian berinisiatif.

4. Jur-atul ibtikarah, keberanian berkreativitas, menemukan asalib jadidah (metode-metode baru), wasail jadidah (sarana/prasarana baru) dan mungkin ijra-at jadidah (prosedur-prosedur baru) untuk mensukseskan dakwah ini. Ikhwan dan akhwat fillah insya Allah dengan dua hal tadi hayawiyatul harakah (dinamika gerakan) dakwah kita akan dipelihara dengan terus menerus.

5. Keberanian menghadapi kenyataan, apapun adanya kenyataan yang kita hadapi, kita harus bisa mengontrol diri, dan kemampuan mengontrol diri merupakan langkah awal untuk mampu mengontrol keadaan dan bahkan mampu merubah keadaan menjadi lebih baik.

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka… (Q.S. Ali Imran: 159)

Intajiyatud Da’wah

Munthalaq da’wah kita yang ketiga adalah intajiyatud da’wah (produktivitas dakwah)

Berdakwah sering kali hasilnya itu bernilai substansial tapi secara material tidak ril kelihatan. Kadang-kadang kita bekerja, bekerja, bekerja,.. apa ya hasilnya? Sudah barang tentu ada ukuran-ukuran yang menandai keberhasilan dakwah itu. Tapi ukuran-ukuran itu memang cenderung normatif tapi bisa dijadikan patokan, yaitu pertama intajiyatud da’wah kita bimayurdhillah (dengan apa-apa yang membuat Allah ridha.

Dan keridhaan Allah yang diturunkan kepada para dai membuat dia, hatinya dikucuri rahmat oleh Allah sehingga hatinya lembut (rahabatush shadr), santun, fabima rahmatillahi linta lahum. Jadi ada refleksi dari hasil dakwah yang menghasilkan ridha Allah yaitu hati yang penuh dengan ghamarati rahmatillah (curahan rahmat Allah) yang qulub layyinah, mutasamihah (hati yang lembut, santun toleran dan seterusnya. Itu tandanya ada keberhasilan bima yurdhillah.

Begitu juga bima yanfa’ul islam wal muslimin, yang kedua, keberhasilan dakwah dengan memberikan manfaat kepada Islam dan muslimin. Ini responnya akan nampak lebih jelas lebih real kelihatannya yaitu kalau kita melakukan perintah Allah dengan uslubul ihsan saja, salah satu uslubnya wa ahsin kama ahsanallahu ilaik, sudah barang tentu, hal jazaul ihsan illal ihsan. Kalau kita nuhsinu lin nas bima yanfa'uhum mereka pun akan yuhsinu bid da'wah bima yanfa’ul jamaah.

Otomatis saja, kalau kita selalu berbuat memproduk keihsanan bima yanfa’ul islam wal muslimin.

Otomatis al-muslimun yuhsinuna ilaina bima yanfaud da’wah wal jamaah. Itu otomatis.

Coba kita hitung perjalanan dakwah kita sekian puluh tahun atau sekian belas tahun. Betapa kontribusi dari al-muslimin wal muhsinun lid da’wah terasa. Di tahun pertengahan 80-an, liqaat ikhwan dan akhwat tidak diketemukan mobil bahkan motor pun jarang Sekarang tempat parkir pun sempit oleh mobil-mobil para duat, itu adalah bima ahsanallahu ilaikum. Itulah ihsan Allah kepada antum semua setelah berbuat ihsan dalam dakwah, berbuat itqan dalam dakwah, sehingga orang-orang pun ikut yuhsinuna ila da’watina wa ila jamaatina.

Dulu kita untuk menyelenggarakan pertemuan semacam ini berpikir beberapa kali untuk mengeluarkan uang; sewa gedung dengan segala sarana/prasarana, karena ketidakmampuan kita. Tapi faqad ahsanallahu ilaina, karena Allah telah berbuat ihsan kepada kita, oleh karena itu sekali lagi fa ahsin kama ahsanallahu ilaih, kita tingkatkan keihsanan kita karena Allah telah terbukti meningkatkan keihsanannya kepada kita.

Terkait dengan intajiyatud da’wah juga selain bima yanfaul islam wal muslimin atau bima yanfa’unnas atau bima yurdhillah (dengan membuat Allah ridha) kita pun harus berpikir juga bimaa yunasyitud da’wah, apa yang membuat aktivitas dakwah meningkat, gairah dakwah meningkat, gelora dakwah meningkat. Sudah barang tentu kegairahan, gelora dakwa sesuatu yang fenomena bisa dirasakan atau dilihat. Jika betul-betul langkah-langkah dakwah kita memberikan manfaat kepada semua, sudah barang tentu kegairahan itu akan meningkat merata, imma qudwatan, untuk merupakan keteladanan atau juga da’m, support yang diberikan.

Begitu juga bima yutsabbitul jamaah, manfaat itu dengan apa-apa yang mengokohkan kejamaahan kita. Apakah kontribusi, naudzubillah membuat kita longgarnya kehidupan berjamaah membuat goyangnya kehidupan berjamaah naudzubillah min dzalik. Atau kontribusi kita justru mengokohkan jamaah dan semuanya bisa dirasakan secara langsung dalam kehidupan struktural kita dan operasional kita dalam berdakwah.

Insya Allah, Jika kita berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan dari soliditas jamaah, hayawiyatul harakah dan intajiyatud da’wah yang saya sebutkan tadi tantangan-tantangan yang kita hadapi, pekerjaan berat yang akan kita pikul, tanggung jawab yang luar biasa berat yang akan kita hadapi, insya Allah dengan dipikul secara amal jama’i semuanya akan terasa ringan dan terselesaikan binashrin minallah, Insya Allah.

