Usup Supriadi (30), warga Desa Cempaka, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, sudah tiga tahun menjadi tukang ojek sepeda motor. Kalau sedang ramai, Usup membawa pulang Rp 30.000 per hari. Tak jarang pula dia hanya memperoleh Rp 5.000.
Namun, Usup masih beruntung bisa menjadi pengojek walau penghasilannya pas-pasan, kalau tidak ingin disebut kurang. Ada pula banyak anak muda di Cisoka yang hingga kini masih menganggur.
Catatan Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah penganggur disetiap desa di kecamatan itu rata-rata 2.000 orang dari sekitar 6.000 penduduk desa. Ini berarti sepertiga penduduk menganggur. Di Cisoka terdapat 10 desa, dengan angka pengangguran di setiap desa rata-rata sekitar 2.000 orang. Ini mencerminkan betapa sulitnya mereka yang berusia produktif mendapatkan pekerjaan.
"Penganggur bertambah banyak setelah sejumlah pabrik di Balaraja, Tangerang, tutup. Anak-anak muda di Cisoka memang banyak bekerja di Balaraja. Setelah pabrik sepatu seperti Eagle, Starwin,Tae Hwa, Doson, dan Hejo, pekerja pun menganggur, termasuk dari Cisoka," kata Eka Nurjaman, staf Kecamatan Cisoka.
Yang menyedihkan, mereka pun tak dapat menggarap sawah atau menjadi buruh tani di desa karena sawah di sana pada umumnya tadah hujan. Tidak hanya itu, lahan pertanian pun terus menyusut dari tahun ke tahun. "Bukan karena lahannya beralih untuk kawasan industri, karena memang tidak ada industri di sini, tetapi disulap untuk kawasan perumahan," kata Sekretaris Kecamatan Cisoka AsepNusa Permana.
Di Cisoka terdapat sedikitnya enam kompleks perumahan yangberlokasi di lima desa, yaitu :
- Bukit Gading Permai (di DesaSelapajang),
- Griya Permata Cisoka (Desa Cibugel),
- Surya Jaya Indahdan Cempaka Indah (Desa Cempaka),
- Pesona Wibawa Praja dan
- KemuningPermai (Desa Jeunjing), serta
- Cisoka Indah Regensi (Desa Sukatani).
Lokasi Cisoka yang tak jauh dari lintasan kereta api Tanah Abang-Maja-Rangkasbitung menjadi salah satu faktor yang membuat pengembang berani membangun perumahan di wilayah yang terletak sekitar 50 kilometer barat daya Jakarta itu."Cukup banyak pegawai Pemprov DKI Jakarta yang memiliki rumah di Cisoka," kata Eka.
Meski harus menempuh perjalanan jauh, pembeli rumah di Cisoka agaknya tak mampu lagi membeli rumah di dekat Jakarta yang sudah melambung tinggi. Harga rumah di Cisoka dengan luas bangunan 36 m2 dan luas tanah 150 m2 sekitar Rp 68 juta.
Tak punya pabrik.
Cisoka tidak memiliki pabrik yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, tidak seperti beberapa kecamatan lain di Kabupaten Tangerang. Kalaupun ada, hanya beberapa industri kecil dan menengah yang hanya mampu menyerap rata-rata lima sampai 10 orang.
Kecamatan Cisoka, yang seluas 2.878,24 hektar, hingga Juli 2007 berpenduduk 70.723 jiwa atau 18.699 keluarga. Catatan BPS menunjukkan jumlah penganggur mencapai 22.000 orang. "Kondisi ini sangat memprihatinkan," kata Asep Nusapermana di kantornya.
Taraf hidup di Cisoka mulai turun. Ini terlihat dari makin banyaknya rakyat yang beralih menggunakan kayu bakar. "Harga minyak tanah naik, kami pilih pakai kayu bakar. Bisa menghemat separuh biaya," kata Nyonya Oma, warga Cisoka, yang saat ditemui sedang menanak nasi menggunakan kayu bakar.
Cisoka sebetulnya tidak terlalu jauh dijangkau dari Jalan Tol Jakarta-Merak. Cisoka bukan daerah yang terlalu terpencil di bagian tengah Provinsi Banten. Namun masyarakat di daerah ini merasa "terpencil" karena tak ada yang peduli kepada mereka. Juga tak peduli kepada anak muda yang berharap dapat kerja dan kepada kaum ibu yang terpaksa menggunakan kayu bakar untuk melanjutkan kehidupan. FOTO di blog ini foto seorang ibu di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, menggunakan kayu bakar untuk memasak.
Foto oleh R Adhi Kusumaputra/Kompas