
INILAH.COM, Jakarta - Beranikah presiden SBY menendang keluar PKS dari Setgab Koalisi setelah Partai Demokrat kehilangan kesabaran atas sikap PKS yang mendua terhadap koalisi? Beranikah Cikeas bertindak?
Moh Shofan MA, pengamat politik dari Yayasan Paramadina mengungkapkan, publik kini menunggu aksi Presiden SBY terhadap PKS yang bisa dikategorikan ‘membangkang’ terhadap koalisi.
“Beranikah SBY menendang keluar PKS dari koalisi? Kalau cuma Demokrat yang kecewa dan frustasi, namun SBY tetap merasa enjoy, ya buat apa? Sekali lagi, beranikah SBY menyingkirkan PKS dari setgab koalisi? Saya yakin tidak,” paparnya.
SBY, katanya, selalu mencari harmoni dan menghindari konflik. Karena itu, PKS berani bersikap lain dari Demokrat lantaran merasa memiliki bargaining dan nyali politik Islami.
Sejauh ini, PKS tetap menyatakan setia kepada koalisi meski menusuk jantung koalisi dengan aksi mendorong angket pajak di DPR. Demokrat juga mengaku lelah dan muak dikhinanati PKS. Puncak kekesalan Demokrat adalah ketika PKS mendukung usulan hak angket pajak saat voting, Selasa (22/2/2011) malam.
Seperti diberitakan, berdasarkan hasil voting sidang paripurna, hak angket pajak dinyatakan ditolak. Sebanyak 266 anggota menyatakan menolak hak angket pajak. Sedangkan yang mendukung hanya 264 anggota.
Partai Demokrat pun mempersilakan PKS berjiwa ksatria menyatakan keluar dari Setgab Koalisi dan memilih menjadi oposisi bersama PDIP. Sikap PKS yang ambigu seperti itu dinilai tidak etis. “Jabatan menteri dan lainnya mau tapi pemerintah dikhianati terus, ini munafik," ujar fungsionaris DPP Partai Demokrat Tri Yulianto.
Kubu Demokrat menilai, sikap 'mbalelo' PKS sudah tak bisa ditolerir lagi. Sebab sudah dua kali PKS berseberangan dengan Partai Demokrat yaitu ketika hak angket Century dan usulan hak angket pajak.
Namun demikian, meski PKS dinilai Demokrat tidak etis, selama SBY tak menyingkirkan PKS dari koalisi, maka wajar saja jika partai itu tetap merasa aman di dalamnya. Itulah politik! [mdr]