Allahu yanshurukum wa yutsabbit aqdamakum, insya Allah. Amin ya rabbal alamin. Sekian saja kalimat dari saya.

Mufrodat :

§ ‘Iffah : secara bahasa adalah menahan. Secara istilah; menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Seorang yang ‘afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya

§ tazawwud ruhi (pembekalan ruhiyah)

Read more »

Senin, November 01, 2010

POSKO PKS PEDULI BENCANA ALAM MERAPI DAN MENTAWAI

Inilah bentuk dan wujud dari kepedulian kader - kader PKS dari DPRa Cibugel menyikapi terjadinya bencana alam yang terjadi di belahan pertiwi ini yaitu Gempa dan Tsunami di kepulauan Mentawai Sumatera Barat dan bencana Letusan Gunung Merapi di Jogyakarta .

Dalam hal ini kader PKS di DPRa Cibugel dengan sigap segera mengambil langkah - langkah untuk sedapat mungkin bisa meringankan beban para korban bencana diantaranya segera melakukan posko penggalangan dana di wilayah Cibugel. Dan warga masyarakatpun banyak yang antusias menyumbangkan dananya sekalipun hanya lembaran beberapa ribu. Tapi yang kita lihat bukan hanya nominalnya saja tapi rasa kepedulian dan rasa ingin membantu yang mereka tunjukkan.
Untuk penggalangan dana ini DPRa Cibugel seperti biasa memusatkan aksinya di Pos Pengisian BBM Caringin, yang dilakukan pada hari sabtu dan Minggu 30-31 Oktober 2010.

Penggalangan dana dilakukan oleh kader - kader DPRa Cibugel yang hanya 3 orang yaitu Akh Eko Suharyanto, Akh Harsono dan Akh Sumarno. Sekalipun hanya 3 orang mereka tidak merasa patah semangat bahkan mereka senantiasa mengobarkan semangat untuk berbuat yang terbaik buat masyarakat walaupun kenyataannya sangat sulit sekali.

Dalam moment seperti ini setiap kader di tuntut untuk senantiasa sigap membantu bagi orang - orang yang kesusahan. Sekalipun kader tersebut dalam kondisi sempitpun mereka harus tetap berbuat yang terbaik dan tidak menunggu sampai kondisinya lapang baru berbuat.

Dan inilah sedikit kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader - kader DPRa Cibugel dalam menyikapi setiap keadaan. Semoga saja hal ini akan senantiasa tertanam dihati para kader sehingga kedepan akan lebih dapat meningkatkan kiprahnya di masyarakat.

Dan hendaklah setiap masyarakat bersatu padu untuk bisa bekerja sama dengan para kader PKS agar setiap keadaan dapat diatasi secara bersama - sama dengan penuh keikhlasan.

Ditulis oleh Sumarno - Sekretaris DPRa Cibugel
Read more »

Kamis, Oktober 28, 2010

PKS BANTEN ; "ASAL JANGAN ATUT"

Kasak-kusuk pemilihan Gubernur Banten Jilid III semakin menghangat, pentolan pengurus partai ditingkat daerah II dan I sudah mulai sering "wara-wiri/bersilaturahmi" dan sering mendapat kunjungan para tokoh. Dua tokoh yang sudah muncul dan dipastikan mencalonkan diri adalah Atut Chosiah dan Wahidin Halim ( WH). Keduanya kini mulai intens kontak-kontak pentolan pengurus partai. Keduanya dianggap memiliki segudang prestasi atas kepemimpinanya, tetapi tidak dipungkiri pula "seabrek" kelemahan dan cap negatif melekat pada kedua tokoh yang kini masing-masing masih menduduki sebagai jabatan Gubernur Banten Jilid II dan Walikota Tangerang.

Cap negatif terhadap Atut sebagai pemimpin yang tidak lepas dari KKN adalah fakta riil dilapangan. Banten dikenal sebagai propinsi yang KKN-nya sulit dibasmi. Keluarga Sang Gubernur kini sudah hampir 60% menguasai tingkat daerah II ( Kota & Kab ). Untuk WH juga tidak berbeda, walau dikenal sebagai walikota yang cukup berprestasi dalam pengelolaan keuangan, namun bila kembali ditelusuri, KKN di lingkungan Pemkot Tangerang juga hampir menyamai di lingkungan keluarga Gubernur Banten, belum lagi karakteristik Sang Walikota yang dikenal agak sombong alias cukup sering membanggakan diri atas prestasinya, sifat ini hampir sama dengan sifat presiden kita SBY, yang selalu memuji diri atas kinerjanya padahal kenyataanya kehidupan rakyat semakin terlilit berbagai masalah dan kemiskinan.

PKS, sebagai partai dakwah dan memiliki visi keadilan serta inten terhadap pembasmian KKN ( Partai Bersih ) haruskah kemudian memilih kedua tokoh ini ? PKS adalah partai solid dan partai yang cukup memiliki masa di Banten. Pengalaman pemilihan Gubernur Banten Jilid II yang mengusung kader partai, Zulkiflimansyah sesungguhnya tidak kalah alias "menang", selain hanya didukung satu partai, tidak ada ketokohan seorang Zulkifli dan menghasilkan suara yang berbeda tipis dengan lawan adalah bukti PKS sebanarnya memenangkan pilkada kemarin.

Bila kemudian sekarang PKS mendukung Atut Chosiah untuk maju dalam pilkada Banten Jilid III, maka PKS adalah partai yang sudah kalah dari berbagai sudut pandang. Tidak hanya itu, moralitas para pengurus partai sudah tergadaikan ( sudah terbeli ) bila benar-benar memilih atau mendukung Atut Chosiah, apapun alasanya. Pun sama, bila PKS memilih WH maka PKS sudah turun pamor (turun merek) karena sesungguhnya PKS sendiri konon pernah dilecehkan oleh sang walikota saat akan digelarnya Pilkada Kota Tangerang kemarin. Namun begitu, WH adalah pilihan alternatif PKS jika tidak ada calon lain, karena WH dinilai banyak kalangan masih memiliki visi dan moralitas cukup baik.

PKS adalah satu-satunya partai harapan masyarakat Banten untuk perubahan di bumi Banten, jika satu-satunya pun sudah terbeli, maka tinggal tunggu kemarahan Sang Maha Rahman di bumi Banten, na�uzubilllah min dzalik. PKS harus berani melawan "PENGUASA BANTEN" atau "RAKSASA BANTEN" yang selama ini sudah menjadi buah bibir masyarakat. Dia terkenal ganas, sayapnya terus dilebarkan, dan konon dikenal sebagai tokoh yang kebal hukum lantaran duitnya sudah tidak berseri hasil dari KKN.

PKS pasti bisa mengulang kemenangan Pilkada Jabar kemarin, asal kader-kader ditingkat pengurus partai solid dan tetap istiqomah dengan visi partainya. Pengalaman PKS Kota Tangerang (tangsel) adalah pengalaman paling terpahit sepanjang sejarah dan harus menjadi koreksian semua pengurus DPD PKS Se-Banten.

sumber :http://bantenpost.com/nalar/?nalar=NL%2FBNTP%2F10%2F10%2F0062

Read more »

PKS akan Santuni Korban Merapi

Polkam / Kamis, 28 Oktober 2010 01:17 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta, mengatakan partainya akan mengunjungi korban erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta, Kamis besok. Di sana, ada sekitar 40 keluarga kader PKS yang menjadi korban.

"Kita besok Dewan Pimpinan Pusat turun ke Merapi. Sebetulnya ada pelantikan nasional, tapi dibatalin. Kita turun ke Yogya karena ada 40 keluarga kader PKS dievakuasi." kata Anis saat ditemui di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Rabu (28/10).

Anis mengatakan, PKS menginstruksikan semua kader menggalang dana di seluruh Indonesia dan mengumumkan hasilnya kepada publik. Hasil pengumpulan dana akan dikelola Fraksi PKS di DPR. Sementara PKS baru akan menyalurkan Rp1 miliar kepada korban Merapi.

Soal korban Tsunami di Mentawai, Anis mengatakan persoalan ada di komunikasi. PKS belum mengetahui pasti jumlah korban terbaru. "Kita sedang merapat ke sana (Mentawai) tapi kesulitan luar biasa, ada persoalan cuaca." jelas Wakil Ketua DPR itu.

PKS berharap, tim teknis penanggulangan bencana perlu bertindak cepat menolong para korban. Terlebih, Wakil Presiden Boediono sudah mengunjungi lokasi bencana.(Andhini/RAS)

Sumber :http://www.metrotvnews.com/metromain/news/2010/10/28/32620/PKS-akan-Santuni-Korban-Merapi
Read more »

Rabu, Juli 14, 2010

‘ULUWUL HIMMAH (OBSESI YANG TINGGI)

Dan Bercita-citalah


BAGAIMANA MENANAMKAN OBSESI YANG TINGGI / HIMMAH ‘ALIYAH


Rasulullah bersabda :


”Nama yang tepat bagi seorang muslim adalah Hammam dan Harist dan nama yang paling Allah cintai adalah Abdullah dan Abdurrahman “.


Al Hammam adalah niat yang kuat, sedangkan “Al Harits” adalah sosok dari hasil Himmah atau hammam yaitu bekerja untuk mendapatkan obsesi/keinginan tersebut.


Jadi setiap manusia punya keinginan, namun tidak semua manusia memiliki keinginan “Himmah ” yang kuat.


A. DEFINISI HIMMAH


Himmah tidak bisa dilihat secara dhohir karena Himmah adalah masalah yang hati dan akal pikiran manusia, bukan masalah amal.


Secara bahasa Himmah berarti “An Niah“ (niat), “Iradah” (kehendak), “Al ‘azimah” (tekad).


Dalam makna ini terdapat tiga kata yang berbeda yaitu berupa niat yang sifatnya biasa-biasa, kemudian iradah atau kehendak yang kuat lalu dilanjutkan dengan tekad untuk melaksanakan kehendak tersebut.


Allah berfirman :


24. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya[750]. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.


[750] Ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yusuf a.s. punya keinginan yang buruk terhadap wanita itu (Zulaikha), akan tetapi godaan itu demikian besanya sehingga andaikata Dia tidak dikuatkan dengan keimanan kepada Allah s.w.t tentu Dia jatuh ke dalam kemaksiatan.


Dalam ayat ini bisa diartikan bahwa belum ada aksi, atau amal tapi masih berupa Himmah niat. Dalam ayat tersebut terdapat kata “wahamabiha” yang artinya keinginan terhadapnya (wanita tersebut).


Bukankah nabi Yusuf adalah seorang nabi, bagaimana mungkin dia memiliki Himmah kepada wanita tersebut ?


Dalam kaidah bahasa Arab ada istilah “takdim wa takhir” (kalimat didahulukan dan diakhirkan).


Jadi menurut kaidah ini berarti Seandainya Nabi Yusuf tidak mendapatkan petunjuk dari Allah , pasti Nabi Yusuf juga berkeinginan terhadap wanita tersebut. Maka pada intinya bahwa Nabi Yusuf tidak berkeinginan terhadap wanita tersebut karena sebelumnya beliau telah mendapatkan petunjuk dari Allah.


Rasulullah bersabda :


Sesunggunya Allah telah menetapkan kebaikan-kebaiakan dan kejahatan-kejahatan kemudian menjelaskannya, maka barang siapa yang bermaksud berbuat kebaikan lalu belum sempat mengerjakannya, Allah mencatat disisinya sebagai satu kebagaikan sempurna. Dan jika dia bermaksud berbuat kebaikan lalu dia mengerjakannya, Allah mencatatnya sepuluh kebaikan dan akan dilipat gandakan sampai tujuh ratus lebih, hingga dilipatgandakan yang banyak sekali. Dan jika dia bermaksud berbuat kejahatan, tetapi dia tidak mengerjakannya, Allah mencatat baginya disisiNya satu kebaikan yang sempurna. Dan jika bermaksud berbuat kejahatan dan melakukannya, maka Allah mencatat baginya satu kejahatan”. (HR. Buhari dan Muslim)


Dalam hadits ini Rasulullah menjelaskan bahwa Himmah ada 2 yaitu :


1. Himmatul ‘Aliyah (Obsesi yang kuat)

2. Himmatud Daniyah (Obsesi yang rendah)


Sesungguhnya Allah mencintai perkara-perkara yang mulia dan membenci perkara-perkara yang rendah atau hina. Allah mencintai perkara yang tinggi / mulia baik dalam amal, agama, da’wah di jalan Allah.. Allah membenci perkara-perkara rendah, tidak bernilai dan hina, baik berupa perkara-perkara yang haram maupun yang mubah.


B. ULUWUL HIMMAH (OBSESI YANG TINGGI)


Seseorang dikatakan memiliki ‘uluwul Himmah atau Obsesi yang tinggi yaitu ketika seseorang telah menganggap remeh segala perkara-perkara di bawah cita-citanya. Misalnya seorang Da’i yang bercita-cita untuk menyebarkan agama Allah.


Dia dikatakan memiliki Himmah yang tinggi, ketika dia telah menganggap remeh perkara-perkara selainnya, ketika dia tidak perduli apapun tantangan dan pengorbanan yang harus dibayar mahal untuk memenuhi tujuan tersebut.


Diceritakan dalam riwayat da’wah rasulullah ketika orang – orang Qurays mendatangi paman Rasulullah yaitu Abu Thalib dan memintanya supaya membujuk kepada Rasulullah agar menghentikan da’wahnya.


Setelah Abu Thalib menyampaikan perihal tersebut. Rasulullah berkata : “ wahai pamanku, andaikan mereka meletakkan Matahari ditangan kananku dan Rembulan ditangan kiriku agar supaya aku meninggalkan da’wah ini. Aku tidak akan meninggalkannya hingga aku binasa”.


Kisah Rasulullah ini menunjukkan tingginya Himmah Rasulullah dalam memperjuangkan agama Allah ini. Beliau telah menganggap remeh semua perkara-perkara yang menghambat da’wah Islamiyah.


C. DUNUWUL HIMMAH (OBSESI YANG RENDAH)


Yaitu ketika jiwa lemah terhadap tingkatan perkara-perkara yang tinggi atau mulia dan lebih memilih ridho pada perkara-perkara yang rendah. Jadi orang yang memiliki obsesi rendah ini adalah orang remeh, rendah yang tidak mau mencari masalah dan sayangnya mayoritas kaum muslimin sekarang berada dalam tingkatan ini.


Diriwayatkan tentang panglima perang dimasa pemerintahan seorang Gubenur Basrah yang bernama Al Hajjaj. Al Hajjaj memerintahkan panglimanya untuk memerangi orang-orang Khawarij yang jumlahnya kurang lebih 200 orang pasukan sedangkan panglima ini memiliki pasukan kurang lebih 1000 orang pasukan.


Sungguh pertempuran yang tidak seimbang. Namun orang Khawarij terkenal sebagai orang-orang yang memiliki keberanian dan kejujuran. Orang Khawarij adalah orang yang tidak mudah putus asa dalam mewujudkan keinginannya. Hingga akhirnya dalam pertempuran itu ternyata pasukan Khawarij memenangkan peperangan tersebut.


Setelah peperangan selesai, dengan membawa kekalahan panglima kembali menghadap gubernur Al Hajjaj. Al Hajjaj bingung mengapa pasukan Khawarij yang jumlahnya sedikit bisa mengalahkan pasukan yang jumlahnya lebih banyak ? ternyata panglima pemimpin perangnya adalah orang yang memiliki Himmah rendah, yang lebih baik pulang dalam keadaan hidup, walaupun harus dicaci maki gubernur daripada mati walaupun terkenal dan terhormat.


Dalam kisah ini menunjukkan lemahnya Himmah yang dimiliki oleh panglima perang ini. Dia lebih memilih hidup dalam kehinaan daripada mati dalam kehormatan. Setiap manusia secara umum memiliki keinginan atau Himmah, namun tiap-tiap seseorang memiliki tingkatan Himmah yang berbeda-beda sehingga dalam hidup terjadi perbedaan-perbedaan tingkatan amal.


Firman Allah:


“Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda” (QS. Al Lail : 4)


Berdasar dari ayat ini, amalan manusia dibedakan dalam 2 hal yaitu :


  1. ‘Imma lillah yaitu amal yang dikerjakan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah
  2. 'Imma lighairihi yaitu amalan yang dikerjakan bukan karena Allah


Amalan seperti ini adalah amalan yang dilakukan oleh orang yang memiliki obsesi rendah. ‘Immalillah adalah amalan yang dimiliki oleh orang memiliki obsesi tinggi yang mengejar kemuliaan. Dan ini hanya dilakukan oleh orang yang memiliki iman yang teguh dan kuat mencari kemuliaan disisi Allah


Dalam ayat berikutnya Allah memberi jaminan kemudahan baginyaAllah berfirman :


”Adapun orang yang memberikan hartanya (dijalan Allah) dan bertaqwa. Dan membenarkan adanya pahala yang baik (surga). Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. (QS. Al Lail : 5-7)



Adapun untuk orang-orang yang memiliki Himmah rendah, yang mengerjakan amalan bukan karena Allah, tapi karena nafsu dan keinginan dunia maka Allah memberikan ancaman padanya.


Allah berfirman :


“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik. Maka kelak kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa”. (QS. Al Lail : 8 – 11)


Itulah balasan bagi orang yang berpaling dari jalan Allah yang melakukan amalan bukan karena Allah.. Dan apabila dia diberikan kemudahan oleh Allah sesuai sunnatullah, namun dengan mudahnya berujung pada azab, kesengsaraan dan kebinasaan disisi Allah.


D. PEMBAGIAN MANUSIA MENURUT ULAMA


Dilihat dari kadar obsesi atau Himmah-nya, Ulama membagi kelompok manusia dalam 4 hal:


1. ‘Adzhimul Himmah yaitu orang yang memiliki cita-cita yang sangat besar. Yang memiliki al- Khifayah (kapasitas), mempunyai kesempatan, kemampuan untuk mencapai cita-cita lalu berusaha untuk mendapatkannya.


Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata : “ Aku dahulu bercita-cita untuk mendapatkan kedudukan gubernur di Madinah, dan kini aku telah mendapatkannya. Kemudian aku berkeinginan untuk mendapatkan kedudukan sebagai Khalifah kaum muslimin di Madinah dan akupun telah mendapatkannya.


Kini aku telah dapatkan semuanya, maka cita-citaku adalah untuk mendapatkan Surga Allah. karena tidak ada kedudukan yang lebih tinggi setelahnya”.


Ibnu Mubarakh ditanya : “ Siapakah orang yang paling zuhud ? Beliau menjawab : “Orang yang paling zuhud adalah Umar Bin Abdul Aziz, karena dia telah didatangi dunia, namun dia menolaknya. Inilah kisah Umar Bin Abdul Aziz, beliau adalah contoh orang yang memiliki Himmah aliyah. Beliau adalah orang yang memiliki kredibilitas karena keilmuannya, punya kesempatan karena dia adalah keturunan Muawiyah.


2. Shoghiru Himmah yaitu Orang yang memiliki kifayah, kemampuan dan kesempatan tetapi lebih memilih melakukan hal-hal yang remeh atau rendahan.


Diriwayatkan tentang seorang khalifah dimasa setelah pemerintahan Muawiyah. Dia didatangi oleh petugas pos, dan berkata : “wahai Amirul Mu’minin. Sesungguhnya kota disana sedang diserang oleh musuh“. Mendangar laporan petugas pos ini khalifah tidak menanggapinya. Malah dia berucap “Da’ni wa sa’di”(memangnya gue pikirin).


Konon ceritanya khalifah ini senang memelihara burung merpati. Ketika petugas pos melapor, khalifah sedang kehilangan 1 ekor burung merpatinya. Sehingga dia menganggap bahwa burungnya lebih berharga daripada keadaan rakyatnya. Kisah ini menunjukkan tentang keadaan orang yang memiliki kemampuan, kedudukan, dan kesempatan baik, namun dia memilih melakukan hal yang rendah.


3. Orang yang tidak memiliki kapasitas untuk melakukan obsesi tinggi, tetapi berlagak memiliki kemampuan besar.


Datanglah seseorang menghadap Imam Ahmad, dan berkata: ”Wahai Imam Ahmad, ada seseorang yang sedang kemasukan jin”. Mendengar laporan orang ini Imam Ahmad menjawab : “kembalilah, sampaikan kepada Jin, kalau Imam Ahmad menyuruhnya keluar”. Lalu orang ini kembali dan menemui orang yang kemasukan jin yang dia maksud. Sesampainya di sana di berkata kepada jin bahwa Imam Ahmad menyuruhnya keluar.


Mendengar perkataan orang ini, jin inipun akhirnya keluar. Lalu setelah Imam Ahmad meninggal jin inipun datang lagi dan merasuki seseorang lagi. Kemudian karena Imam Ahmad sudah meninggal orangpun mendatangi orang yang dulu menemui Imam Ahmad dahulu dan dikatakan padanya kalau ada orang kesurupan jin. Mendengar penyampaian ini orang yang dulu menghadap Imam Ahmad menganggap kalau dulu Imam Ahmad mengusir jin hanya dengan menyuruh orang saja, maka diapun berbuat serupa. Dia menyuruh orang tersebut : “kembalilah, katakan pada jin kalau aku menyuruhnya keluar. Lalu pulanglah orang ini dan melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Namun setelah perintah itu dilakukan jin tersebut tidak juga keluar. Kemudian dia bertanya kepada jin. “kenapa dulu ketika Imam Ahmad menyuruhmu keluar engkau langsung keluar, sedangkan sekarang ketika aku suruh engkau tidak mau keluar” Jin menjawab :” dulu aku takut kepada Imam Ahmad karena ketakwaanya”.


4. Al bashiiru binafsihi yaitu orang yang tau diri, yang tidak memiliki kapasitas tinggi dan tidak menempatkan dirinya untuk melakukan hal yang besar.


E. BEBERAPA FENOMENA ORANG YANG PUNYA HIMMAH RENDAH


1. Berkaitan tentang upaya seorang muslim menuntut ilmu. Ketika dia tidak mau mempelajari hal-hal yang wajib dilakukan oleh muslim. Misalnya mempelajari tentang rukun-rukun sholat dan lain-lain.


2. Ketika orang menuntut ilmu bukan untuk mendapatkan manfaat dari ilmu, atau menuntut ilmu bukan untuk dida’wahkan tetapi hanya untuk mendapatkan ijazah ataupun pekerjaan semata.


3. Ketika orang menuntut ilmu supaya nampak hebat dalam berdebat, pandangan orang tertuju padanya.


4. Ketika seseorang yang baru menuntut ilmu dan baru mendapatkan hidayah, begitu mudah memberikan tahzir atau cap buruk pada ulama atau orang yang lebih berilmu diatasnya. Karena meskinya seorang apabila semakin berilmu meskinya semakin takut pada ulama.


5. Ketika seorang dai yang berda’wah dijalan Allah, kemudian mendapatkan tantangan berda’wah, dia berhenti. Karena meskinya seorang da’I ketika mendapatkan da’wah harus tegar. Ketika agama memintahnya meninggalkan kepentingan pribadinya meskinya dia siap.


6. Ketika kita takut kepada manusia yaitu :


  • Takut jangan sampai orang lain termasuk musuh Islam, ketika kita berda’wah kita dicap sebagai orang yang fundamentalis, ekstrim atau bentuk kata-kata teror lainnya. Padahal ucapan/cap/opini public yang dicitrakan buruk tentang Islam adalah hal yang sengaja dilakukan oleh mereka agar kaum muslimin lemah.


  • Berputus asa ketika dalam berda’wah tidak disambut baik oleh orang. Putus asa karena orang menjauhi perjuangannya. Padahal semestinya kita sadar bahwa prinsip dasar kita dalam berda’wah adalah hanya menyampaikan agama Allah adapun orang mau menerima atau tidak adalah hak Allah Allahu A’lam


PENYEBAB TINGGI DAN RENDAHNYA HIMMAH


Yang apabila seseorang meninggalkan atau menjauhi hal-hal yang bisa menyebabkan rendahnya Himmah dan semangat itu dia akan mendapatkan pertolongan Allah untuk tetap dalam himman yang aliyah.


1. Tabiat Manusia


Karena Allah telah menciptakan manusia sesuai dengan tabiatnya masing-masing oleh karena itu hendaknya seseorang memahami tabiatnya dan memilih tempat-tempat yang tepat sesuai dengan tabiat yang dia miliki untuk mengembangkan potensi diri yang ada padanya, misalnya ada orang yang diberikan kemampuan untuk berpikir, maka hendaknya ia berusaha dalam meningkatkan semangatnya tersebut seperti mengurusi kantor, menulis, mengeluarkan ide-ide yang baik, kemudian menggambarkan tujuan-tujuan, menyusun program-program kerja dan lain-lain. ada orang juga yang diberikan kemampuan banyak untuk bergerak dia senang ke sana kemari, kalau urusan lapang dialah yang cocok, maka orang seperti ini mencari amalan-amalan yang mendukung tabiatnya tersebut. Rasulullah ketika melihat potensi-potensi para sahabat sesuai dengan tabiat yang mereka miliki, maka beliau memberikan semangat dan menempatkan para sahabat sesuai dengan potensinya.


Contohnya Abu Hurairah diberi gelar atau disebutkan wadah dari ilmu, karena Rasulullah melihat beliau kuat hafalannya dan sangat senang menimba ilmu dan menerima hadist dari Rasulullah sehingga dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist.


Khalid Bin Walid misalnya, beliau ini bukan termasuk sahabat yang banyak menghafal dan bukan pula sederetan sahabat yang banyak meriwayatkan hadist dan penuntut ilmu akan tetapi Rasulullah melihat beliau ini senangnya dipeperangan dan mimiliki kemampuan dalam berperang, sehinga Rasullullah demikian pula sahabat seperti Abu Bakar dan khalifah setelahnya mengangkat beliau sebagai panglima perang untuk melawan orang-orang kafir, bahkan beliau diberi gelar sebagai saif min suyufillah (pedang dari pedang-pedang Allah).


Demikian dengan yang lain, adapun Ali bin Abi Thalib dan Muadz bin Jabal mereka ini adalah orang-orang yang faham tentang halal haram dan faham dalam masalah qoda/hukum-hukum maka sahabat tersebut terkenal dengan hukum-hukumnya tersebut karena orang-orang yang bergelut dalam masalah ini seperti qodi atau hakim harus memiliki ketajaman dalam memperaktekkan daripada nash-nsh yang ada tersebut.


Sehingga Rasulullah betul-betul dapat memamfaatkan potensi yang dimiliki para sahabat Maka hendaknya kita melihat tabiat masing-masing sehingga kita dapat memilih job yang cocok dengan potensi yang dimiliki supaya Himmah kita tetap terjaga.


2. Bagaimana bapak dan ibu mentarbiyah anak-anaknya di rumah


Rasulullah bersabda yang artinya : “Tidaklah lahir seorang anak kecuali dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” ( Jika kita melihat hadist tersebut, ini dalam perkara-perkara agama dimana orang tua sangat berpegaruh dalam pembinaan Himmah anak-anaknya. kalau orang tua senangtiasa mengajarkan perkara-perkara yang tinggi, perkara yang memiliki keutamaan yang besar baik, maka insya Allah anak akan terbentuk seperti didikan orangtuanya begitupun sebaliknya bila mengajarkan perkara-perkara yang hina contonya Ibnu Zubair bin awwam yang senangtiasa, tetapi sebaliknya jika orang tua senangtiasa mengajarkan hal-hal yang hina dan kurang bermamfaat maka anak tersebut akan terbentuk menjadi seperti itu pula. Banyak contoh di kalangan para sahabat, sebagai contoh Zubai ibnu Awwam di mana sahabat ini dijamin masuk surga oleh Rasulullah.


Beliau ini senangtiasa mengajarkan anaknya berperang sampai dalam satu kondisi beliau sampaikan kepada anaknya bahwa siapa yang paling duluan masuk dalam pasukan musuh dan paling cepat kembali, ini salah satu contoh sahabat yang membina anaknya dengan menanamkan Himmah aliyah sehingga tidak heran kalau Ibnu Zubair menjadi seorang khalifah karena sejak awal terlatih seperti itu contoh lain adalah kisah pada perang badar, ada dua anak kecil di antar para sahabat bertanya manakah yang bernama Abu Jahal, lalu berkata kami akan mencari Abu Jahal dan berusaha membunuhnya, dia yang mati atau kami yang terbunuh padahal mereka masih anak-anak, lalu mereka berhasil membunuhnya. Ini karena mereka telah tertarbiyah sejak kecil. Makanya seorang penyair mangatakan “ibu itu adalah madrasah atau tempat belajar” Kalau ibu disiapkan dengan baik maka akan lahir generasi yang baik, dalam kondisi kita sekarang ini banyak orang tua tidak memperhatikan anaknya, membiarkan anaknya banyak bermain, mendengarkan musik, bergelut dengan urusan-urusan hina yang tidak bermamfaat, atau orang tua tidak memilihkan bagi mereka teman-teman yang baik dan tidak memerintahkan anaknya mengerjakan sholat sehingga. Sehingga mereka tumbuh dalam keadaan seperti itu. Oleh karena itu agar Himmah itu tetap ada maka hendaknya orang tua membina anaknya di rumahnya.


3. Masyarakat yang baik


Apabila masyarakat itu adalah masyarakat yang solihah di dalamnya senangtiasa dibina akhlak yang mulia maka darinya akan lahir orang yang baik pula. Juga sebaliknya apabila masyarakat memiliki biah yang buruk, hidup dalam tatanan yang kurang baik, maka akan hidup person-person yang buruk pula, contohnya Rasulullah menceritakan kepada para sahabat kisah seorang bani Israil yang telah membunuh 99 orang yang ingin bertaubat, mencari orang yang paling alim di dunia ini lalu ia ditunjukkan kepada orang yang ahli ibadah, lalu ahli ibadah tersebut menghukumi dengan perasanya dan mengatakan tidak ada taubat lagi bagimu, maka dibunuh pula ahli ibadah tersebut sampai korbannya genap 100, dia tidak puas dengan jawaban ahli ibdah tersebut dan keinginannya masih kuat untuk bertaubat maka dia mendatangi alim yang lain dan bertanya apakah taubat saya masih diterima, saya telah membunuh 100 orang. Alim tersebut berkata apa yang menghalangi kamu untuk bertaubat, Allah akan menerima taubatmu. kemudian dia suruh pindah dari kampungnya yang rusak ke kampung yang baik, lalu berangkatlah orang tersebut dan di tengah perjalanan dia meninggal, maka dengan rahmat Allah iapun dicatat sebagai penghuni surga.


Dari kisah ini dapat kita mengambil pelajaran bahwa biah ini dapat memproses orang tersebut, maka tanggung jawab kita bagi pejuang-pejuang dakwah untuk mengajak orang ikut dalam majelis-majelis ilmu, dan berlepas diri dari akhlak jahiliyah dan perkara-perkara yang buruk.


4. Dengan keberadaan para murabbi dan guru bisa menjadi teladan


Yang meraka itu bisa menjadi kudwah bagi person-person. Allah telah memerintahkan kita untuk meneladani Rasulullah.


Allah berfirman :


“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al Ahzab:21)


Dari ayat ini menunujukkan pentingnya keberadaan murabbi di tengah-tengah muridnya/mutarabbi sebagai orang yang memberikan contoh. Apabila mutarabbi betul-betul menimba ilmu dengan akhlak dari murabbi tersebut, maka akan terbentuk pribadi yang sholeh. Bagaimana seorang murabbi betul-betul bisa memberikan contoh perbuatan sesuai dengan apa yang disampaikan. Sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah kepada sahabatnya sampai-sampai beliau mendapat pujian sebagai seorang yang berakhlak mulia.


Diriwayatkan dari ‘Aisyah tatkala ditanya tentang bagaimana akhlaknya Rasulullah , beliau menjawab : “ akhlak Rasulullah adalah al-Quran”. Sahabat dahulu adalah bagaikan Al Qur’an yang berjalan sebab teori-teori yang ada dalam al Qur’an telah dipraktekkan oleh sahabat di setiap sisi hidupnya sampai Islam dimenangkan. Inilah pelajaran bagi murabbi untuk mempraktekkan teori-teori yang telah disampaikan kepada mutarabbinya.


Contoh ketika Rasululah berbicara tentang jihad, maka beliau adalah orang yang paling terdepan dalam peperangan, dan sanagt pemberani. Suatu saat di Madina orang-orang mendengar sesuatu yang mengagetkan, dan orang – orang sembunyi-sembunyi mencari dimana dan suara apa itu. Namun ternyata Rasulullah telah pulang dari tempat tersebut dengan kudanya tanpa pelana dan mengatakan bahwa tidak ada bahaya. Ini menunjukkan keberanian Rosulullah, beliau bukanlah seorang pengecut.


5. Tasji’ atau Pemberian Semangat


Kebanyakan orang memiliki semangat tinggi namun kurang diarahkan pada perkara yang kurang bagus.


Suatu ketika Ibnu Masud tatkala melewati seorang yang bernyanyi dengan suaranya yang indah, maka Ibnu Mas’ud berkata alangkah indahnya suaramu dan lebih bagus lagi seandainya engkau membaca al-Quran lalu pemuda ini karena tertasji’ oleh kata-kata Ibnu Mas’ud dia mulai membaca Al Qur’an dan akhirnya dia menjadi orang yang bersuara indah dalam membaca Al Qur’an. Lalu dia bertanya siapakah orang ini ? maka dijawab dia adalah Ibnu Masud sahabat Rasulullah.


Imam Syafi’I orang yang menguasai syair-syair, yang beliau kuasai dari para pakar-pakarnya. Suatu saat seseorang mendengar Imam Syafi’i sedang melantunkan syair-syair.


Orang itu berkata : “masa engkau dari keturunan Quraiys, masa hanya bisa menghafal syair-syair saja. Tidakkah engkau memulai menghafal Al Qur’an dan hadist-hadist Rasulullah”.


Mendengar kata-kata orang ini, Imam Syafi’I tertarji’ untuk belajar kepada Imam Malik sampai beliau menjadi ulama besar, bahkan menjadi salah satu mahzab terbesar.


Dari riwayat ini bisa diambil contoh bahwa tasji’ atau penyemangat itu bukan hanya dari orang-orang seperti Ibnu Mas’ud atau semisalnya tetapi bisa saja berasal dari orang-orang umum bahkan orang yang bermaksiat. Adalah imam Ahmad, yang terkena fitnah tetang Al Qur’an yang dianggap mahluk. tatkala masuk di penjara bersama seorang peminum khamar tetapi peminum itu memberi semangat kepada Imam Ahmad, artinya semangat itu bisa kita ambil dari manapun , apa kata orang tesebut: “Yaa Imam saya ini masuk penjara karena bermaksiat maka saya dicambuk tapi saya tetap sabar menahan siksaa. sedangkan anda wahai imam dipenjara dan disiksa karena mempertahankan kebenaran, tentunya anda harus lebih kuat dari saya”. Sehingga imam Ahmad, berkata: “perkataan itulah yang menjadikan saya semakin kuat untuk bertahan siksaan tersebut“.


6. Iman kepada Allah


Setiap bertambah iman seseorang maka semakin bertambah Himmah seseorang.


Iman ini akan mengajak kepada akhlak yang baik Rasulullah bersabda : “sesungguh aku di utus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia” Allah berfirman :


“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Ankabut:69)

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia bersama orang-orang yang berbuat ihsan.

Dan ihsan ini adalah kedudukan tertinggi dalam urutan agama ini, Islam, Iman dan Ihsan. Sebagaimana dalan hadist Jibril, ihsan yaitu engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, meskipun engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Allah melihatmu.

Maka ini adalah tingkatan yang tertinggi.. Maka barang siapa yang telah menyempurnakan keislamannya memenuhi keimannya dengan sekuat tenaga maka hal ini adalah perkara yang sangat penting mengantarkan seseorang untuk mendapatkan Himmah ‘aliyah.


7. Membaca Sirah Orang-Orang Besar Yang Telah Berhasil Karirnya


Membaca sirah atau sejarah orang-orang besar yang telah berhasil dalam karirnya, apakah dia seorang muslim ataupun non muslim. Jika dia seorang muslim, tentunya dari para ulama-ulama yang telah berhasil.


Dan sebenarnya perkara keberhasilan itu bukanlah suatu yang sulit, karena perkara itu adalah perkara yang manusiawi, yang semua orang bisa meraihnya. Sehingga ini adalah persoalan mudah dan tidak dianggap sebagai persoalan yang tidak mungkin. Kemudian dari kisah-kisah tersebut, kita juga bisa mempelajari uslub-uslub atau bagaimana tatacara mereka bisa memperoleh keberhasilan tersebut, dan tidak memiliki Himmah yang rendah.

Read more »

 

KABAR DPRa Cibugel

KIPRAH KEWANITAAN

KOLOM

Selamat datang di Situs Partai Keadilan Sejahtera - DPRa Cibugel , AYO BEKERJA UNTUK NEGRI.